❤ TIGA

56 4 3
                                    

SESAMPAINYA di rumah sakit, Wenas berlari masuk untuk meminta bantuan dokter. Perawat dan dokter pun datang dan menaikkan Daniel ke atas bed pasien. Mereka semua membantu perawat dan dokter mendorong bed pasien Daniel menuju ke ruang ICU. Setibanya mereka di ruang ICU, dokter meminta mereka untuk menunggu diluar.

Kathryn hanya bisa duduk dan menundukkan kepalanya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menyesali atas apa yang sudah ia lakukan. Seharusnya ia tidak ikut bersama Angelo tadi. Andai saja waktu bisa berjalan mundur untuk sebentar saja. Tapi sayangnya, itu hanya sebuah harapan yang mustahil untuk menjadi kenyataan. Pikirnya, jika bisa ia berharap semua rasa sakit yang Daniel rasakan saat ini beralih padanya supaya dia saja yang merasakan.

Angelo yang hanya mondar mandir karena semakin cemas melihat keadaan Daniel dari balik kaca pintu. Pandangan dan langkahnya terhenti saat melihat Kathryn yang dari tadi hanya menangis. Ia menghampiri dan duduk di samping gadis tersebut, "Kau pulang saja dulu. Tenangkan dirimu dan jangan cemas. Semua akan baik baik saja"

Kathryn menoleh, "Bagaimana aku bisa tenang?! Aku yang telah membuat ini semua terjadi. Ini semua salahku. Dan menyesal pun kini rasanya percuma saja"

Dengan meyakinkan Kathryn, "Kau tidak perlu bersedih. Ini bukan salahmu. Sekarang pulanglah, tenangkan dirimu. Akan ku antar"

"Tidak perlu. Aku tidak ingin merepotkan. Kau jaga Daniel saja"
Angelo mengangguk.



Sesampainya di apartemen, Kathryn meletakkan obat P3K di meja dapur dan membaringkan tubuhnya di atas Kasur.

"Tok, tok, tok" suara pintu kamarnya yang di ketuk oleh seseorang.

"Masuklah" kata Kathryn tanpa bangkit dari kasurnya.

Tamika datang dan duduk di tepi kasur Kathryn, "Kathryn, kau darimana? Oh iya, P3K di rumah habis. Kau sudah membelinya?"

Kathryn terbangun dan duduk di samping Tamika, "Sudah, aku meletakkannya di atas meja dapur"

Tamika mengerutkan dahinya, "Kau kenapa? Wajahmu pucat sekali. Kau sakit?"

Kathryn menoleh menghadap Tamika. Air matanya keluar lagi, "Bukan aku yang sakit. Tapi aku yang telah membuat seseorang merasa sakit"

Lagi lagi Tamika mengerutkan dahinya, ia bingung apa yang dikatakan temannya, "Maksudmu?"

Dengan memegang dadanya, "Disini, rasanya sesak sekali. Aku membuat masalah Tamika. Aku membuat orang lain terluka"

Tamika menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal itu, "Coba kau jelaskan apa yang terjadi. Aku tidak mengerti"

Kathryn menarik nafas dan mengeluarkannya. Ia mencoba menjelaskannya dari awal sampai akhir.

Seketika Tamika terkejut setelah Kathryn selesai bercerita, "Haa?!! Bagaimana bisa kau melakukannya?"

Kathryn menelan ludah, "Aku takut, karena ini pertama kalinya aku bertanding dengan klub PULSE. Hingga rasa takutku menimbulkan masalah seperti ini"

Tamika menyuruhnya untuk tenang, "Oke. Kalau begitu, nanti malam kau jenguk dia. Aku akan menemanimu. Sekarang kau tenangkan dirimu dan bersiap siaplah. Jangan menangis lagi"

Kathryn mengangguk. Ia lalu tidur dan mencoba untuk menenangkan pikirannya kembali.



Malamnya, Kathryn dan Tamika segera pergi ke rumah sakit dimana Daniel tengah dirawat. Di perjalanan, Kathryn hanya diam termenung melihat jendela taksi. Tamika yang mengerti kondisi temannya, ia hanya bisa diam melihatnya. Sesampainya di rumah sakit, Kathryn segera berlari masuk ke dalam dan menuju ke ICU tempat Daniel dirawat.

KathNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang