15

2.3K 190 32
                                    

Pagi itu suara kicauan beberapa burung terdengar merdu membuat Sia terbangun dari tidurnya, setelah insiden Lucifer mengambil keperawanannya Sia tidak di perbolehkan bertemu dengan siapa pun bahkan untuk keluar kamar pun Sia harus menunggu Lucifer dan meminta ijin dari pria itu. Sia merasa sangat tertekan, di tambah sikap Lucifer yang tidak bisa di tebak membuat Sia merasa takut. Namun, Sia bisa bernafas legah karena Lucifer tidak pernah menyentuhnya lagi. Pria itu hanya tidur di samping Sia dan saat Sia bangun dari tidurnya Lucifer sudah tidak ada di sampingnya, sama seperti saat itu lagi-lagi Sia terbangun dengan keadaan Lucifer tidak berada di sampingnya.

Sia mendudukkan tubuhnya sambil menatap kearah luar jendela, senyuman tipis menghiasi wajah cantik gadis itu saat kedua matanya tidak sengaja menangkap dua ekor burung yang bertanggar di salah satu dahan pohon. Kedua burung itu terlihat bermain satu sama lain hingga burung itu terbang meninggalkan dahan, Sia menundukkan kepalanya dan kembali merebahkan tubuhnya. Suara pintu terbuka membuat Sia melihat kearah pintu dan terlihat Max muncul, Sia mengangkat kepalanya dan melihat Max yang tersenyum manis kearahnya.

"Tidak perlu bangun kakak ipar. Aku cuman mau bilang kita akan pergi sebentar, makanan sudah di siapkan di atas meja makan. Kalau kakak ipar mau makan kak Lucifer memperbolehkan kakak keluar kamar dengan syarat tidak boleh keluar dari kastil ini." seru Max panjang lebar.

"Dan kalau kakak ipar melanggar..." Max mengangtung kalimatnya dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.

"Aku akan memberikannya hukuman." seketika tubuh Sia merinding karena nada serta raut wajah datar Max seolah-olah menunjukkan kebiasaan Lucifer yang kaku dan tak mudah tersentuh.

"Nah, itulah yang kak Lucifer bilang. Kalau begitu selamat beristirahat kakak ipar..." kembali Max tersenyum lalu menutup pintu kamar sang Pangeran dengan pelan.

Sia tersenyum senang "Aku boleh keluar..." gumamnya dengan senang.

Sia pun langsung turun dari atas kasur dan pergi ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagi seperti biasa, setelah selesai membersihkan tubuh dan mengganti pakaiannya Sia langsung berjalan menuju pintu lalu membuka pintu yang ada di hadapannya. Seperti biasa kastil milik sang Pangeran itu selalu terlihat sangat sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan dan Sia yang menyadari jika semua orang yang ada di dalam kastil itu sudah pergi dengan senang hati berjalan menuruni anak tangga. Sia pergi menuju kearah ruang makan, di atas meja terdapat banyak sekali makanan yang sudah tersaji. Sia yang sangat laparan langsung duduk di salah satu bangku dan mulai menyantap makanan di depannya dengan lahap.

Perut sudah terisi, Sia pun terlihat sangat senang karena untuk saat itu dia bisa menikmati makanan enak tanpa ada merasakan perasaan tertekan. Karena biasanya Sia akan memulai sarapan paginya di dalam kamar, Lucifer akan membawakan menu sarapan untuknya dan mulai mengawasi gadisnya makan. Saat itu Sia ingin sekali berteriak kepada Lucifer untuk berhenti menatap dirinya, karena setiap makanan yang masuk kedalam perutnya Sia sama sekali tidak merasakan apa pun. Tetapi Sia tidak bisa mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya selain diam sambil memakan makanannya.

Sia yang sudah merasa kenyang berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya tetapi tanpa sengaja Sia melihat kearah luar dan suasana pagi itu sangatlah indah, Sia tanpa sadar membuka pintu yang menghubungkannya dengan taman mawar yang berada di halaman belakang kastil. Kedua mata Sia membulat karena taman yang di penuhi oleh berbagai macam jenis mawar itu terlihat sangat indah, Sia melangkahkan kedua kakinya menyusuri setiap sudut yang ada di taman mawar itu.

Angin berhembus pelan, membuat beberapa anak rambut Sia berterbangan mengikuti arah angin. Aroma bunga mawar yang tersapu oleh angin membuat Sia tersenyum senang, layaknya di dalam Negeri dongeng. Berada di taman itu membuat Sia bisa merasakan hidup sebagai seorang putri yang selalu bersenang-senang dan melihat hal-hal yang indah, tidak mengenal kata sedih. Hidup seorang putri sangatlah sempurna, Sia terdiam sejenak sambil memikirkan apa yang telah dia pikirkan tadi. Sia tidak akan pernah bisa menjadi seorang putri tetapi untuk sesaat Sia bisa merasakan hidup di dalam Negeri dongeng karena dia berada di taman yang di penuhi oleh bunga mawar yang begitu luas.

Prince Of Darkness-Crown In The City Of Blood BonesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang