38. Biggest Lie

1.1K 71 12
                                    

Kalian harus baca ini gengs.
Jangan di skip.

Di vote sama di komen ya jangan lupaaaa

Huhuhuhuhu happy reading!


















Ruang kerja yang didesain klasik itu terdengar hening. Tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara dua orang yang ada di dalam sana. Pelan, helaan nafas seseorang terdengar dengan jelas di sana. Satu-satunya suara yang memecah sunyi.

“Kau tahu resikonya kalau bilang begini, Jun,”

Junmyeon mengangkat wajahnya, menatap nanar Ayah Ahra yang duduk di depannya. Pria itu menatap Ayah Ahra, kemudian menganggukkan kepalanya. Perlahan, namun yakin.

Ne, Paman. Saya tahu,” ucap Junmyeon.

“Benar kau tidak apa-apa?” tanya Ayah Ahra.

“Sejujurnya…,” Junmyeon berhenti sebentar.

“Berat,” ucap Junmyeon tak berdusta. “Saya tidak main-main dengan pertunangan kami, dan…saya memang sangat menyayangi Ahra,”

Ayah Ahra mengangguk, menyimak.

“Tapi…jika keseriusan saya dipermainkan, bahkan dimanfaatkan, apalagi oleh ayah saya sendiri…,”

Junmyeon kemudian menyelesaikan kalimatnya dengan yakin.

“Saya tidak bisa. Saya tahu saya akan menyakiti Ayah saya, Paman, Bibi, juga semuanya dengan membeberkan niat buruk ayah, tapi…,”

Mata Junmyeon berkaca-kaca. Namun, ia masih meneruskan ucapannya.

“Saya tidak ingin berubah menjadi lebih tamak, Paman,  dengan pura-pura tidak tahu niat ayah dan tetap menjalani pertunangan ini. Dan jika melepaskan Ahra adalah cara saya untuk menghukum ketamakan Ayah saya sendiri…saya tidak keberatan,”

Ayah Ahra menghela nafas, perlahan, ia tersenyum tipis. Kemudian menghampiri Junmyeon. Ditepuknya perlahan punggung Junmyeon, seolah menyalurkan kekuatan.

“Jun, apapun yang terjadi, ingatlah. Bagiku, kau tetap bagian keluarga ini. Kau masih sama. Kau tetap Kim Junmyeon yang akan selalu diterima di keluarga Bae,”

Junmyeon menunduk, pundaknya bergetar, menandakan bahwa air matanya sudah terjun bebas. Beriringan dengan beban dan juga ikatan yang ia lepas antara dirinya dan Ahra. Junmyeon tak bisa berbohong, ia merasa sakit.

“Kapanpun, saat kau merasa lelah dan sakit, datanglah Jun. Pintu rumahku masih akan tetap menyambutmu dengan senang hati,”

“Paman…jinjja jeosonghamnida, jeosonghamnida, Paman,” tangis Junmyeon.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Too Much DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang