"Tolong jangan pergi'?"
Kathryn yang duduk di tempat tidur dengan tangan yang memainkan ujung selimutnya menatap Tamika yang duduk di sampingnya.
Temannya satu Universitas tapi beda jurusan yang kadang kadang tidur bersamanya di apartemen miliknya. Ia bermata sipit, berambut panjang lurus berponi itu menatap Kathryn dengan melipat tangannya di dada.
"Aku tak percaya kau hanya bisa berkata begitu. Kenapa tidak mengatakan bahwa kau juga memintanya untuk tetap kuliah di Universitas London?" kata Tamika.
Kathryn mengerang, "Kau tidak tahu! Sebenarnya aku ingin bilang begitu, tapi dia malah pergi. Jadi ya sudah, aku biarkan dia pergi saja." katanya seraya memegang pipinya yang dingin, "Sepertinya otakku tidak bekerja tadi pagi. Bagaimana bisa aku melarangnya untuk tidak pergi. Padahal, aku kan bukan siapa siapanya. Dan kenapa pula aku memegang tangannya? Astaga, apa yang sudah aku lakukan?"
"Kata siapa kau bukan siapa siapanya? Kau itu temannya. Apa seorang teman tidak boleh melakukan hal seperti itu kepada temannya sendiri?" tegur Tamika.
Kathryn terbaring, "Dia memang temanku. Tapi apa dia menganggapku sebagai temannya?"
Dengan menepuk tangan temannya, "Tentu saja, jika dia tidak menganggapmu sebagai temannya apa dia menganggapmu sebagai pacarnya?"
Kathryn terbangun dari tempat tidurnya, ia terkejut apa yang dikatakan Tamika barusan, "Apa tadi? Pacar? Siapa juga yang mau berpacaran dengan cowok sombong dan pengotot seperti dirinya?"
Tamika tertawa kecil, kali ini jawabanmu memang begitu Kathryn. Tapi kau tidak tahu apa yang terjadi pada perasaanmu selanjutnya. Tuhan bisa membolak balikkan hati manusia.
"Lebih baik, sekarang kau tidur saja. Sudah malam. Aku mau tidur" ucap Tamika.
Saat membaringkan diri di tempat tidurnya, Kathryn begumam lirih, "Kalau aku bertemu dengannya lagi," ia mengerutkan keningnya. "Kalau dia membenciku bagaimana?"
***
"Hmmm,, sudah pagi"
Sinar matahari menembus jendela kamar Kathryn. Ia bangun dari tempat tidurnya dengan rambut yang berantakan.
"Aduh!! Sudah jam 6".
Sontak, Kathryn langsung berlari menuju kamar mandi dan lanjut sarapan. Ketika memasuki dapur, Tamika ternyata sudah duduk dengan melipat tangannya di depan dada.
"Sudah jam berapa sekarang?!" Tanya Tamika dengan muka yang garang.
Kahryn duduk di depannya, "Iya iya, ini juga mau berangkat kok"
Saat mau memasukan sendok ke mulut, Kathryn melirik sebentar ke Tamika.
"Kenapa cemberut seperti itu? Cepat makan. Nanti telat loh". Tamika pun mulai makan dengan wajah yang tetap cemberut.
Setelah tiba di Universitas, Kathryn segera berlari menuju kelasnya. Tamika pun juga demikian, berlari menuju ke kelasnya. Saat berjalan menuju ke kelasnya, Kathryn melihat Daniel yang baru datang juga.
"Daniel" panggilnya. Daniel hanya menoleh tanpa mengucap satu patah kata pun dan lanjut berjalan.
Pelajaran pun dimulai. Berjam jam sudah dilalui hingga sudah sampai waktunya jam istirahat. Pada jam tersebut, Prof. Harry datang dengan membawa buku yang bertuliskan Dokumen. Semua siswa bertanya tanya, ada hal penting apa yang membuat Prof. Harry sampai datang kesini.
"Daniel Jeysen" panggilan yang ditujukan kepada Daniel, membuat semua mahasiswa menoleh ke arahnya.
"Daniel, kau tidak akan pidahkan?" tanya Angelo khawatir. Daniel hanya berjalan mengabaikannya. Semua teman temannya merasa takut dan khawatir kalau Daniel memang benar benar pindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KathNiel
RomanceKematian bukan merupakan simbol kebahagiaan. Tapi ketika kematian itu menunjukkan kedamaian untuknya, disaat ia mati dalam keadaan yang bahagia. Masihkah itu di sebut sebagai kesedihan? Kita pasti tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi. Tapi...