07

2K 204 14
                                    

Maaf teman-teman kalau aku updetnya kelewatan dua hari, karena beberapa hari ini aku kurang enak badan jadi rada males berfikir😅😅😅....








Kalau begitu, selamat membaca🙋‍♀️🙋‍♀️...










🍁🍁🍁...










Aiden yang masih berada di belakang pintu kamarnya tersenyum tipis saat mendengarkan suara perut gadis itu, padahal tujuan Aiden keluar dari kamarnya adalah ingin mengambilkan gadis itu beberapa makan. Aiden sudah mendengar suara perut gadis itu berbunyi saat Elysia bersembunyi di balik punggungnya, tetapi gadis itu sama sekali tidak mengatakan apa pun soal jam makannya jadi Aiden berinisiatif membawakan gadis itu makanan manusia yang layak. Aiden berjalan dengan santai menuju dapur melewati ruang santai yang di sana terdapat Kevin dan Max sedang bertengkar mempertahankan argumen satu sama lain.

Tiba-tiba saja Kevin sudah berada di sampingnya "Aiden jawab aku. Apa manusia itu matemu?" Kevin menarik tangannya.

"Dia bukan mateku." Aiden menatap temannya sekilas.

"Mungkin saja belum..." gumamnya pelan.

"Apa maksudmu?" Max menatap Aiden dengan tatapan bertanya-tanya.

"Lalu apa pentingnya manusia itu?"

"Aiden, kau harus ingat bisa saja dia itu mata-mata suruhan Aaron, paman Chris sudah berulang kali mengatakan kepada kita untuk tidak percaya dengan orang asing." kesal Kevin.

Aiden menarik tangannya "Itu bukan urusanmu."

"Ini juga menjadi urusanku."

"Aaron adalah musuh kaum kita, karena pria bajingan itu kedua orang tua kita meninggal. Nasib baik kita masih bisa hidup sampai sekarang berkat paman Chris dan Pangeran."

"Dia bukan musuh kita, dia hanya gadis manusia biasa." Aiden membuang pandangannya kearah lain.

"Apa kau menjadikannya budak?" Max kembali bertanya dan kali ini Aiden menatapnya.

"Dia bukan budakku. Dia hanya temanku!" tegasnya dan itu membuat Max menghela nafas pelan.

"Berarti dia tidak di butuhkan di tempat ini." kesal Kevin melihat sikap dari salah satu temannya itu.

"Kau urus saja urusanmu sendiri," Aiden berjalan meninggalkan Kevin.

"Aiden! Jika kau tidak membawa manusia itu pergi maka aku sendiri yang akan membunuh manusia bodoh itu,"

"Jangan coba-coba!" bentak Aiden lalu berbalik melihat kearah Kevin dan tiba-tiba saja mata pria itu berubah menjadi abu-abu.

Kevin mendorong Aiden dan mencengkram krah baju yang di kenakan oleh temannya itu "Jangan bilang kau mencintai gadis manusia itu."

Tidak mau kalah Aiden mendorong tubuh Kevin hingga kedua tangan pria itu lepas dari krah bajunya "Aku bilang ini bukan urusanmu."

"Sadarlah Aiden. Dia bukan matemu dan kau tidak bisa mencintai gadis lain selain matemu!"

"Kau tidak berhak ikut campur urusanku!" Aiden menatap sinis kearah Kevin.

Tiba-tiba saja suasana terasa semakin berat, aura yang begitu gelap membuat ruangan itu terlihat suram. Ketiga pria itu terdiam di tempat mereka dan tidak ada yang berani membuka suara, suara pintu di banting menimbulkan suara yang begitu keras. Bahkan bisa saja pintu itu sudah rusak atau yang lebih buruk lagi pintu itu sudah bisa saja sudah tidak berada di tempat yang seharunya. Kevin yang begitu peka terhadap sekelilingnya mulai merasa waspada mengingat aura yang begitu gelap itu muncul karena ulah dari seseorang. Benar saja, sang Pangeran berjalan dengan tatapan mata yang begitu tajam dan dingin membuat ketiga pria yang berada di dalam ruangan itu menundukkan kepala mereka.

Prince Of Darkness-Crown In The City Of Blood BonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang