4

3.5K 375 6
                                    

"A person who I thought I only met in my dreams is right in front of me."

Man in A Movie by Day6

***

"Hari ini saya tidak bisa mengajar seperti biasa, karena sebentar lagi ada rapat dengan prodi. Jadi, untuk tugas New Media, saya mau kalian bikin kelompok. Maksimal empat orang, minimal dua." 

Kalimat tersebut sudah cukup membuat seisi kelas meraung keberatan, padahal Pak Andika sendiri belum menjelaskan tentang tugasnya. Kebahagian yang mulanya dirasakan seisi kelas saat mendengar akan ada rapat program studi, mendadak sirna saat Pak Andika mengirimkan pesan kepada ketua kelas bahwa kelas akan tetap masuk walau tidak akan berjalan lama. 

"Saya ingin kalian wawancara orang yang menurut kalian menginspirasi dan kalian tuangkan dalam media masa kini. Kalian bisa mewawancarai siapa saja, bisa ketua himpunan kalian, bisa dosen kalian, asalkan menarik dan punya nilai positif. Gampang, 'kan? Terserah kalian saja nanti mau mengemas tugasnya seperti apa. Saya bebaskan."

Diandra mengangkat tangannya sebelum berbicara, begitu mendapatkan izin dari Pak Andika, Diandra langsung mengajukan pertanyaannya. "Ngumpulin tugasnya kapan, Pak?"

"Saya kasih waktu satu minggu saja karena tugasnya tidak begitu berat."

"Berarti tugasnya video ya, Pak?" tanya Rafael kemudian.

"Video, boleh. Kalau kalian mau menuangkan hasil wawancara dalam tulisan juga bisa kalian masukkan ke dalam website atau lainnya, saya serahkan pada kalian. Toh, kalau hasilnya jelek, nilainya juga saya kasih jelen." Penjelasan Pak Andika barusan membuat seisi kelas saling berdiskusi satu sama lain tentang siapa dan topik apa yang akan mereka angkat dalam tugas ini. 

Adinata, Johnny, dan Rafael sepakat untuk tidak bertanya lebih lanjut mengenai tugas ini. Selama mereka tidak diminta untuk mewawancarai presiden atau gubernur, tugas ini bukanlah hal yang terlalu berat. Kalau boleh jujur, Rafael merasa beruntung diberikan tugas semacam ini, dibandingkan harus membuat makalah— yang memerlukan usaha lebih untuk mengumpulkan materi dan mengumpulkan kedua temannya yang sangat sibuk— tugas ini terasa lebih ringan untuk dipikul. 

"Saya berharap wawancara kalian berisi dan tidak asal-asalan. Mengerti?" tanya Pak Andika.

"Mengerti, Pak." Seisi kelas menjawab dengan senang saat menyadari tugas ini tidak sesulit yang mereka pikirkan sebelumnya. 

"Tentang pengumpulan tugas, nanti saya sampaikan ke ketua kelas untuk lebih jelasnya. Jika tidak ada pertanyaan, kelas saya akhiri dulu. Selamat siang." Setelah menutup kelas, Pak Andika langsung berjalan menuju ruang rapat para dosen. Tidak enak rasanya jika dosen muda datang terlambat, sementara para dosen senior mungkin sudah menunggu di ruangan tersebut.

Begitu Pak Andika keluar, ketua kelas langsung mengambil alih dan mengabsen satu persatu mahasiswa yang ada di dalam kelas. Nana, ketua kelas untuk mata kuliah New Media, merupakan orang yang sangat menaati aturan. Ia lebih suka saat absen dilakukan dengan cara memanggil satu persatu nama mahasiswa yang ada di kelas, hal ini dilakukan untuk menghindari titip absen yang kadang dilakukan beberapa anak di kelas. 

Perilaku curang semacam itu tidak ditolerir oleh Nana, jika ketahuannya, ia tidak ragu-ragu untuk melaporkan pelakunya pada dosen. Inilah salah satu alasan mengapa Nana tidak terlalu disukai beberapa teman sekelasnya dan malah disukai para dosen. Selain pintar dalam pendidikan, Nana juga pintar cari muka.

Sementara yang lain sibuk memikirkan siapa yang akan menjadi tokoh wawancara dan topik apa yang akan mereka angkat, Kaneisha saat ini malah kebingungan harus bergabung dengan kelompok mana. "Wen, kelompok lo masih perlu orang?" tanya Kaneisha menghampiri Wendy— salah satu teman kelasnya yang beberapa kali pernah sekelompok dengannya.

Sweet Chaos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang