18

2.7K 334 13
                                    

"When this passes I'm not sure if we can go back to the time when we were casual, I don't know."

I Like You by Day6

***

Rafael mendesah berat saat menyadari namanya berada di kelompok yang sama dengan Luna, meskipun ada Adinata dan Kaneisha di kelompoknya, tetap saja rasanya canggung. Kaneisha menoleh ke barisan tengah, tempat Rafael duduk dan melihat bagaimana Adinata dan Johnny terlihat menggodanya. Saat dosen keluar, barulah Kaneisha memutuskan untuk bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri barisan tempat Rafael duduk.

"Gue punya kok buku yang Bu Vina bilang tadi. Kalau mau, gue bisa kerjain semuanya, kebetulan gue gak ada kegiatan apa-apa." Kaneisha menawarkan. Adinata otomatis tersenyum lebar sambil menatap Rafael yang memberikan reaksi berbeda.

"Boleh banget, Kin. Cocok banget lo sama Raka, sama-sama baik dan suka membantu." Adinata terlihat bersemangat.

"Gak, Kin, ini tugas kelompok. Nanti Doy yang keenakan. Kita kerjain barengan aja, sama Luna juga."

"Tadi bukannya lo panik satu kelompok sama Luna," Johnny yang tak berada dalam kelompok ikut berbicara, Rafael langsung menatapnya tajam. "Eh, Lun, kelompok lo lagi diskusi nih." Johnny memanggil Luna yang baru saja bangkit dari tempat duduknya. Luna terlihat ragu untuk bergabung, namun akhirnya tetap menghampiri kelompoknya.

"Mau dikerjain kapan?" tanya Luna.

"Hari ini juga bisa, kalau kalian gak sibuk." Kaneisha mengusulkan.

"Boleh, gue bisa kok hari ini. Sore bisa gak?" Rafael ikut memberikan usul. Kaneisha mengangguk sambil menatap Adinata dan Luna, menunggu jawaban dari dua orang itu.

"Gue ada rapat BEM sih sore nanti, mungkin sampai malam. Mungkin." Adinata menjawab. Ia meangkat kedua bahunya untuk menunjukkan keraguan jawabannya sendiri.

"Gue ada pemotretan jam empat nanti, gak tahu selesainya jam berapa." Luna memang berprofesi sebagai model, model Instagram lebih tepatnya. Ia memiliki banyak pengikut di akun Instagram-nya dan banyak brand yang sudah bekerja sama dengannya. "Gini aja deh, Kin, gimana kalau bagi tugas aja? Jadi ngerjainnya sendiri-sendiri, nanti dikumpulin. Gue agak susah kalau ngumpul gitu soalnya."

"Bukan akal-akalan lo supaya kabur dari El kan, Lun?" Johnny bertanya. Rafael perlahan menggerakan kakinya ke kaki Johnny lalu menginjaknya. "Sensitif banget lo El, kayak test pack."

"Gak apa-apa, Lun, lo bagian nge-print aja nanti," Kaneisha berkata tanpa beban. "Serius, gue bisa kerjain semuanya kok." Kaneisha meyakinkan.

"Begini aja, Kin, kita kerjain bareng sore ini. Doy, lo usahain nyusul setelah rapat lo kelar. Dan Luna, biar Kaneisha yang nentuin tugas lo nanti. Gimana?" Rafael memberikan saran, semuanya mengangguk setuju. "Oke, kalau gitu. Sementara beres. Gue cabut dulu. Kin, Doy, nanti gue kabarin tempatnya." Rafael berdiri mengambil tasnya lalu langsung pergi keluar kelas.

"Bener-bener tuh anak." Adinata dan Johnny kompak berbicara sambil menggeleng saat melihat kelakuan Rafael.

***

Dua botol wine dan empat botol bir yang telah kosong menarik perhatian Johnny saat mengambil cemilan di dapur Raka. Johnny tahu sepupunya itu bukan orang suci, Raka bahkan memiliki lemari pendingin khusus untuk alkohol.

Namun, pemandangan botol kosong sebanyak ini cukup asing bagi Johnny, mengingat Raka bukan peminum berat, meski batas toleransinya pada alkohol cukup tinggi. Johnny kemudian membuka kulkas Raka untuk mengambil soda dan malah mendapati tiga botol bir yang masih terisi. Kalau saja Johnny tak mengemudi, ia mungkin mengambil salah satunya.

Sweet Chaos [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang