24. Satu yang hilang ( terakhir)

755 51 10
                                    

Iqbaal baru saja mengantar salsha sampai di rumahnya, gadis itu tersenyum sembari menyerahkan helm ke arah iqbaal. " makasih untuk hari ini " ujar nya kemudian.

Pria itu mengangguk, " gue yang harusnya makasih, maafin gue juga untuk yang dulu dulu. Gue emang sayang sama caitlin, tapi bukan berarti gue suka " ujar iqbaal lagi, entah sudah berapa puluh kali pria itu menjelaskan hal tersebut, rasanya sudah berulang ulang kali iqbaal mengutarakan hal itu.

Salsha diam, gadis itu berdiri mematung di hadapan iqbaal. Pelan pelan pria itu menggenggam kedua tangan salsha, kemudian tersenyum manis, " gue tau lo ragu sama gue, gue tau bukan hal yang mudah buat lo bisa nerima gue lagi, kasih gue kesempatan, lo mau jadi pacar gue lagi "

Drrtt.. Drttt

" ada telfon " ujar salsha, mengalihkan pembicaraan. Jujur saja, ia bingung harus menjawab apa untuk pertanyaan iqbaal satu itu. Ia sudah tidak memiliki perasaan lagi terhadap pria itu.

Iqbaal menghela nafas kecewa, dering telfon dari dalam saku celananya benar benar mengganggu upaya nya dalam mengungkapkan perasaannya lagi terhadap salsha.

Pria itu mengernyitkan keningnya, nama tante arlina terpampang jelas di layar ponselnya.

" siapa " tanya salsha lagi

" mama nya caitlin "

Salsha mengangguk, " angkat aja siapa tau penting " ujarnya kemudian.

Lagi lagi iqbaal menghembuskan nafasnya, " halo "

' hiks.. hiks '

Iqbaal mengerutkan keningnya, terdengar isakan tangis dari dalam panggilan teleponnya, ia bingung, " halo tante, ada apa " tanya nya kemudian

" iqbaal.. caitlin..  "

" caitlin kenapa tante "

" caitlin meninggal "

Damn...

Butuh waktu bagi iqbaal untuk benar benar dapat mencerna kalimat yang terlontar dari wanita paruh baya tersebut, " becanda nya gak lucu banget tante, masa tante doain anak nya sendiri mati, kata bunda ucapan adalah doa, tante harus hati hati " bisa bisa nya dalam situasi seperti ini, iqbaal justru berceramah.

" tante serius hiks.. "

Iqbaal diam, tidak tau harus berbuat apa, di satu sisi, ia belum sepenuhnya percaya, " tante.. se.. serius " tanya nya hati hati

" i.. iya.. hiks "

Puluhan belati serasa menancap tepat di ulu hatinya, kedua matanya memanas, bersiap untuk mengeluarkan cairan bening dari kedua pelupuk matanya, pria itu menjatuhkan ponselnya.

Salsha menatap iqbaal bingung, gadis itu menepuk pundak iqbaal pelan, iqbaal menoleh kemudian memeluknya erat.

Salsha sedikit tersentak, tak di sangka pria itu memeluknya tepat di depan kediamannya, bahkan selama berpacaran saja, iqbaal tidak pernah memeluknya di tepi jalan depan rumahnya. Ia bingung. Namun tidak menolak untuk tidak memeluknya. " lo gak papa "

Iqbaal melepaskan pelukannya, pria itu menghela air mata nya, " caitlin " ujarnya lirih

Salsha mengerutkan keningnya, " caitlin kenapa "

" caitlin..

" iya, caitlin kenapa "

" caitlin meninggal "

" APA " salsha nyaris berteriak, ia seperti tidak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya, namun melihat iqbaal yang tiba tiba terisak membuatnya yakin bahwa caitlin benar benar pergi.

Hello, Dear | Iqbaal Ramadhan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang