12. Hatinya memilih yang lain

911 80 24
                                    

Steffi menatap salsha dengan perasaan bingung. Entah sejak pukul berapa gadis yang kerap di sapa salsha itu meringkuk menyembunyikan isak tangis nya dari dalam bantal.

Ia menghembuskan nafasnya pelan, tidak tau harus berbuat apa untuk menenangkan sahabatnya itu. Dan berhenti menangisi pria yang jelas jelas memilih yang lain.

" udah dong sal, lo mau nyampe subuh nangisin iqbaal terus. Capek gue ngeliatnya " ujar steffi, menggerutu.

Salsha menatap steffi sendu, " lo gak tau gimana perasaan gue, sakit stef "

" gue bahkan sangat paham gimana perasaan lo sekarang. Lo tinggalin iqbaal aja, cowo kayak gitu gak pantes buat lo tangisin. Udah di maafin di ulang lagi, dan itu dilakukan terus menerus. Lo gak capek, itu hati bukan wahana dufan "

" tinggalin iqbaal " ujar salsha pelan.

Steffi mengangguk mantap, " buka hati lo buat yang lain " lanjut steffi lagi

" gue gak bisa " salsha menggelengkan kepalanya pelan, meninggalkan iqbaal seperti bukan jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya.

" sal, ini buat kebaikan lo juga kan. Emang lo mau kayak gini terus. Hubungan lo sama iqbaal udah gak bisa di perbaiki lagi, sekalipun di perbaiki dan lo maafin dia juga percuma, iqbaal bakal tetep jadi iqbaal yang sekarang. Gak bakal berubah. " ujar steffi penuh penekanan.

Salsha menyeka air matanya, menatap steffi dengan ragu " gue cinta sama iqbaal " ujarnya.

" iqbaal cinta gak sama lo "

Salsha diam, gadis itu menundukan kepalanya. Bahkan ia saja, masih tidak mengerti apakah iqbaal benar benar mencintai nya atau hanya ia saja yang mencintai iqbaal.

" diem kan lo. Itu udah jadi bukti kalo cuma lo doang yang masih mau mempertahankan hubungan lo sama iqbaal, sementara iqbaal. Lo aja bahkan gak tau dia berjuang buat hubungannya apa enggak "

" tinggalin iqbaal. Dan buka hati lo buat yang lain " ujar steffi sekali lagi.

Salsha masih tetap diam, tidak tau harus berbuat apa untuk membuktikan kepada steffi bahwa iqbaal benar benar mencintainya. Namun yang di katakan steffi, juga ada benarnya.

" gue tau lo sayang banget sama iqbaal, mungkin berat buat lo bener bener ninggalin dia, tapi sekuat apapun lo bertahan, hati lo juga akan tetap ngerasain capek. Mundur ya, kalo udah gak sanggup. Hati lo butuh istirahat " ujar steffi pelan, ia merentangkan kedua tangannya, membawa salsha kedalam pelukannya. " jangan nangis lagi " bisik steffi.

***

Pagi ini salsha berjalan gontai, menuruni anak tangga. Kantung matanya terlihat sedikit menghitam, gurat kesedihan masih terlihat jelas di wajah cantiknya.

" pagi anak bunda " sapa helen dengan penuh kehangatan, menyambut anak gadis nya untuk bergabung di meja makan bersama dengan ayah, uni, juga nabila.

Salsha tersenyum masam, " pagi bun " ujarnya malas

" pagi pagi udah cemberut aja tuh muka, gak enak di liat banget " saut anisa, yang kerap di sapa uni. Anisa adalah kakak pertama salsha.

" di samperin pacar kok cemberut kak, harus nya kan seneng " ujar nabila, adik salsha. Salsha menatap nabila heran.

" kak iqbaal udah nungguin di depan " ujarnya.

Salsha mengangguk pelan, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan nabila ataupun sautan dari anisa. Ia terlalu malas hari ini.

" lagi berantem sama iqbaal " ujar hasdy, ayah salsha. Gadis itu menggeleng pelan. " enggak yah " jawab nya.

" enggak kok mukanya kusut banget, senyum dong "

Hello, Dear | Iqbaal Ramadhan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang