"Dulu, mereka berdua hanya sepasang orang asing yang dipertemukan oleh takdir, tapi sekarang mereka telah menjadi satu-kesatuan yang tak akan pernah terpisahkan oleh apapun, termasuk ruang dan waktu," — Stranger
"Tanpa permisi kau masuk kedalam hidupku, bahkan hatiku, membuat perasaanku bimbang untuk beberapa waktu. Jika biasanya seseorang akan mengetuk terlebih dahulu, lalu memasukinya dengan perlahan, tapi berbeda denganmu yang terkesan terburu-buru," — Jiwon
"Untuk apa berlama-lama dalam urusan cinta, jika kita telah yakin dengan perasaan itu? Karena aku juga selalu yakin kita itu memang berjodoh, walaupun terkadang kau menyangkalnya dan menganggap semua itu sebuah kamuflase semata, yang mana perasaan itu tidak benar-benar nyata," — Soohyun
~~~
Suara troli bagasi yang berdecit, hiruk pikuk pengumuman penerbangan, dan aroma kopi yang kuat memenuhi area keberangkatan Terminal 3 Bandar Udara Internasional London Heathrow. Di tengah keramaian itu, Kim Jiwon tengah berjalan terburu-buru, pandangannya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan detail penerbangannya. Tanpa ia sadari, seseorang berjalan berlawanan arah dengan kecepatan yang tak kalah tinggi.
BRAK!
Mereka bertabrakan. Tas tangan Jiwon terlepas dari genggamannya, isinya—dompet, paspor, beberapa lembar boarding pass, dan benda-benda pribadi lainnya—berserak di lantai dingin bandara. Jiwon terkesiap, menatap horor pada kekacauan di kakinya.
Pria yang menabraknya segera bereaksi. "Oh my god, I'm so sorry, Miss!" serunya panik, suaranya dalam dan sedikit aksen yang asing di telinga Jiwon. Ia segera berjongkok, tangannya sigap membantu mengumpulkan barang-barang yang berserakan. "Are you okay? I wasn't paying attention, I'm really terribly sorry."
Jiwon menghela napas, menahan kejengkelan. "Hmm.." Hanya gumaman singkat yang keluar dari bibirnya. Ia ikut berjongkok, meraih barang-barangnya dengan gerakan cepat, berusaha menghindari kontak mata dengan pria asing di sebelahnya. Jantungnya berdebar bukan karena tabrakan, tapi karena keterlambatan yang mungkin terjadi akibat insiden ini. Ia harus segera tiba di Terminal 3.
Mereka berdua bekerja dalam diam selama beberapa saat, hanya suara barang yang beradu dan gumaman permintaan maaf sesekali dari si pria. Begitu semua barangnya kembali masuk ke dalam tas yang sedikit kusut, Jiwon berdiri tanpa menoleh.
"Thank you," ucapnya singkat, suaranya datar dan tanpa emosi, lalu segera berbalik dan mempercepat langkahnya menuju gerbang keberangkatan di Terminal 3, meninggalkan pria itu di belakangnya, masih sedikit membungkuk.
Pria itu, Kim Soohyun, hanya bisa menatap punggung Jiwon yang semakin menjauh, rasa bersalah bercampur sesuatu yang lain. Senyum tipis terukir di bibirnya, matanya berbinar penasaran. Batinnya bersorak, 'Wow. She's... different. Completely unfazed. Intriguing. I need to know more about her.' Ia berdiri, merapikan pakaiannya sebentar, pandangannya masih lekat pada sosok wanita berambut hitam yang menghilang di antara kerumunan. Dia sangat menarik, membuatnya penasaran.
###
Setelah menyelesaikan proses boarding yang cukup memakan waktu, Jiwon akhirnya menemukan kursinya di dalam pesawat. Ia duduk di dekat jendela, menatap keluar ke arah landasan pacu yang ramai dengan aktivitas. Kelelahan akibat perjalanan dan insiden di bandara mulai terasa. Ia hanya ingin penerbangan panjang ini segera berakhir.
Saat ia baru saja menyandarkan kepala ke jendela, sebuah suara menyapanya.
"Hi, Miss."
Jiwon sedikit terkejut dan berdecak dalam hati. Suara itu familiar. Ia menoleh, dan matanya membulat tipis. Pria yang menabraknya di bandara. Ia berdiri di samping kursinya, tersenyum ramah.
