Sudah seminggu Luna dan yang lain berkutat dengan buku. Tidak ada main-main lagi. Mereka sudah sangat serius untuk lomba.
"Besok kita udah lomba, saran kakak kalian jangan terlalu grogi, karena itu akan menganggu konsentrasi kalian. Ngerti?"
Luna dan temannya hanya mengangguk."Oke sekarang tidur, jangan bergadang".
Mereka pun bergegas menuju kamar masing-masing. Raffi menarik Luna ke belakang."Apaan sih narik-narik"
"Gak usah ngegas kali. Gue cuman mau bilang, semangat ya untuk besok istri gue yang goblok"
Luna hanya tersenyum."Heheh aaa makin sayang. Makasih suami gue yang bego"
Luna lantas memeluk Raffi. Raffi terkejut karena Luna tiba-tiba memeluknya. Raffi pun membalas pelukan Luna."Iya sama-sama sayang"
Luna merasa jantungnya berdenyut lebih cepat dari biasanya."Nyaman banget"
Batin Luna."Luna, Raffi kok belum tidur sih? Malah pelukan disini?"
Dimas tiba-tiba mengagetkan Luna dan Raffi."Heheh suami gue ngasih semangat untuk besok kak"
Luna dan Raffi hanya nyengir."Hadeh, drama teroooss, yaudah tidur gih".
Dimas mengacak rambut Luna."Eh jangan gitu kak, gak boleh, Luna istri gue"
Raffi menatap Dimas kesal."Bodo amat"
Dimas menatap Raffi sambil tertawa.
Luna hanya tersenyum dan langsung pamit masuk kamar. Begitupun dengan Raffi dan Dimas.***
Luna dan yang lain duduk menunggu. Lomba akan dimulai lima menit lagi.
"Udah gak usah tegang gitu kali"
Rino mengacak rambut Liah."Ish, jelek kan jadinya. Gue capek tau nyisirnya"
Rino hanya tertawa."Yaudah di gundulin aja Liah"
Bagas menimpali. Rino tertawa terbahak-bahak."Gak usah ngetawain gue. Rambut lo gue gundulin mau?"
Liah menatap Rino tajam. Rino terdiam."Wehh Rino takut sama Liah"
Bagas semakin memperburuk keadaan."Diem lu"
Rino menatap Bagas sinis."Eh Rino, ngapain sih deket terus sama si Liah. Mendingan sama gue, gue cantik, pinter"
Caca menatap Liah sinis. Liah hanya mendengus kesal."Bodo amat"
Rino dan Bagas menjawab."Eh kok lo nyolot si Gas"
"Terserah gue dong"
"Lo juga sering nyolot kampret"
Raffi menimpali."Ha bener tu"
Luna juga ikut-ikutan."Weh diem lu Luna. Lo juga kenapa ikut-ikutan, mentang-mentang ada Raffi"
Caca di sudutkan saat ini."Terserah gue dong. Raffi kan suami gue, iya kan sayang"
Luna menggandeng tangan Raffi. Raffi hanya tersenyum."Jijik gue"
Caca tersenyum sinis."Bodo amat"
Semuanya menjawab.
Caca hanya mendengus kesal.Tidak lama kemudian terdengar panitia lomba memanggil seluruh peserta lomba karena lomba akan segera dimulai.
Dimas duduk sebagai juri. Luna duduk di samping Bagas karena mapel nya yang sama.
Lomba pun dimulai. Suasana tegang menyelimuti ruangan tersebut. Luna mengerjakan soal dengan tenang, meski sejujurnya Luna sangat gugup saat ini.
Setelah lebih dari sejam akhirnya lomba pun selesai. Seluruh peserta akhirnya bisa bernafas lega.
"Huaaa akhirnya, gue bebass"
Luna berteriak."Woy gak usah teriak gitu,lo udah kayak baru keluar dari penjara"
Caca menatap Luna sebal."Eh lo kenapa sih? Gak suka? Yaudah pulang lo sana. Dari kemarin lo nyolot terus kerjaannya"
Luna mengomel tidak jelas."Udah gak usah ribut kayak gitu, kita jalan-jalan aja yuk untuk nyegerin otak"
Dimas langsung mengajak mereka untuk berkeliling Bandung. Tentu saja mereka mau.Mereka pun memilih untuk jalan-jalan ke Mall yang ada di Bandung.
Tidak butuh waktu lama, mereka sudah sampai di Mall yang mereka tuju."Kak gue jalan sama Luna ya"
"Yaudah, nanti kita kumpul disini lagi oke"
Semuanya hanya mengangguk. Mereka semua berpencar. Luna bersama Raffi, Rino dan Liah, Bagas dan Dimas sedangkan Caca, gadis itu memilih untuk jalan sendirian."Jadi lo mau apa?"
Raffi menatap Luna intens."Gue maunya elo"
Luna merengek seperti anak kecil dan menggandeng tangan Raffi."Hahah, yang serius Luna"
Raffi menarik hidung Luna."Aws sakit bego"
Luna memegang hidungnya."Eh beli baju yuk buat bunda sama mamih, samaan gitu"
Luna menarik tangan Raffi. Raffi mengangguk menyetujui."Ini bagus gak?"
Luna memperlihatkan baju yang menurut Luna cukup menarik."Emm bagus. Yang ini aja, gue suka"
"Serius, yaudah yuk ke kasir"
Luna berjalan ke arah kasir. Raffi mengalihkan padangannya. Raffi terhenti pada sebuah hoodie yang cukup lucu menurut Raffi.Raffi pun menemui Luna.
"Udah?"
"Udah kok, yuk"
Luna menarik tangan Raffi."Gue laperr, makan yuk"
Luna menatap Raffi."Yaudah ayok"
Kali ini Raffi yang menarik Luna. Mereka pun duduk di salah satu tempat makan yang ada di dalam Mall tersebut."Ini buat lo"
Raffi menyodorkan paperbag untuk Luna."Apa?"
"Ya dibuka dong sayang"
Raffi mengacak rambut Luna."Huaa lucu banget, aaa makasih"
Luna langsung memeluk Raffi bahagia."Iya sama-sama"
Raffi membalas. Luna menatap Hoodie yang Raffi pakai. Sama dengan yang barusan Raffi berikan padanya."Couple?"
"Iya"
Raffi tersenyum."Huaa makasih"
"Iya sama-sama, gue kan suami. Selagi gue mampu, gue bakal beli apapun yang istri gue suka"
Raffi memeluk Luna."Tambah sayang, sekali lagi makasih"
Luna merasa sangat bahagia."Iyaaa bawel ih, dari tadi bilang makasih"
Luna hanya tertawa. Setelah puas jalan di Mall Dimas mengajak mereka semua untuk pulang.***
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDZONE Area (COMPLETED)
JugendliteraturDua manusia berbeda kelamin sahabatan? Yakin murni sahabat? Yakin gak ada secuil rasa suka? Bener yakin? Gue rasa persahabatan anatara cewek dan cowok gak akan semulus itu. Tidak ada yang murni di dunia ini termasuk persahabatan dua kelamin yang be...