"PRIITT!!!!" bunyi tiupan peluit, tanda bertambahnya skor untuk tim basket dari Klub PULSE. Sebuah klub bola basket di London, Inggris.
"Yoshaaa!!!" Teriak Wenas, salah satu pemain klub PULSE. Kemenangan yang ke 8 kali dengan lawan klub WARRIOR membuat pelatih klub PULSE merasa bangga.
"Ini sudah ke 8 kalinya kalian menang dalam pertandingan basket internasional. Saya bangga dengan kalian" ucap Coach Fictor.
Seorang pria berbadan tinggi, barambut hitam, bermulut kecil dengan belahan di bibir bawahnya, sedang mengambil bola basket, "Kemenangan ini semua karenaku"
"Kenapa karenamu?" tanya Wenas.
"Jika bukan karenaku, apakah kalian dapat memasukkan bola sebanyak itu? Tidakkan? Akukan Shotting terhebat"
Wenas hanya manggut manggut, "Iya Daniel. Kau memang hebat. Baiklah, pertandingan sudah selesai. Ayo kita pulang, tapi kita makan dulu"
Mereka pamit kepada Coach Fictor dan keluar menuju tempat parkir untuk mengambil mobil. Mobil Lamborghini veneno berwarna silver itu adalah milik Daniel.
"Kita makan dimana?" tanya Daniel yang sedang mengendarai mobilnya itu.
"Kita ke kafé yang di dekat klub... klub apa ya?" kata Angelo yang duduk di sampingnya.
Daniel mengerutkan keningnya. "Yang di dekat klub basket itu ya?". Angelo mengangguk, "Nah iya, dari pada bingung mau kemana. Lebih baik kesana saja"
Akhirnya, mereka sampai di kafé tersebut. Daniel memarkirkan mobilnya di samping kafé yang bersebelahan dengan lapangan klub basket wanita. Kebetulan, di lapangan outdoor klub tersebut sedang ada petandingan antar klub. Tapi, kelihatannya sudah selesai. Mereka masuk ke dalam dan memesan beberapa makanan vegetarian. Makanan tersebut datang dengan minuman jus yang mereka pesan.
"Sebentar, aku ke toilet dulu"
Ketika Daniel hendak melangkahkan kakinya menuju toilet, seorang gadis yang memakai sepatu tak sengaja menginjak tali sepatunya yang lepas. Hal tersebut membuat sebuah kue tart yang ia bawa melayang jatuh ke arah wajah Daniel. Kejadian tersebut spontan membuat semua pengunjung yang makan di kafé tersebut tertawa lepas.
"Oh, ya ampun. Maafkan aku, aku tidak sengaja melakukannya" gadis tersebut nampak bingung harus melakukan apa.
Daniel membersihkan krim kue yang mengenai matanya dengan kasar. Saat ia membuka matanya, tampak seorang gadis yang sedang memakai baju klub basket dan rambutnya yang di ikat asal itu membuat ada beberapa rambutnya yang tak ikut terikat.
Suara tawaan pengunjung yang masih belum berhenti membuat Daniel mengambil sebuah sendok dan melemparkannya ke kening gadis tersebut.
"Daniel!" hal tersebut membuat semua teman temannya terkejut melihatnya.
"Kau kira aku ini hantu? Jika kau tidak bisa mengikat tali sepatumu itu dengan benar, maka jangan memakai sepatu! Kau lihat semua orang mentertawakanku seperti itu?! apa kau suka, huh?!"
Daniel langsung menginjak kue tart milik gadis itu yang tadi mengenainya. Ia langsung pergi ke toilet untuk membersihkan wajahnya. Gadis tersebut mengambil kue tartnya yang telah hancur dan segera keluar dari kafé tersebut.
"Teman teman, aku pergi dulu sebentar" Angelo beranjak dari tempat duduknya menuju ke tempat pemesanan.
"Permisi, aku pesan satu kue tart yang sama seperti milik gadis disini tadi" katanya kepada seorang pelayan kafé.
"Baik. Tunggu sebentar saya ambilkan"Angelo menggigit bibir bawahnya. Semoga, dia masih ada di sekitar sini. Gumamnya dalam hati.
"Ini" seorang pelayan memberikan sebuah kotak berisi kue tart pesanannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KathNiel
RomanceKematian bukan merupakan simbol kebahagiaan. Tapi ketika kematian itu menunjukkan kedamaian untuknya, disaat ia mati dalam keadaan yang bahagia. Masihkah itu di sebut sebagai kesedihan? Kita pasti tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi. Tapi...