7. Menjauh

1.3K 68 25
                                    

Caitlin menatap beberapa bingkai gambar yang terpajang rapi di sebuah ruangan bercat putih. Kebanyakan gambar yang terpajang, semuanya berkaitan tentang kesehatan. Ia  mendesah pelan.

Beberapa menit yang lalu karel pamit, setelah sebelumnya pria itu mengantar nya ke ruang kesehatan yang letaknya tidak begitu jauh dengan ruang kelasnya. dan segera memanggil iqbaal. Namun sampai menit ke 10 pria itu belum juga menampakan tanda tanda kedatangannya. Caitlin memejamkan kedua matanya, kepala nya sedikit terasa nyeri.

Brukk...

Belum satu menit, gadis itu memejamkan matanya. Pintu ruang kesehatan terbuka dan menampilkan seorang pria yang tengah berjalan kearahnya. Ia mengerutkan keningnya, " iqbaal mana " ujar nya, caitlin menatap sekeliling dan tidak mendapati iqbaal disana. Ia sudah menduga karel pasti telah gagal membujuk iqbaal untuk datang menemaninya.

Tuhan.. Iqbaal kenapa

" sorry cait, gue gak bisa bawa iqbaal kesini. Dia lagi di jagal abis abisan sama si macan sumatra "

Caitlin menaikan sebelah alisnya, " macan sumatra " gumamnya

Pria itu menganggukan kepalanya, " salsha " ujar karel.

Lagi lagi, caitlin hanya menghembuskan nafasnya pelan, ia menatap nanar langit langit atapnya. iqbaal benar benar meninggalkannya. Gadis itu, tidak membenci iqbaal, ia hanya merasa di tinggalkan dan bukan lagi menjadi prioritas lelaki itu. Iqbaal kini telah memilih untuk bersama salsha, kekasihnya.

" cait, lo gak papa " ujar karel, ia menatap seorang gadis yang berbaring di hadapannya. Kedua matanya terlihat redup dan tidak lagi menampakan sinar cahaya, iqbaal benar benar berarti banget buat caitlin batin karel.

Kedua bola mata indah milik caitlin, menatap karel yang juga menatapnya. Ia tersenyum kecil, sangat terlihat di paksakan, " gak papa " ujarnya.

Karel mengangguk, meski ia tidak begitu yakin dengan jawaban yang keluar dari dalam mulut gadis itu, ia tau, dia kenapa kenapa, namun ia memilih untuk tidak membahasnya.
" lo sakit apa " tanya nya.

Gadis itu menggelengkan kepalanya, " gue gak sakit. Cuma mungkin kecapean aja " jelasnya caitlin.

" ya udah lo istrirahat aja disini "

Caitlin tidak menjawab, gadis itu justru melontarkan kalimat lain kepada pria di seberangnya, " lo gak masuk kelas " tanya nya.

Karel menggeleng pelan, " enggak. Gue temenin lo aja disini " ujarnya. Caitlin mengangkat sebelah alisnya, " gue di suruh iqbaal. " lanjut karel. Caitlin tersenyum, iqbaal masih peduli, meski pria itu justru meminta orang lain untuk menjaganya. Caitlin menghembuskan nafasnya lega. Iqbaal masih peduli. Batinnya senang.

" rel, makasih ya "

Karel tersenyum, " gak papa " ujarnya.

***

Bel tanda berakhirnya jam sekolah telah berdering lebih dari 10 menit yang lalu. Caitlin telah kembali dari ruang kesehatan, dan tengah membereskan beberapa buku mata pelajarannya dan memasukannya ke dalam tas. Tanpa menghabiskan banyak waktu, gadis itu telah selesai dengan aktivitasnya. Ia melangkahkan kakinya melintasi koridor kelas yang akan mengantarnya pada kelas iqbaal.

Namun beberapa langkah, sebelum ia benar benar sampai di kelas pria itu, ia mendapati tiga sosok sahabat iqbaal yang tengah berjalan beriringan di area koridor yang cukup ramai, ia bergegas dengan sedikit berlari, menghampiri ketiganya,
" iqbaal mana. Kok gak sama kalian " tanya caitlin, ketiga pria tampan itu kompak menoleh.

Bastian mengerutkan keningnya, " udah duluan " ujar nya singkat. Kiki dan aldy menganggukan kepalanya, menimpali.

Caitlin menghembuskan nafasnya, kecewa, gadis itu menutup mulutnya rapat rapat, sorot kesedihan tercetak jelas pada wajah cantiknya, " tapi kayaknya dia ke kelas IPS buat jemput salsha, soalnya tadi gue liat dia jalan ke kelas IPS " seloroh kiki.

Hello, Dear | Iqbaal Ramadhan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang