2

4.9K 479 12
                                    

"I obviously know that I shouldn't be like this, but I end up thinking about it more."

Chocolate by Day6

***

S

etelah menyelesaikan kuis dadakan yang baru saja diadakan Pak Sudirman, Rafael dan teman-temannya langsung menuju kantin. Otak dan tenaga mereka cukup terkuras saat berusaha menjawab soal-soal yang diberikan Pak Sudirman barusan. Johnny dan Adinata mungkin tidak selelah Rafael, sebab mereka memiliki nyawa lebih untuk menyontek dan mencari jawaban di berkas power point materi kuliah, yang tersimpan rapi dalam ponsel mereka. Rafael bisa saja melakukan hal yang sama, tetapi ia tidak cukup berani untuk mengambil risiko. Selain itu, Rafael juga terhitung sebagai salah satu mahasiswa yang pintar di kelasnya. 

Adinata dan Rafael bertugas untuk mengantri makanan kali ini, sedangkan Johnny bertugas menjaga meja. Maklum, saat ini jam makan siang dan mendapatkan tempat duduk di kantin fakultas hampir sama susahnya dengan mendapatkan tiket konser Sheila on 7.

Sebenarnya, Rafael dan teman-temannya bisa saja makan di luar kampus, dengan syarat salah satu dari mereka harus mengeluarkan uang lebih untuk membantu Adinata. Dan tidak satu pun dari Johnny atau Rafael yang mau melakukan itu, mengingat uang bulanan mereka juga belum cair.

Setelah menunggu beberapa saat, Adinata dan Rafael kembali dengan membawa tiga porsi ketoprak. Tanpa membuang waktu, ketiganya langsung menyambar piring masing-masing dan menikmati hidangan mereka. Keheningan yang muncul saat mereka makan membuat Johnny tidak tahan dan memutuskan membuka percakapan.

"Kok gue bisa gak sadar ya kita satu kelas sama Kaneisha?"

Banyaknya jumlah mahasiswa dan mahasiswi angkatan mereka dalam satu kelas, membuat mengingat nama mereka satu persatu menjadi hal yang sulit. Belum lagi jika kelas harus bergabung dengan kakak tingkat yang sedang re-course. Tapi Johnny sendiri memang merasa nama Kaneisha tidak asing di telinganya, meski wajah Kaneisha bisa dibilang jarang ia lihat. 

"Dia masuk geng mana sih, El? Maksudnya, siapa teman dekat dia?" Adinata ikut bertanya.

"Kurang tahu deh. Tapi seingat gue, waktu ospek dulu dia juga agak pendiam dan gak punya banyak teman." Rafael menjawab setahunya.

Setelah ospek berakhir, Rafael memang tidak pernah berhubungan lagi dengan Kaneisha, menegurnya di kelas pun jarang karena terasa canggung. Kaneisha pun terlihat tidak begitu betah berlama-lama di kampus. Pernah suatu waktu Rafael tidak sengaja melihat Kaneisha buru-buru pergi setelah kelas selesai. Tidak heran jika kehadiran gadis itu mudah dilupakan.

"Gue cuman heran, padahal dia lumayan loh. Kok bisa-bisanya kita gak sadar?" Kalimat Adinata membuat Rafael dan Johnny saling bertukar pandangan. Mereka tak menyangka kalimat semacam itu akan keluar dari mulut Adinata.

"Cie, naksir ya lo?" Johnny akhirnya buka suara. "Ingat, pacar lo di Sumatera!"

"Bukan begitu, John. Maksud gue, untuk ukuran cewek, dia sebenarnya cantik loh. Tapi dia sama sekali gak menonjol dan gak ada yang ngomongin dia." Adinata membela dirinya.

"Ada kok." Rafael menjawab sambil mengambil gelas tehnya.

"Siapa?"

"Adinata Amando Yusuf alias Doy." Adinata sebenarnya ingin melempar garpu di tangannya, tapi martabatnya di kampus harus dipertahankan mengingat ia mengincar posisi ketua himpunan untuk periode tahun depan. "Tuh orangnya." Rafael menunjuk ke arah Kaneisha yang baru memasuki kantin fakultas sendirian, matanya terlihat fokus membaca menu di setiap kedai makanan dan kemudian mengantri di salah satu kedai yang menjual Soto Betawi.

Sweet Chaos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang