Chapter 10

69 3 147
                                    

——————————

Live Fast for The Moment
(Previous Chapter: Chapter 9)

   "Sepertinya tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkanmu malam ini," ucapnya seraya memainkan cutter di genggamannya.

——————————

   Dia berjalan perlahan mendekati Natalie. Gadis itu sudah tersungkur di lantai karena kakinya sudah tidak kuat untuk sekedar berdiri, apalagi berlari. Natalie menyeret tubuhnya mundur menjauhi orang itu, namun tentu saja orang tersebut lebih cepat dari Natalie. Ia mencengkram kuat dan menarik kasar kaki Natalie ke arahnya yang membuat pemilik kaki tersebut berteriak.

   "Kau bisa berteriak sepuasmu, namun ketahuilah, tidak akan ada seorangpun yang akan datang kemari untuk menyelamatkanmu." Ia menyeringai di balik topengnya, sementara Natalie sudah menangis ketakutan.

   "Lepaskan aku... Kumohon," cicit Natalie ketakutan.

   Orang itu maju mendekati Natalie kemudian menggoreskan cutternya pada pipi Natalie, menyebabkan darah meluncur keluar dari luka goresan tersebut. Air mata Natalie mengalir melewati luka tersebut, menyebabkan rasa perihnya bertambah.

    "Sssttt... Jangan menangis, aku menjadi bersemangat untuk membunuhmu jika kau menangis," ucapnya diakhiri dengan tawa kecil.

   Tubuh Natalie bergetar. Natalie tak henti-hentinya berdoa di dalam hatinya. Orang itu kembali menggoreskan cutternya dari rahang hingga ke leher Natalie. Natalie kembali meringis kesakitan. Orang itu terkekeh melihat wajah ketakutan Natalie. Lalu ia berdiri dan terlihat sedang mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah sapu tangan berwarna hitam.

   Ini kesempatanku untuk lari! batin Natalie.

   Natalie tidak menyia-nyiakan kesempatannya. Ia segera menendang kaki orang itu.

BRUKK

   Orang tersebut terjatuh dalam posisi terlentang. Natalie segera berdiri lalu berlari sekencang mungkin, meninggalkan orang itu dalam perasaan kesal.

   Ck! Gagal lagi.

—Live Fast for The Moment—

   Pria berumur 25 tahun dengan rambut cokelat kemerahannya tersebut terlihat sangat frustasi, begitu pula dengan seorang pria yang memiliki tato pada lehernya dan berambut cokelat. Medua pria tersebut adalah Martin dan Ricky. Martin memerintahkan pada seluruh prajurit yang tidak terluka untuk berkumpul ke aula pertemuan. Disinilah mereka, sebuah aula besar yang didominasi dengan warna putih. Keadaan aula tersebut sangat sunyi. Semua orang yang berada di sana sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mereka mendapatkan berita bahwa ada seorang pengkhianat dan orang itu merupakan seorang prajurit clan Xiaa yang menyamar menjadi prajurit clan Vallien.

   "Jendral Mike, apakah kau yakin sudah memeriksa data itu dengan benar?"

   "Saya sudah yakin, tuan. Saya dan Alec sudah memeriksanya sebanyak lima kali. Bahkan tuan sudah melihat sendiri jumlah prajurit yang masih dirawat dan yang berkumpul di sini. Jumlah mereka sesuai dengan data."

   Martin memijit pelipisnya. Keadaan kembali hening. Semua orang sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga suara ketukan menghentikan kegiatan mereka.

TOK, TOK, TOK!!!

   Mereka semua terdiam dan saling menatap satu sama lain begitu terdengar suara gedoran dari pintu aula tersebut.

Live Fast for The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang