Part 3

24 2 0
                                    

Hasyim POV.

"Akhirnya, gue kembali. Kota Jakarta emang kagak pernah berubah. Selalu saja dipadati kendaraan yang berlalu lalang."

Batinnya berkata, ketika diperjalanan menuju rumah Orang Tuanya. Mata yang terlihat agak kecokelatan itu enggan mengalihkan pandangannya dari padatnya aktivitas di Ibu Kota.

Kriiing...

Reina 💙 calling...

"Ganggu mulu dah ni anak."

Hasyim berdecak kesal kala handphonenya berdering. Dengan terpaksa, Hasyim menggeser icon warna hijau dan menempelkannya ditelinga.

"Honey... Kenapa nggak bilang sama gue kalau lo come back to Indonesia?"

Suara wanita itu terdengar kesal.

"Rei... Maafkan gue, gue harus kembali ke Indonesia. Bukan apa-apa... Salah satu kampus milik bokap bermasalah, jadi terpaksa gue harus menyelidikinya"

"Oke-oke, gue percaya itu... Jaga diri yaa di Indonesia. Selepas graduate nanti, gue akan susul lo. Gue juga akan diskusiin gimana kelanjutan hubungan kita nanti."

"What ever."

Hasyim mengakhiri panggilan itu, sedangkan disebrang sana tersenyum senang.

Kriiing...

Handpone genggamnya kembali berdering. Tanpa melihat siapa yang menelpon, Hasyim mengangkat dan berbicara.

"Kau bisa tidak untuk tidak menghubungi gue lagi!"

"Eh, maaf Pak... Saya salah satu dekan di Kampus milik keluarga Asy'ari."

Jleb.

"Gue kira si Reina."

"Hmmm... Baik, jadi bagaimana Pak?"

"Sesuai permintaan Pak Hendi Ruhiyat Asy'ari, bahwa Bapak Ari hari ini diminta langsung menggantikan salah satu dosen yang akan cuti melahirkan."

"Baiklah, saya akan langsung ke Kampus sekarang."

"Baik, selamat pagi."

Tidak ada jawaban. Hasyim langsung mengakhiri pembicaraan dengan dekan itu.

Oh iya, Ayah saya bernama Hendi Ruhiyat Asy'ari, dan Ibu saya Amelia Sari Pertiwi. Saya anak pertama, dan adik saya yang tidak pernah diketahui keberadaannya dimana.

Ibu dan Ayah kembali ke London, hanya untuk mencari informasi tentang adikku yang diculik Kala itu. Entah dimana sekarang, 20 tahun yang lalu membuat Ibu terkadang tertekan.

Aku hanya bisa berdiam, dan pasrah. Segala hal telah aku lakukan. Namun, hasilnya tetap nihil.

Sesampainya di Kampus, Hasyim langsung bertanya mengenai dosen yang bernama Bu Seila.

Selepas berbasa-basi, Hasyim langsung diajak ke salah satu kelas yang harus diajari Bu Seila, namun digantikan oleh Hasyim.

Selepas menginjakkan kaki, aku melihat setiap anak yang mengagumi wajah tampan ku ini. Yaa, aku memang memiliki rupa yang bisa membuat kaum hawa meleleh. Haha

Tapi, hanya satu orang yang tidak menatapku. Dibangku belakang, aku perhatikan dia menunduk.

"Baiklah anak-anak, hari ini Ibu akan cuti melahirkan. Untuk sementara waktu, jadwal Ibu mengajar akan diganti sama Pak Ari"

Aku tidak terlalu peduli dengan apa yang disampaikan Bu Seila. Aku lebih tertarik melihat percakapan yang sepertinya bisikan. Dan entah apa yang dibicarakan.

"Zizah, lo tahu Pados cakep bener dah"

Laila berbisik

"Lihat deh"

Karena tidak ada sahutan, Laila berdecak dan menyenggol lengan Azizah.

"Apa sih?!"

"Ada keributan apa disana?"

Tanya Bu Laila

"Eh, tidak Bu"

Ujar Laila

Kemudian wanita yang menunduk tadi mulai mengangkat kepalanya. Dan...

Deg.

"Oh tidak! Kenapa harus wanita itu! Wanita yang aku Kagumi, dan sekarang aku tidak lagi mencintainya."

Matanya yang kecokelatan, sama seperti milikku menatapku dengan wajah terkejutnya.

"Baiklah. Sekarang Ibu permisi, pelajaran akan disampaikan oleh Pak Ari."

Bu Seila pun pergi. Aku sengaja menyembunyikan identitasku yang sebenarnya.

Salah satu mahasiswi berdiri, dan pergi ketika Bu Seila telah pergi.

"Zizah!"

Teriak temannya.

"Hmmm. Siapa yang tadi keluar?"

Tanya Hasyim, seolah-olah tidak mengenal Azizah.

"Azizah Pak"

Jawab semuanya.

"Baiklah. Minggu depan saya tidak ingin melihat kejadian ini lagi. Langsung pergi, tidak meminta izin terhadap saya. Kita lanjutkan pembahasannya."

Selepas memberikan tugas yang harus dikerjakan mahasiswanya. Hasyim pergi melihat-lihat Kampus milik keluarganya.

Ketika Hasyim melewati ruang kosong yang jarang dilalui orang-orang, Hasyim mendengar percakapan singkat.

"Pak, saya dengar anak dari pemilik Kampus ini telah kembali ke Indonesia. Saya takut, kalau kitalah dalang dari semua penggelapan uang Kampus."

"Sudahlah! Jangan kau khawatir akan hal itu. Saya sudah memikirkannya dengan baik. Saya akan mencari tahu, siapa anak Pak Hendi itu. Ayo, kita kembali ke ruangan. Sebelum ada orang yang melihat kita berdua disini."

Mereka berdua meninggalkan tempat itu. Tanpa mereka berdua ketahui, Hasyim mendengarkan apa yang barusan dibicarakan.

"Kurang ajar! Jadi selama ini mereka yang telah menggelapkan keuangan di Kampus ini. Awas saja, kita tunggu tanggal mainnya Pak!"

Ujar Hasyim seraya menampakkan senyum smirknya.

"Hasyim?!"

Mencintai KehilanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang