Aku menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya ke udara.
Daritadi orang disebelahku sibuk merogoh sesuatu dibalik jaketnya tanpa peduli si ayam sialan yang dititipnya berontak ogah aku pegang.
“Kamu ngapain?” aku bertanya akhirnya.
Romeo menarik tangannya, lalu menengadahkan ke arahku.
“Eh, eh. Minta duit dong?” ucapnya dengan muka tak bersalah.
What the—aku menarik pandangan, mundur kebelakang.
Pagi ini kami tepat dua hari setelah Romeo dinyatakan bebas dari demam. Kami sedang bersiap jalan-jalan di sekitar kompleks untuk jogging pagi. Kalian tau ini nggak bakal seperti jogging biasa-karena aku nggak pernah denger ada jogging yang bawa ayam.
Romeo menengadahkan tangannya seakan aku memang bawa. Dan sialnya aku memang bawa duit.
“Mau buat apa?” tanyaku.
“Kalo aku bilang, Keran nggak bakal ngasih.”
“Kalo kamu nggak bilang, aku juga nggak bakal ngasih.”
Kami berpandangan dengan wajah beda aliran.
“Petok, petok, petok?”
Manusia kalian ribut?“Petok, petok, petok.”
Mending lepasin aku.“PETOK Juliet!”
(Diem Juliet!)“Petok....”
Oke...“Mama, Kakak itu ngobrol sama ayam.” tunjuk anak kecil yang tiba-tiba lewat.
Ibu anak itu memandang dengan wajah ngeri, lalu berjalan terburu-buru. “Sssh, jangan berisik, nanti ketularan nggak warasnya.”
Romeo mengambil Juliet dariku, lalu mundur selangkah. “Aku nggak tau kalau otak Karan agak nggak waras.”
“Aku paling nggak mau denger itu dari kamu.” balasku kesal.
Romeo menatap ke arahku agak lama, lalu mengangguk.
“Jadi mana duitnya?” tanyanya polos dan kembali menengadahkan tangannya.
Aku mengeluarkan uang dan hanya menatapnya dengan kesal.
“Nih.”
“Nah daritadi dong.” katanya senang.
Aku mengomel dalam hati. Mau bagaimanapun orang lain tahunya dia pacarku. Seenggaknya aku bisa pura-pura jadi pacar yang baik.
“Kok masih disini.” katanya heran.
Aku ikut kebingungan, “Memangnya aku harus pulang?”
“Lah... aku kan cuma minta anterin Juliet. Hush, pulang sana.” dia mengusir dengan tangannya seolah aku menganggu.
“Kalo gitu duit yang kukasih kebanyakan. Balikin.”
Selembar dua puluh, dua lembar lima ribu, dan satu lembar dua ribu. Karena disini cuma ada makanan, aku kira Romeo mau beli makanan buat dua orang. Makanya kukasih semuanya. Tapi kalo cuma dia sendirian, uang segitu kebanyakan. Mending setengahnya buatku, biar aku bisa jajan pagi.
Romeo dengan tangan tak bersalahnya, memisahkan dua puluhan dan lima ribuan. Lalu memberikan dua ribuan padaku.
“Sisanya aku pinjam.” katanya polos.
Aku melongo sebelum akhirnya dengan berat hati mengambil dua ribuan dari Romeo.
Jangankan bakal ditraktir, yang ada aku malah harus pinjamin dia duit. Sungguh pacar kampret.
Pagi itu aku pulang ke rumah sendirian sambil mengumpat dalam hati dengan membawa uang dua ribu. Ditemani sinar mentari, aku melangkahkan kaki berat dengan perut keroncongan. Doaku sebagai pacar teraniaya hanya satu. Semoga kewarasan selalu bersamanya.
***
16.01.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Comedic Love Story
Hài hước[Demi kenyamanan membaca. Disarankan follow sebelum baca] Meski aku pacaran sama dia, aku bukan pacar dia. Dia Romeo, sang pangeran yang akhirnya menemukan "Juliet" nya. Dan sialnya, aku hanyalah Cinderella di dalam ceritanya. [Warning!! Dibutuh...