Rasanya ragaku ...

9 1 0
                                    

Rasanya ragaku lemas usai mencipta cerita panjang tentang cinta. Meskipun aku tak merasa keberatan, tapi karena belum pernah merasakan detaknya membuatku otakku harus bekerja lebih keras. Alhasil, karyaku dapat rampung tepat pada waktunya. Aku memang tak kesulitan menulis cerita tentang percintaan, mudah bukan menuliskan apa yang pernah teman-temanku ceritakan? Bukan aku ingin sombong dan merasa bisa. Hanya saja perihal tema cinta memang tak membuatku kesulitan.

Otakku mulai kembali dituntut bekerja lebih keras. Materi-materi mulai kembali disajikan. Aku berusaha mengikuti setiap harinya agar tak ada satupun materi yang aku tinggalkan. Nyatanya, kecerdasanku tak sampai pada titik gang diharapkan. Rasanya semakin hari materi yang diberikan semakin sulit ku terima. Entah karena aku yang malas belajar atau otakku yang sulit untuk menerima.

Perlahan, aku menciut dan mulai tak nampak. Aku tidak menyerah. Hanya saja aku ingin istirahat agar aku dalam kembali lalu memahami materi lebih dalam. Aku tak muncul dalam beberapa pembahasan. Aku berpikir, bagaimana caranya agar materi-materi itu dalam aku lahap sempurna tanpa sisa? Hingga nama dia muncul paling awal. Gita tampak aktif dan antusias menanggapi materi yang diberikan. Rasa penasaranku kembali mencuat. Kenapa dia bersembunyi saat membahas cinta? Tapi kenapa ia keluar dari persembunyian saat bahasannya jauh dari kata cinta? 

Aku berhenti memikirkan dia. Aku mengesampingkan rasa penasaranku. Tujuanku hanya mengejar materi yang tertinggal. Dan aku mulai memberanikan diri mengiriminya sebuah pesan. Semoga ia tak salah paham dan tak menghindar.

Lamongan, 1 Januari 2020

Aku dan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang