15. tentang salshabilla

718 67 14
                                    

Pagi ini, salsha berdiri di dekat halte bus yang mengarah pada arah jalan menuju sekolah nya. Sudah lebih dari satu minggu, ia memanfaatkan transportasi umum untuk berangkat dan pulang sekolah. Tepatnya saat hubungannya dengan iqbaal telah mencapai titik menyedihkan, bagi seorang salshabilla adriani.

Salsha menghembuskan nafasnya pelan, sudah lebih dari lima belas menit bus yang di nantikannya belum juga menerima tanda tanda akan melintas. Ia pasti akan terlambat pagi ini.

" mau bareng "

Salsha mengarahkan pandangannya, pria bertubuh jangkung dengan mata sedikit sipit yang tengah mengendarai sobil sedan berdiri tepat di seberangnya. Aldy. Gadis itu sedikit menyipitkan kedua matanya, berusaha untuk memastikan kembali bahwa pria tersebut adalah aldy. Sahabat iqbaal.

" gak usah, bentar lagi bis nya juga lewat. Lo duluan aja " ujar salsha, menolak. Ia tidak mungkin menerima ajakan aldy, saat hubungannya dengan iqbaal saja masih belum menemukan titik terang. Ia tidak mau iqbaal salah paham, dan membuat hubungannya dengan pria tersebut semakin runyam.

Aldy melirik jam tangan berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangannya, sebentar lagi bel masuk berbunyi. " bentar lagi bel masuk, lo ikut gue aja. Daripada telat dan lo di hukum " ujarnya.

Salsha sedikit berfikir, apa yang di ucapkan aldy ada benarnya. Jam pertama nanti adalah matematika. Dengan ibu hesti sebagai gurunya. Salah satu guru matematika yang hampir membuat seluruh siswa siswi nya antipati kepadanya. Guru muda, namun galak nya terkadang melebihi kak ros di serial upin ipin

" gimana yaa "

" lo takut sama iqbaal "

Untuk pertama kalinya. Pandangan kedua nya bertemu. Aldy melanjutkan kalimatnya, " lo gak perlu mikirin perasaan iqbaal. Bahkan dia aja udah gak peduli perasaan lo dan gak ada niatan buat memperbaiki hubungan nya lagi sama lo. Lo gak perlu buang buang waktu lo buat iqbaal, percuma. "

" kenapa lo ngomong gitu " salsha sedikit tidak percaya dengan apa yang di lontarkan aldy kepadanya. Ia bahkan sedikit terkejut, bukankah aldy sahabat iqbaal, tapi kenapa pria itu cenderung menjelekan iqbaal di hadapannya. Salsha tidak mengerti.

" dia lebih peduliin caitlin. Ketimbang harus mikirin hubungannya sama lo. Kemarin pas di rooftop, ibu nya caitlin nelpon, dan dia langsung pergi gitu aja kerumah sakit. Dia khawatir banget " lanjut aldy lagi.

Salsha diam. Tidak tau harus berbuat apa. Meski satu sisi, ia sedikit terluka dengan pernyataan tersebut.

Apa iqbaal sudah benar benar melupakannya, apakah ia benar benar sudah menganggap bahwa ini telah berakhir.

" lo bakalan telat kalo terus terusan mikirin iqbaal disini. Cepet masuk. Gue gak mau lo telat " tegas aldy.

Salsha melirik jam biru muda yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam telah menunjukan pukul 06.50 menit. Siaaal, sepuluh menit lagi.

Ragu ragu, salsha masuk kedalam mobil yang di kendarai aldy. Meski hatinya belum sepenuh nya meyakini keputusannya. Namun ia tidak peduli, ia tidak ingin terlambat dan berurusan dengan guru menyebalkan seperti ibu hesti. Hancur sudah hari nya jika sampai hal tersebut benar benar terjadi hari ini.

Diam diam, aldy menyunggingkan senyumnya saat salsha telah duduk di seberang kursi kemudi di dudukinya. Segera, ia melajukan mobil hitam nya dengan kecepatan sedang. Membelah jalanan ibukota yang terlihat ramai.

***

Mobil yang di kendarai aldy berhenti di area parkir sekolah yang terlihat ramai. Salsha keluar dari dalam mobil, di ikuti aldy yang juga melakukan hal serupa. Beberapa siswa yang berada di sana seketika menghentikan aktivitasnya.

Hello, Dear | Iqbaal Ramadhan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang