8

240 12 1
                                    

Setelah hari panjang nan tidak diingat seperti kemarin. Hari ini aku sedang bersantai. Nggak ada kerjaan apa-apa dan berniat nggak melakukan apa-apa.

Lagian aku udah sibuk bernafas. Harus ngapain lagi coba?

“Mama denger kamu kemarin kencan sama Romeo.” suara Mama yang pulang dari arisan komplek menggema. Mama menaruh es buah yang dibelinya dari warung sebelah.

“Iya.” sahutku tidak tertarik, malah lebih tertarik ke bawaannya.

“Jadi gimana?” tanya Mama penasaran.

“Ya, nggak gimana-gimana. Kami cuma jalan biasa, liat bunga sakura dari plastik, pake kimono sama hairo,  sama makan. Udah.” balasku lagi-lagi tidak tertarik kemudian mencari channel TV yang iklan.

Iya, daripada nonton sinetron, aku lebih milih nonton iklan.

“Kok kamu kayak nggak seneng?”

Aku menghela nafas, berhenti menonton televisi. “Ma, gimana Kiran mau seneng. Mama nggak tahu aja gimana Romeo pamerin Juliet ke seluruh orang.”

“Seenggaknya pasti ada dong satu-dua hal baik yang terjadi?” goda Mama entah kenapa malah membuatku risih.

“Nggak ada kok!”

Aku mengalihkan mata ke jendela ketika hujan tiba-tiba turun.

Hm... Kalau cuma satu, mungkin ada.

“Kok orang-orang pada lihatin Juliet ya?” tanya Romeo ditengah acara kencan nggak jelas ini. “Mereka nggak berniat buat culik Julietku kan, Keran?”

Mereka heran Romeo! Mereka heran sama kewarasanmu, plis sadar!!

“Nggak tahu ya.” balasku cuek.

“Sayang banget Juliet nggak bisa pakai kimono kayak Karang. Padahal kukira bakal bisa foto couple.” dengusnya kecewa. “Nah, itu fotografer! Halo Om!!”

“Hei—”

Sebelum menghentikannya, Romeo lebih dulu menarik paksa tanganku. Padahal di tangan kanannya dia sudah memegang Juliet, tapi tarikan di tangan kirinya nggak main-main. Dasar cowok.

“Bilang Chicken!”

CEKREK!!

“Aku belum siap!” kagetku saat tahu fotonya sudah dicetak saja.

“Ah! Julietnya nggak ikut terfoto!”

Romeo menunjukkan cetakan foto tersebut dengan wajah kecewa. Lagian ini fotografer nggak niat banget yang ngefotoin orang. Kok hasilnya bisa gini.

“Ulang dong!” Romeo protes ke arah laki-laki fotografer itu.

"Maaf ya, Kak. Saya ini bukan fotografer!" seru si fotograf—eh bukan. Pokoknya orang itu langsung pergi dengan wajah kesal.

Tepat sedetik setelah Romeo menyimpan foto itu di dalam saku jaketnya. Hujan deras turun tanpa pertanda. Membuat kami kelabakan mencari tempat berteduh.

ZRASHHHH!

“HUJAN! KORAN SELAMATKAN JULIET!!!”

“Pertama-tama cari tempat teduh!”

“Penuh semua!!”

ZRASHHHH!

Aku menarik tangan Romeo sebelum bocah penggila ayam itu semakin panik. Kalau tempat berteduh sudah penuh, tempat selanjutnya adalah pohon. Memang berisiko, tapi karena hujannya nggak ada petir. Kayaknya nggak masalah.

Tapi tetap saja...

“Masih basah kuyup...”

Aku menghela nafas berat. Untungnya yang kami pakai baju yang lumayan tebal. Sehingga air rintik-rintik yang sebelumnya jatuh nggah terlalu membasahi tubuh. Kalau ada yang basah kuyup dari kami, maka itu adalah rambut kami dan Juliet.

Rambut kami...

Dan Juliet...

Juliet...

Tunggu...

“Dimana Juliet!?”

“Tadi aku titipin dengan orang yang berteduh.” jawabnya polos.

“Padahal tadi kamu sendiri yang curiga kalau mereka bakan nyulik dia!”

“AH!!!! Aku ke tempat Juliet dulu!!” panik Romeo hendak berlari.

ZRASHHH!!

“Lupakan. Mari kita berharap orang itu baik.” tarikku pada tangan Romeo.

“Julietku....”

Romeo merengek kecil. Aku menyilangkan kedua tanganku. Ironis, tempat terbuka memang dingin sekali.

“Kerin kedinginan? Mau pakai jaketku?”

Aku menggeleng. Heran kenapa tiba-tiba dia peka.

“Aku nggak terlalu kedinginan kok. Jadi keran saja yang pakai jaketnya. Lagian aku ini kebal terhadap penyakit!” ucapnya sambil melepas jaket.

“Kenapa kamu sok baik.” aku bertanya.

“Eh, soalnya kalo Keren sampai sakit. Nanti Juliet bakal bagaimana?”

Oh...

“Tindakanmu barusan semuanya demi Juliet ya.”

“Iya!!” semangatnya.

Iya ayam-mu!  Dasar penggila ayam!

“Hayo, tiba-tiba senyum sendiri. Pasti ada kan?” Mama menggoda sekali lagi.

Aku memalingkan wajah dan pergi ke kamar. “Dibilangin nggak ada! Aku tadi cuma habis ngobrol sama hujan tahu.”

Saat aku meninggalkannya, Mama tertawa keras seperti meledek. Alasannya mudah, karena Mama pasti telah menang telak menggodaku.

Suara ponsel mempercepat langkahku ke dalam kamar. Sekarang jam 1 siang, sedang dalam jadwal liburan. Temanku tidak banyak, tapi aku tahu bukan Violet yang akan menghubungiku. Dia orang yang akan datang secara langsung jika ada perlu. Sama seperti Romeo.

“Nomor tak dikenal?” aku menggumam untuk menimbang-nimbang siapa pemilik nomor ini.

Tadi tidak seorangpun terpikirkan sehingga aku putuskan untuk mengangkatnya.

'Halo, Kiran.'

Suara ini...

“Ma, Mama Romeo!?”

Hari itu aku kaget setengah mati. Suara Mama Romeo nampak dipenuhi kesedihan. Aku nggak tau apa yang terjadi dengan suara paraunya, aku juga nggak berani bertanya kenapa. Yang aku ingat, tepat setelah telepon itu aku langsung bergegas ke rumah Romeo.

Dan mengetahui satu fakta baru tentang Romeo. Ternyata Romeo itu...

***

Bonus :

01.11.2019

Comedic Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang