❤ EPILOG

66 6 7
                                    

1 tahun kemudian.

"Kenapa kau tidak mengangkat barang barangnya? James, kau ingin aku marah, ya?"

"Wenas, sini coba lihat! Pohonnya bersemi!" kata James seraya menarik tangan Wenas.

Wenas memegang pohon yang di tanam di sebuah pot besar, "Pohon apa ini?"

"Pohon ini yang mau di buang Daniel karena katanya sudah mati. Tapi lihat, dia tumbuh" kata James dengan wajah yang berbinar binar.

"Kau benar. Wah, keren"

"Wenas! James! Kemarilah!" teriak Angelo yang memanggil mereka berdua.

"Ada apa?" tanya Wenas.
"Ada Daniel!"
"Hei Angelo! Jangan bercanda! Kau ingin kami semakin merindukannya, ya?"
"Aku tidak bohong. Kemarilah!"

Karena penasaran dengan apa yang Angelo katakan, James dan Wenas pun menuruti perintah Angelo untuk masuk ke rumah rumah Daniel.

"Mana Danielnya?" tanya James.
"Itu" Angelo menunjuk televisi yang ada di depannya. Dan benar, Daniel ada di televisi tersebut.

"Bryan tidak sengaja menemukan kamera di kamar Daniel saat membereskan barang barang tadi. Jadi aku menyuruhnya untuk melihat apa isi kamera tersebut. Dan ternyata, ada rekaman Daniel di dalamnya" jelas Angelo, "Ya sudah, mari kita duduk dan lihat rekaman videonya"

Video pun di nyalakan. Di video itu ada Daniel yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu.

"Ini Daniel Jeysen. Beberapa bulan yang lalu, dokter berkata padaku bahwa masa hidupku tidak lama lagi. Aku terkejut, tapi semua orang akan mati juga pada akhirnya. Aku menganggapnya sebagai anugerah terakhirku. Waktu dimana kita wisuda saat itu, menandakan akhir dari 1 bulan yang dokter perkirakan. Saat kalian menemukan dan menonton video ini, apakah aku masih hidup? Lalu... kekasihku Kathryn, bagaimana kabarnya?"



"Coach Kathryn!"

Merasa dirinya di panggil oleh seseorang, Kathryn pun membalikkan badannya ke belakang. Ada seorang gadis yang mengenakan baju klub basket KathNiel dengan satu tangan yang memegang bola basket sedang berlari menghampirinya.

Gadis tersebut tiba tiba memperhatikan mata Kathryn dengan lekat, "Entah kenapa jika aku menatap mata Coach, rasanya aku tidak mau memalingkan tatapanku" ucap gadis itu.

Kathryn tersenyum seraya menepuk pundak gadis itu pelan, "Kau itu sangat pandai dalam hal memuji, ya?"

Gadis itu menyengir, "Kalau begitu, saya mau latihan dulu. Sampai nanti Coach"

Kathryn mengangguk. Gadis itu lalu masuk ke dalam sebuah klub yang bernama KathNiel.

Kathryn memandang ke langit dengan senyum yang merekah di bibirnya,
Daniel. Sudah lama bukan? Kau sering tersenyum diatas sana? Apa kau masih keras kepala? Kau masih sering kesal? Kau baik baik saja di atas sana? Aku telah membuat tempat yang indah sebagai monumen kisah yang kita ukir di kota yang indah ini. Dengan matamu yang ku gunakan untuk melihat selama ini, membuatku seakan akan terus melihatmu. Dimanapun dan kapanpun aku berada, aku pasti merasa bahwa kau ada disampingku dan menggenggam tanganku. Setiap orang yang melihat mataku ini, pasti tak mau berpaling karena keindahannya. Jangan pernah berpikir, kalau aku tidak bahagia karena tak ada dirimu yang selalu menemaniku lagi. Walaupun cinta ini hanya sepihak, tapi sungguh, aku sangat bahagia. Tetaplah tersenyum di atas sana, Daniel Jeysen.

{END}


.
.
.
.
.
.

Akhirnya selesai juga nih cerita 😁. Terima kasih yang sudah membaca cerita saya sampai selesai. Terima kasih atas voment yang mendukung 🙏. Pokoknya terima kasih semuanya 🙏🙌.

Maaf jika cerita saya ini tidak menghibur dan tidak membuat baper atau semacamnya 🙏. Maaf juga kalau cerita saya tidak asik seperti cerita cerita yang lain 🙏. Ini novel pertama saya, Insyaallah di novel kedua nanti lebih baik dari ini 😊.

Sekali lagi, terima kasih yang sudah membaca cerita saya ini dan maaf bila cerita ini tidak sebagus dan tidak sebaper yang pembaca pikirkan :).

KathNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang