DI dalam kamar, Kathryn duduk di sudut kamarnya. Ia meletakkan kepalanya di lututnya dan memeluk kedua kakinya. Isak tangis terdengar dari dirinya. Sudah lama sekali Kathryn tidak keluar dari kamarnya.
"Maafkan aku, Daniel," gumam Kathryn dan kini air matanya kembali membasahi pipinya.
"Tok, tok, tok... Kathryn!" suara pintu kamarnya yang di ketuk oleh seseorang.
"Kathryn! Ini aku Tamika," ucap Tamika dengan keras.
Terdengar suara isakan kecil dari dalam kamar Kathyn. Apa mungkin dia menangis? Tamika langsung masuk ke dalam kamar Kathryn. Dan ternyata benar, Kathryn menangis.
"Kathryn!" Tamika langsung menghampiri Kathryn dan duduk di sampingnya.
Kathryn mengangkat kepalanya. Tamika tersentak melihat kondisi Kathryn sekarang. Badannya yang panas dingin, mata yang sembab dan wajahnya yang pucat membeku.
"Kathryn, kau kenapa?" tanya Tamika khawatir.
Kathryn menghela napasnya, "Daniel"
"Daniel kenapa?"
"Dia sudah tahu kalau aku yang membuatnya masuk ke rumah sakit waktu itu,"
"Siapa yang memberitahunya,"
"Aku,"
Tamika menghela napasnya, "Kathryn, itukan memang keinginanmu sendiri. Kau sudah memenuhinya. Lalu kenapa kau menangis?"Kathryn dia sejenak. Jika di pikir pikir memang benar. Dari dulu dia memang ingin mengatakan hal ini kepada Daniel. Dan sekarang, keinginan tersebut telah terpenuhi. Lalu kenapa dia menangis?
"Aku takut jika dia membenciku, Tamika,"
Tamika mengerutkan dahinya. Senyum kecil terulas di bibirnya, "Apa kau menyukainya?" tanyanya.
Kathryn membelalakkan matanya karena sedikit tersentak, "Apa maksudmu?"
"Bukan apa apa. Aku hanya heran saja, kau setakut ini kepadanya. Kau se-khawatir ini kepadanya. Kau..."
"Dan kalau memang benar aku menyukainya? Bagaimana?"
"Sudah kuduga. Ya sudah, lebih baik kau cuci muka dulu dan segera tidur. Ini sudah malam"Kathryn mengangguk. Ia segera melenggang pergi menuju kamar mandi.
Tamika berjalan dan duduk di kasur Kathryn. Ia mengambil ponselnya dan memainkan alat komunikasi tesebut. Seketika, ada notifkasi di layar ponselnya. Ia membuka notifikasi tersebut dan membacanya. Baru saja ia membaca judul berita tersebut, ia langsung terperanjat.
"Bukankah ini klub PULSE? Jadi, Daniel dan... siapa itu? aduh aku lupa. Oh iya, Wenas. Apa?! Wenas?! Jadi mereka akan bertanding besok?"
Tamika langsung berlari menghampiri Kathryn di kamar mandi."Tok, tok, tok! Kathryn! Cepat keluar! Aku punya berita penting!!" katanya dengan nada tinggi.
Tak lama kemudian, Kathryn keluar dari kamar mandi. Kondisinya sudah tidak seperti tadi sekarang. Bisa di bilang sudah baikan.
"Ada apa?" tanyanya kepada Tamika.
"Lihat ini!" Tamika menyodorkan ponselnya kepada Kathryn.Kathryn mengambil ponsel tersebut. Ada sebuah tulisan yang di cetak tebal, KLUB PULSE AKAN BERTANDING MELAWAN KLUB THUNDER DI BASKETBALL ARENA LONDON BESOK!
Kathryn menjatuhkan ponsel milik Tamika, "Kathryn!!" Tamika langsung mengambil ponselnya dan mengusap usapnya.
Kathryn memegang kepalanya, "Jadi dia akan bertanding besok? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" ia mengacak-acak rambutnya.
Tiba tiba Tamika memegang tangan Kathryn, "Kathryn, jika kau melihat pertandingannya. Aku ikut ya," katanya.
Kathryn mengerutkan dahinya, "Kenapa memangnya?"
Aku ingin melihat Wenas.
"Aku ingin menemanimu"
"Baiklah, hari ini kita akan bertanding melawan klub THUNDER. Apakah kalian sudah siap?"
"Siap Coach!"

KAMU SEDANG MEMBACA
KathNiel
RomanceKematian bukan merupakan simbol kebahagiaan. Tapi ketika kematian itu menunjukkan kedamaian untuknya, disaat ia mati dalam keadaan yang bahagia. Masihkah itu di sebut sebagai kesedihan? Kita pasti tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi. Tapi...