Cast: - Kim Jiwon
- Kim Soohyun
- Park Seokjin
- Lee Haewon“Shhttt.. Haewon-ah.. heyy.. Lee Haewon,” pemuda itu terus saja berbisik pada seorang gadis yang duduk di depan bangkunya, berharap gadis itu menoleh ke arahnya—lagi.
“Diam Kim, Mr. Song akan marah jika kamu ketauan terus berbisik seperti itu.. dan lagi kasihan Haewon, dari tadi dia terus kamu ganggu,” pemuda yang dipanggil Kim itu mendelik ke arah sang sahabat yang duduk di sebelahnya.
“Ckk.. itukan salahmu juga, kenapa tak mau memberitahu isi no duabelas,” Seokjin sang sahabat balik mendelik.
“Kenapa jadi salahku? Kan dirimu sendiri yang lupa belajar,”
“Ya-ya.. aku tau, tapi setidaknya tolong aku kali ini saja. Dan yang harus kamu tau adalah ini semua bukan murni kesalahanku, tapi salah stasiun televisi yang menayangkan pertandingan bola semalam,”
“Ckk.. selalu itu yang kamu katakan jika sedang dalam keadaan seperti ini,” dan Soohyun pun terkekeh saat mendengarnya, sementara Seokjin. Pemuda itu hanya bisa pasrah, memberi sang sahabat contekkan.
###
Bell istirahat baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi keempat sekawan itu sudah berada di kantin untuk menyantap makan siang. Sesekali terdengar candaan dari mereka, tak jarang perhatian penghuni kantin yang lain tersita oleh ocehan berisik yang mereka lontarkan.
“Soohyun-ah! Berhenti mentiupi telingaku,” pemuda bernama Soohyun itu hanya terkekeh mendengar gerutuan dari Jiwon. “Seokjin-ah, tolong hentikan sikap sahabatmu yang kekanakan ini,” gadis itu kini malah merengek pada pemuda yang dipanggilnya Seokjin.
“Kamu seperti tak kenal dengan dia saja, bukankah itu sudah biasa,” katanya dengan acuh, dan ia malah fokus pada ponselnya.
“Sudahlah Jiwon-ah biarkan saja,” kata gadis lainnya yang bernama Lee Haewon sembari ikut terkekeh bersama Soohyun.
“Hhhh.. kalian berdua selalu membelanya,” dan keduanya kini malah mengangkat bahu.
###
“Kamu yang menyetir ya,” Soohyun melemparkan kunci mobilnya pada Seokjin saat mereka berempat baru tiba diparkiran.
Dan dengan cekatan Seokjin menangkap kunci mobil itu, lalu menekan tombol bergambar 'gembok terbuka' pada benda tersebut. Selanjutnya pemuda itu memasuki mobil dibagian kemudi, dan disusullah oleh ketiga sahabatnya yang lain.
“Langsung pulang?” Sebelum benar-benar mengemudikan mobilnya, Seokjin bertanya pada ketiga sahabatnya.
“Kita jalan-jalan dulu saja, sudah lama aku tidak main arcade game,” sahut Soohyun dengan cepat.
“Hhh.. dipikiranmu hanya main saja,” tanggap Jiwon kemudian.
“Biar saja, toh aku senang melakukannya,”
“Tapi aku tidak,”
“Aku tidak menyuruhmu untuk—”
“Apa kalian tidak bisa untuk diam?” sebelum perdebatan antara Soohyun dan Jiwon semakin memburuk, Seokjin langsung menginterupsinya, walaupun sudah kebal dengan tingkah kedua sahabatnya itu.. tapi, kali ini dia cukup bosan juga mendengarnya.
“Soohyun yang memulai semuanya,” Jiwon yang membela diri.
“Eh? Kenapa jadi aku? Bukankah kamu yang—”
“Stop! Atau kita akan langsung pulang,” dan akhirnya, mereka berdua bisa bungkam. Sementara Haewon yang sedari tadi memperhatikan tingkah mereka hanya bisa terkekeh pelan. Benar-benar konyol, hal itulah yang ada dipikirannya.