10. 성실 - Sincerity

124 22 0
                                    

Annyeong haseyo👋

Lama tidak update ya gaes.. Hehe maaf
Soalnya mood nulis aku gampang banget ilang😢

Jangan lupa yang belum follow akun aku yuk segera di follow🤗

Happy Reading:)
________________________
.
.
.
.
.
.
.

Pagi yang cerah, burung berkicauan dimana-mana. Matahari yang cukup menyilaukan, dengan langit biru yang di dominasi awan-awan putih. Cuaca yang benar-benar mendukung.

Seperti biasa, meskipun masih pagi Seoul sudah padat kendaraan. Begitu pula dengan para pejalan. Ditambah lagi ada jalan yang dibongkar guna membuat bangunan. Dan itu semakin menambah kemacetan. Dan lagi, ada seorang gelandangan yang mendorong sebuah troli sedang menyebrang jalan dengan kecepatan yang sangat lamban. Soo Bin yang melihat itu pun hanya menghela napas pelan.

Hari ini Soo Bin sedikit menyegarkan dirinya dengan lari pagi, di jalanan Seoul yang memang kebanyakan digunakan orang untuk olahraga di pagi hari. Memang kadang Soo Bin menghabiskan waktu akhir pekannya dengan olahraga.

Untungnya Soo Bin sempat memberitahu Eun Ra bahwa ia akan sedikit telat untuk pergi ke rumah sakit. Ia rasa dengan olahraga mungkin akan membuat pikirannya jauh lebih baik.

Soo Bin yang melihat sebuah kursi panjang di pinggir jalan pun memutuskan untuk istirahat sebentar. Ia menenggak habis air putih yang sempat dibelinya tadi. Tangan kanannya kini mengelap sisa-sisa keringat yang menempel di dahinya menggunakan handuk kecil yang terkalung di lehernya.

Setelah di rasa cukup, Soo Bin pun beranjak berdiri. Lalu mulai berjalan pulang menuju rumahnya. Tak lupa ia memasangkan headset pada telinganya dan mulai memutar lagu secara acak pada daftar musiknya.

Hari ini Soo Bin akan ke rumah sakit bersama pamannya. Belum lama tadi, Sang Dol menghubungi Soo Bin dan memberitahu bahwa ia akan ikut ke rumah sakit untuk menjenguk Eun Ra.

Soo Bin tahu jika pamannya merasa bersalah kepada Eun Ra. Karena belum bisa menangkap Kim Jang Hun. Itu membuat pamannya bingung, kenapa si brengsek itu selalu saja bisa lolos. Anak buah Kim Jang Hun juga tidak jauh berbeda dari anak buah pamannya. Ah, entahlah. Ia jadi ikut pusing memikirkannya.

* * *

Seekor burung yang tiba-tiba mendarat ke sebuah ranting pohon, yang dimana terdapat sangkar burung disana terlihat sedang mengepakkan kedua sayapnya untuk melindungi anak-anaknya dari hujan. Burung itu terlihat sangat menyayangi anak-anaknya. Bagaimana tidak, ia berusaha menyembunyikan anak-anaknya ke dalam kungkungan sayapnya agar tidak terkena tetesan air hujan dari daun. Sungguh pemandangan yang menyejukkan.

Pemandangan itu sukses membuat mata Eun Ra tak bisa mengalihkan pandangannya dari sana. Ia melamun. Entah apa yang dipikirkan Eun Ra saat ini. Yang jelas, pemandangan itu membuat hati Eun Ra merasa hangat.

Saat ini Eun Ra sedang duduk di atas brankar dan bersandar menggunakan bantal yang diletakkan dibelakang punggungnya. Sedari tadi, ia hanya melihat ke luar jendela rumah sakit dan menikmati hujan yang tidak terlalu deras di luar sana.

Eun Ra menundukkan kepalanya. Lalu, matanya tertuju pada kedua tangannya yang ia letakkan di atas lutut. Disana ada selang infus yang tertempel pada punggung tangan kirinya. Ia pun membuang napas panjang. Ia memandang langit-langit kamar rumah sakit.

Kemudian ia berpikir, kenapa ia selalu menyusahkan orang lain. Ia tak ingin banyak berhutang budi pada orang lain. Karena ia tahu, belum tentu ia bisa membalas kebaikan tersebut. Dan saat ini ia tidak tahu bagaimana caranya membalas kebaikan Soo Bin dan pamannya. Merekalah yang menyelamatkan dirinya. Bayangkan saja kalau tidak ada mereka, mungkin sekarang ia sudah tidak ada lagi  disini.

Destiny [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang