Cast : - Kim Jiwon
- Kim Soohyun
- and Other CastTerkadang... aku ingin mengintip takdirku agar hidupku lebih terencana. Tapi aku baru sadar, Tuhan menyimpan takdir untuk kejutan.
###
"Oppa!"
Aku menerjang masuk ke dalam apartemen yang sangat kukenal belakangan ini. Senyum ceria mewarnai wajahku. Di saat seperti ini, aku tidak seharusnya menunjukkan wajah sedih, 'kan? Karena... yah, aku akan bertemu dengan kekasihku.
Jadi... apa itu sesuatu yang harus membuatku sedih? Tentu saja tidak.
"Hai chagiya," sambut kekasihku itu. Di sana ia berdiri-di dekat meja makan-memandang ke arahku dengan tangan yang sedang menggenggam ponsel. Mata elangnya yang melihatku kemudian menyipit, karena sebuah senyum yang disunggingkan.
Aku pun mendekat ke arahnya. Masih sambil membawa kantung plastik berisi makanan kesukaannya, aku langsung meloncat dan memeluknya.
"Hei pelan-pelan, Ji." Ujarnya setengah memprotes tindakanku itu dan responku hanyalah sebuah cengiran.
"Aku membawa makanan kesukaanmu, apa kau senang?" Sambil memisahkan diri dariku, Soohyun kemudian mengecup pipiku.
"gomawo." Aku sudah akan menjawab saat ia mendadak tertawa. "Tapi aku sudah makan tadi." Seketika, senyumku menghilang. Wajah cemberut pun kutunjukkan. Gantinya, Soohyun kini menampakkan wajah bersalah dan buru-buru menyimpan ponsel-nya ke dalam saku celana tiga perempatnya yang sedang ia kenakan, kemudian mengangkat kedua tangannya sebelum ia mendorongku ke arah sofa di depan televisi.
Dengan lembut, Soohyun kemudian melepaskan peganganku dari kantung plastik dan meletakkannya ke atas meja pendek yang ada di depan sofa. Ia menekan kedua pundakku hingga kini aku terduduk di atas sofa karena paksaannya.
"Jangan cemberut begitu, Ji. Aku tak suka melihatmu seperti ini." Katanya dengan tatapan lembut padaku.
"Bagaimana aku tidak cemberut, tuan Kim?" jawabku dengan melipat tangan di depan dada, sementara Soohyun sudah mengambil tempat duduk di sebelahku. "Aku sengaja dan susah payah datang ke sini karena ingin makan bersamamu, tapi nyatanya kau sudah makan duluan?"
Soohyun menggaruk kepala bagian belakangnya dengan gerakan salah
tingkah. "Maaf, tadi aku lapar sekali," jawabnya sambil melihat ke arah depan-televisi. "Lagi pula... tuh!" Soohyun menunjuk ke arah sebuah jam dinding yang memang terletak di dekat televisi. "Sudah jam tiga."Aku menghela napas. Memang benar, aku tidak bisa menyalahkannya. Akulah yang terlambat datang, jam makan siang sudah lewat. Tapi meski begitu, banyak hal lain yang bisa kami lakukan bukan, tentunya selain makan siang bersama.
"Hmm... lalu tadi oppa makan apa?" Tanyaku sembari merebahkan kepala di dadanya yang cukup bidang. Bersamaan dengan gerakanku itu, perlahan ia langsung mengulurkan tangannya untuk merangkulku. "Sampai-sampai kau menolak makanan kesukaanmu?" imbuhku kemudian.
Awalnya Soohyun hanya tertawa. Tapi kemudian, ia menjawab, "tadi aku makan sushi di dekat kampusku, setelahnya aku menemukan kedai bakpau yang enak dalam perjalanan pulang dan makan di sana. Kapan-kapan kau harus mencobanya, Ji." Aku terdiam. Otakku tengah bekerja, mengolah informasi yang baru kudapat dari Soohyun.
Sushi bukan masalah. Tapi, kedai bakpau? Sejak kapan Soohyun suka
makanan manis tersebut? Setauku, yang suka makanan itu..."Dengan siapa kau makan?" tanyaku akhirnya sembari menarik diri agar aku bisa melihat langsung pada matanya.
"Eh?" Soohyun tampak sedikit ragu-ragu, aku memilih bungkam agar ia tahu bahwa aku masih menunggu jawabannya. Aku pun mulai menggigit bibir bawah dengan tidak sabar saat kulihat ia mulai menggaruk pipi. Namun, bukan juga memberikan jawaban, dia malah berkata, "Ahh... sebentar, Ji. Tampaknya ada pesan masuk." Kemudian mengeluarkan ponsel-nya dari saku dan membiarkanku duduk di sini, dalam keadaan diam dan gelisah menunggu jawabannya.