12

81 11 4
                                    

Aku nggak tahu bagaimana menjelaskan kok situasi ini bisa terjadi.

Di ruang keluarga yang seharusnya aku sedang duduk santai sambil nonton TV, sekarang TV-ku malah jadi layar permainan game buat dua orang bodoh di rumahku. Parahnya, cuma game Angry Bird.

Ma, Pa, Nek. Apa salah Kiran dikelilingi orang-orang nggak waras.

Aku memilih minum, mencari camilan yang bisa menghilangkan kefrustasian. Coca-cola, fanta, sprite yang mestinya ada di kulkasku tapi baru aku ingat habis gara-gara Romeo sering ke rumah. Sial, ternyata dia ngabisin isi kulkasku.

“Oh iya kak, Mama kemana?” tanya Romeo dengan nada polos. “Keluargaku mau ketemu.”

WHAT THE—!! 

Aku hampir membanting pintu kulkas saat mendengarnya. Kenapa keluarga Romeo mau ketemu Mamaku?! HAH?

“KENAPA!?” mewakili pertanyaanku, Kakak berteriak kencang. Wah, lihat deh, kasian banget kuping Romeo yang tepat disebelahnya.

“Nggak tahu. Mungkin mereka penasaran? Kiran kan pacar aku.”

Dalam kurung artian harfiah, perantara pacar aslimu, Juliet. Aku memandang datar Romeo.

“Kalian beneran pacaran? Bukan bercanda, tapi pacaran? Adik tersayangku Kiran Kamelia dengan orang macam kamu?”

“Eh? Soalnya terlalu dini buat nikah.”

Aku menghela nafas panjang, membuangnya jauh-jauh—Tuhan, aku mau resign jadi malaikat boleh nggak?

"NGGAK BAKAL GUE RESTUIN!"

Seakan nggak denger Romeo lanjut main game, sebagai manusia yang gampang teralihkan Kakak langsung beraksi saat Romeo hampir mengalahkannya.

Kayaknya cuma aku yang sekarang kepikiran sama omongannya Romeo.

***

“Kakak kandung?”

“Bukan. Kakak pungut, ya kandung lah.” kesalku.

Romeo memakan biskuit yang dibawa Kakak dengan santai.

“Oh, iya aku lupa. Besok ulang bulan Juliet.”

“Hah?”

ULANG BULAN APAAN?! Aku nggak menyembunyikan keherananku. Bertanya dengan ekspresi 'maksudnya?'.

“Ulang tahun tapi tiap bulan, makanya ulang bulan.”

Ada konsep kayak gitu? Kok aku baru tahu.

“Terus Mama Korin dimana?”

Oh iya juga, aku sampe lupa mau nanya ada urusan apa.

“Paling bentar lagi pulang. Tapi kenapa mau ketemu?” tanyaku.

“Sebenernya udah dikasih tahu Mama. Tapi karena Mama ngomongnya banyak, aku lupa.”

Nggak guna banget otakmu.

Coba pikir Kiran, kemungkinan apa yang membuat Mamamu harus ketemu keluarga Romeo? Apa ini konspirasi pindah tangan Juliet?

...Sial, jadi kepikiran ulang bulan. Kayaknya aku mulai nggak waras. Aku mengernyitkan dahiku frustasi.

“Omong-omong Kak Arkan itu bodoh ya?”

Wah. Kalau Kakak sampai dengar, dia pasti dihajar. “Dia nggak tahu ya, kalau hukum kayak gitu nggak bisa diubah. Kasian banget Kak Arkan, dia nggak bisa nikah. Coba dia ngikutin aku, nggak ada hukum yang ngelarang aku nikahin Juliet.”

“Ada. Hukum kewarasan.” gumamku lalu berdiri buat membukakan pintu karena Kakak baru saja datang setelah kembali minuman karena kalah game dari Romeo.

“Kak, tadi Romeo bilang kakak bodoh. Walau jadi anak hukum tetap nggak bisa ngubah hukum semutlak itu.” ucapku berniat memisahkan keakraban mereka.

Romeo tanpa rasa bersalah membenarkan. “Bener kak. Tapi kalau mau, di Eropa ada yang udah legal tanpa harus ngubah hukum. Mau aku kasih tau?”

“Beneran? Negara mana aja?” jawab Kakak antusias.

Lalu mereka mulai akrab lagi.

Dah lah, mau jadi batu aja. Capek aku ngelihat nggak ada yang waras.

***

07.10.2020

Comedic Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang