14

5 1 0
                                    

Saat aku berkilas balik, aku baru sadar sesuatu. Yaitu fakta kalau selama liburan ini aku nggak belajar apapun. Alasan utamanya karena Romeo yang selalu sibuk ngajakin aku kesana-sini dengan Juliet dan Kakakku yang juga ngajakin aku kesana-sini. Dan masalahnya aku lemah sama traktiran, cih.

Dan sekarang aku merasa keganggu dengan fakta ini terutama karena aku ranking satu umum. Bakal nggak adil kalau aku bisa dapat peringkat itu dengan nggak belajar. Pokoknya aku nggak mau disamakan dengan Romeo!

Nah karena itu, niatnya hari ini aku mau belajar. Niatnya sih begitu, tapi Violet dengan voila-nya menghancurkan niat baik nan suciku itu.

Pada pagi jam 10 dia datang ke rumahku dengan mobil barunya minta diantarkan ke Trans Studio. Katanya, dia barusan putus dan galau. Padahal yang mutusin kan dia. Dasar orang aneh. Kalo nggak mau galau, ya jangan mutusin dong.

Sebagai teman baik hati dan tidak sombong tentu saja aku menemaninya. Lagian dia janji bakal traktir aku. Aku sih senang-senang saja apalagi mengingat uang jajanku masih belum dikembalikan Pacar Manis-Sialan-ku itu.

Mulanya kukira semua akan lancar-lancar saja. Lalu, aku ngecek pojok genre.

Oke, nggak mungkin segampang itu melihat tulisannya belum berubah.

“Yo Pacar Romeo.” Aku menghela nafas. Berpura-pura tidak lihat. Tapi dengan mudahnya si pangeran penipu itu menarik kerah belakangku sehingga aku mirip anak kucing yang ditahan emaknya.

Dia menggunakan kacamata stylist dan pakai baju bermerk yang harganya selangit.

“Kok Lo disini, ngapain?” dia bertanya.

“Mau ketemu temen, kak.”

Erick menatapku lama dan aku baru sadar kenapa dia bertanya. Sial, kelamaan dengan Romeo bikin aku jadi bisa baca pikiran orang.

“Kalau Kak Erick ngapain?”

“Ahaha, ketemu pacar dong! Akhirnya gue bisa dapetin Dinda. Lo tau kan Dinda itu—”

Ha... Apa aku mengubur diri aja ya? Film bioskop yang ditonton Violet selesai satu jam lagi, tapi kalau aku harus ngeladenin Kakaknya Romeo, kayaknya aku bakalan gila.

“Pacar Kak Erick nggak nungguin?”

Kakaknya Romeo itu berhenti cerita lalu melihatku dari bawah ke atas, “Kenapa nanya? Ah, sorry tapi gue nggak minat dengan tipe yang rajin.”

Orang ini pedenya udah menembus dimensi.

“Haha.” aku tertawa seadanya, “Kalo gitu permisi ya, Kak. Aku mau keliling-keliling.”

“Hm, oke, ayo.”

Huh???

“Nggak jadi ketemu pacarnya?”

“Reschedule besok soalnya dia tiba-tiba ada urusan.” Kakaknya Romeo menarik lengan bajuku dengan dua jarinya seperti jijik lalu berkata, “Karena jadwal gue kosong, jadi sebagai kakak yang baik gue bakal temenin pacarnya Romeo.”

“Wah... Nggak usah repot-repot, Kak.”

“Nggak repot, kok. Ayo.”

Iya, yang repot aku. Lagian kenapa gennya keluarga Romeo itu kayak gini? Sepanjang kami jalan, orang-orang menatap dengan kagum seperti melihat artis. Manusia ini bener-bener tebar pesona.

Tapi melihat kelakuannya aku tahu kalau Tuhan itu adil. Kalau nggak, jelaskan kenapa saat ini aku lagi di tempat mandi bola anak-anak sambil pegang hapenya Kak Erick untuk memfotonya yang mendominasi tempat itu?

Yang lebih buruknya, para ibu-ibu salah paham dengan wajah mengkasihani kami. Aku merutuk, menahan malu sambil mengangguk-angguk mengiyakan perkataan orang-orang.

“Kasian ya padahal ganteng.”

“Kelainan mental ya?”

“Semoga pacarnya diberi kesembuhan ya mbak.”

***

09.09.2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Comedic Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang