Salsha terduduk diantara jalanan yang terlihat lengang sore hari ini, hujan masih terus mengguyur dengan derasnya. Gadis itu masih terisak.
Seorang pria berperawakan tinggi, menghampiri, salsha menengadahkan kepalanya saat payung tersebut berupaya melindungi tubuh nya dari guyuran hujan yang membasahi tubuhnya. Pria tersebut mengulurkan tangannya, mengajak gadis itu untuk berdiri.
" makasih " ujarnya, gadis itu menatap pria tersebut. Jantung nya seketika terhenti. Nafas nya terdengar tidak beraturan. " na.. naufal " ujar salsha terbata.
Pria bernama naufal tersebut, menyunggingkan senyumnya, membuat pria itu semakin terlihat tampan, " salsha kan? "
Salsha mengangguk cepat, ada perasaan rindu yang terpancar di kedua sudut matanya, gadis itu ingin memeluk, namun ia urungkan, " a.. apa kabar? "
" gue baik, lo sendiri "
Gadis itu tersenyum masam, hatinya tidak sedang baik baik saja, kalimat iqbaal yang mengatai nya murahan masih terngiang jelas di kepalanya.
Naufal mengerutkan keningnya, gadis itu seketika menutup mulutnya rapat rapat, ia mengangguk paham, mungkin saat ini gadis itu sedang dalam mood yang tidak baik baik saja, " lo gak papa " tanya nya.
Salsha menggeleng pelan, " iam fine "
" gue kangen banget sama lo " salsha tersenyum canggung, tidak tau harus berbuat apa. Jantung nya seolah berpacu lebih cepat dari sebelumnya.
Naufal adalah mantan kekasih nya sejak tiga tahun yang lalu. Saat diri nya masih berada di bangku sekolah menengah pertama. Keduanya menjalin hubungan saat telah berada di ujung masa SMP nya, kurang lebih selama 6 bulan. Dan memutuskan berpisah, saat akan memasuki bangku SMA. Perbandingan jarak yang terbentang luas, mengharuskan keduanya untuk berpisah. Sejak saat itu, Naufal melanjutkan study SMA nya di london, inggris.
" gue anter lo pulang " tanya naufal lagi, salsha mengangguk pelan. Kedua nya berjalan beriringan di bawah guyuran hujan yang masih terus membasahi bumi. Setidaknya, kehadiran naufal sedikit membuat nya lupa atas kalimat yang di lontarkan iqbaal.
***
Aksi saling diam justru terjadi di kediaman caitlin. Gadis itu mendudukan tubuhnya tidak jauh dari pria menyebalkan bernama iqbaal. Sepertinya, gadis itu masih dongkol dengan iqbaal.
Iqbaal menghela nafas nya pelan, entah sudah berapa puluh menit, gadis itu mendiami dirinya. Lebih tepatnya tengah melakukan aksi mogok bicara dengannya. Pria itu memijit pelan dahi nya yang terasa pening. " kalo lo masih diemin gue kayak gini, mending gue balik rumah " keluh nya.
Caitlin menatap tajam iqbaal, " gak boleh. Lo harus tetep disini. Gue lagi kesel sama lo " kekeuh nya.
" ya udah. Keselnya di pending aja. Buat besok. Gue capek di diemin gak jelas kayak gini "
Caitlin berdiri dari duduknya, kedua tangannya ia silangkan di atas dada, " gak jelas kata lo, lo masih belum sadar kesalahan lo apa. Dasar gak peka "
Pria itu memutar bola matanya malas, " gue gak tau kesalahan gue apa. Emang gue salah apa "
Caitlin menghembuskan nafasnya berat, berusaha meredam emosi nya, pria itu benar benar menyebalkan. " gue bahkan gak tau, kenapa salsha bisa betah banget pacaran sama lo dua tahun. Kasian dia pasti udah darah tinggi, ngadepin lo yang nyebelin tingkat termometer ini " gadis itu berbicara cukup panjang, iqbaal tidak tau apa yang di maksud caitlin saat ini, ia pusing.
" gue lebih gak tau, kenapa lo bisa care banget sama salsha. Padahal dia aja bersikap acuh tak acuh " pria itu kembali berbicara, berusaha menimpali celotehan caitlin yang terasa memekakan kedua telinga nya, " lo gak usah terlalu peduliin salsha. Dia aja gak peduli sama lo " lanjutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Dear | Iqbaal Ramadhan ✓
Romance[ COMPLETED ] Tidak ada kisah yang tidak usai Layaknya lagu kekasih tak dianggap milik pinkan mamboo, salsha sebenarnya ingin menyerah namun cinta nya pada iqbaal masih jauh lebih besar. Iya tidak peduli se berapa lebam dan parah nya saat mencintai...