6

262 14 5
                                    

Tapi boong lagi.
Hehe.


Eh nggak. Ini beneran update kok.
Selamat membaca!

****

Kalau ada alasan kenapa aku nggak mungkin bisa jatuh cinta sama Romeo meski dia banyak disukain orang. Mungkin alasannya nggak cuma satu. Tapi aku akan menjabarkannya dalam satu kata aja, dia nggak waras. Udah.

Pagi ini seperti biasanya Romeo menjemputku—dalam artian dia menjenguk Juliet yang hidupnya serba mewah.

Baru tiga hari yang lalu sejak Romeo membawaku ke rumahnya. Yang artinya baru tiga hari juga sejak Romeo mendeklarasikan secara sepihak kalau aku pacarnya. Untung deklarasinya hari Jumat, aku masih bisa santai dua hari untuk menanggapi pertanyaan orang-orang.

Dan karena sekali lagi aku sadar muka. Jadi aku pasrah aja sepanjang jalan di sekolah. Aku nggak mungkin kena drama-drama aneh kayak di sinetron kan?

Bully? Sumpah, nggak banget.

Apalagi mengingat hari ini adalah ujian semester satu. Kayaknya mustahil banget orang-orang ngurusin hal beginian.

Bahkan ponselku sendiri yang biasanya menjadi sahabat baikku itu terlantar begitu saja. Aku nggak mau terlalu mengurusi keberadaan Romeo atau tatapan mengancam orang-orang yang lewat. Begini-begini di SMP aku nggak pernah lepas juara satu umum. Mama berharap banyak padaku kalau di SMA ini aku masih bisa mempertahankannya.

Sebenernya ruang untuk ujian beda dari kelas biasa. Cuma entah karena terlalu cinta atau gimana. Urutanku malah menentap di ruangan kelasku sendiri. Malahan di tempat dudukku sendiri. Seinci pun nggak ada bedanya dari hari biasa.

“Hah...”

*

PLAK!

Aku menampar pipiku sendiri saat orang-orang baru keluar lewat gerbang.

Nggak, ujiannya nggak sulit. Malah aku yakin nilaiku bakalan bagus-bagus aja. Aku udah belajar sebisanya dan aku cukup bangga dengan diriku sendiri.

Tapi sedikit, mungkin aku agak merasa bersalah dengan Romeo dan aku hanya bisa menutup mata berharap Romeo bisa paham dengan kebiasaanku yang selalu sensitif saat masa ujian. Agh, lagian kenapa juga sih dia ganggu banget!?

Sebelum bel masuk...

“Karin...” Romeo memanggilku dengan senyum pepsodent-nya. Terdengar beberapa orang memekik. Mereka adalah kakak kelas tiga yang kebetulan menjadi partner kelas kami.

Aku cuma membalas senyum bak cahaya dewa itu dengan deheman saja, “Hm?”

“Kamu lagi belajar?”

Aku diam saja. Rasanya keadaanku cukup jelas tanpa perlu ditanya lagi. Ya kali orang buka buku cuma buat diliatin tanpa dibaca doang.

“Karin, tadi Juliet...”

“Stop. Aku lagi belajar. Nanti aja.”

Saat jam istirahat...

Lagi-lagi pekikan kakak kelas langsung menyadarkan fokusku. Langsung saja aku melihat jendela dimana Romeo malah mengetuk-ngetuknya.

Dengan terpaksa aku membuka jendela. Lagian kenapa dia nggak masuk aja coba. Oh, nggak jadi. Ternyata pintunya macet sama pengguna jalan.

“Kenapa?”

“Keran, tahu nggak, Juliet...”

“Aku mau belajar. Nanti aja.”

Aku langsung menutup jendela dan menguncinya. Lalu kembali membaca buku lagi. Lagian dia nggak bosen ya ngomongin Juliet?

Setelah bel pulang...

“Koran~”

“Aku mau pulang. Besok aja.”

Rasanya sudah hampir seminggu sejak aku mengabaikan Romeo. Tapi dia nggak pernah melupakan rutinitasnya untuk menemui Juliet setiap pagi. Atau berkunjung setelah pulang sekolah. Atau saat sore dan malam saat dia benar-benar merindukan Juliet. Gila. Emang nggak waras.

Kami nggak banyak bicara. Karena sekalipun aku berangkat bareng dia, aku lebih fokus dengan bukuku. Dan aku cukup jahat, buat nggak dengerin dia ngomongin apa. Lagian ya, akhir-akhir ini aku jarang berangkat dengannya, aku udah bilang untuk nggak usah mengantarku berhubung aku harus mampir ke toko buku. Dan aku nggak mau, Romeo yang buta arah malah membuat aku terlambat.

Romeo itu jenius. Tanpa belajar pun dia bisa meraih nilai tertinggi. Aku nggak mau semester satu ini nilaiku jelek. Nggak sama sekali.

Sekarang akhir pekan. Romeo sudah ada di kandang Juliet sejak pagi tadi. Aku nggak terlalu peduli, karena saat ini kamar menjadi teman baruku sebelum ujian terakhir. Tepatnya besok. Kenapa juga harus ada tanggal merah hari Kamis kemarin.

“Mama aku pulang dulu ya!”

Dari jendela. Terdengar suara Romeo pamit.

Aku mengintip melalui kaca jendela. Dia jalan menuju mobilnya yang terparkir. Meski rumahnya nggak jauh, aku rasa mobil itu jadi jantungnya mengingat dia itu buta arah. Mungkin aja mobil miliknya udah di setel perangkat canggih biar dia bisa selamat sampai tujuan.

Romeo tidak mencari keberadaan si Juliet. Dia justru menelusuri rumahku. Lalu berhenti saat menemukanku. Sudut bibirnya seakan membentuk kata Ki dan Ran. Lalu dia tersenyum cerah dan melambaikan tangannya sebelum menghilang dari mobil.

Untuk sesaat. Entah kenapa perasaanku jadi kacau.

***

28.06.19

Comedic Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang