Lima || Radja 🌻🌙

1.9K 97 0
                                    

"Lun! Buset gue tungguin lo di kantin dari tadi." dumel Febi kesal ketika bertemu dengan Aluna di lorong koridor kelas.

Banyak siswa-siswi berlalu lalang, memang sekarang jam istirahat. Dan Aluna tidak masuk pelajaran Bu Sari lagi.

"Sori, gue tadi ke UKS dulu. Nganterin Kak Radja."

"Lah?"

"Lambungnya nggak kuat makan pedes. Jadi gitu, muntaber." ucap Aluna.

Febi mengangguk-anggukan kepalanya. Berarti benar apa yang ia dengar di kantin tadi, Febi pun menceritakan kejadian keributan di kantin secara rinci pada Aluna.

"Serius?" tanya Aluna tak percaya.

Febi menganggukan kepalanya.

"Bukannya Salsha pacarnya Kak Saga?" tanya Febi.

"Iya, tapi masa sih dia gitu. Nggak ngejaga perasaan Kak Saga banget." ucap Aluna.

Ingatan Aluna tertuju pada hari dimana Radja dan Saga bertengkar, ia menyambungkannya dengan Salsha. Perempuan itu pasti terlibat dalam masalah ini.

"Bego emang." sungut Febi.

"Gue mau ke perpus dulu, pinjem buku biologi. Lo mau ikut?" tanya Aluna.

"Ogah."

Aluna mendelik kearah sahabatnya itu lalu ia berbelok memasuki perpustakaan, matanya melihat-lihat beberapa buku. Sampai ia berhenti di rak novel-novel.

Jiwa-jiwa pembacanya mulai keluar, Aluna mengambil salah satu novel yang menurutnya menarik. Apalagi blurbnya yang sangat dramatis membuat Aluna tanpa berfikir panjang mengambilnya dan berjalan menuju pojok ruangan.

Ia mulai memasangkan headseat dan memutar lagu di ponselnya kemudian mulai membaca halaman demi halaman novel tersebut.

Hingga sampai setengah buku dibaca oleh Aluna, rasa kantuk mulai menghampirinya. Ia menutup novel itu dan tak lupa diberi tanda agar ia tak bingung sampai mana tadi membacanya.

Aluna memejamkan matanya dengan tangan sebagai bantalnya, ia ingin tidur 5 menit saja.

Lelaki yang tengah menyender di rak buku yang menjulang tinggi itu hanya tersenyum kecil melihat Aluna yang sudah tertidur lelap.

Ia lalu mendekat kearah Aluna dan memperhatikan wajah perempuan itu dengan senyuman yang masih tercetak jelas di bibirnya.

Di simpannya buku tebal berwarna hijau yang ia cari itu di atas meja dekat Aluna, tak lupa ia mengusap pelan dahi Aluna kemudian berlalu pergi meninggalkan Aluna.

•••

"Sha aku kira kamu udah lupain Radja." ucap Saga pelan.

Saga menatap Salsha yang masih saja menundukan wajahnya tak mau menatapnya sama sekali.

Sejak tadi Saga mendengar kabar jika Radja masuk UKS gara-gara makan bersama di kantin dengan Salsha membuat Saga naik pitam.

Bagaimana tidak naik pitam, Salsha yang tadinya akan makan bersamanya di kantin setelah pergi dari perpustakaan malah tak terlaksanakan karena Saga harus mendadak ke ruang OSIS karena ada masalah.

Saga kira, Salsha akan menunggunya. Namun sayangnya, pikirannya salah tentang Salsha. Perempuan itu sepertinya masih menginginkan Radja.

"Lihat aku, Sha!"

Salsha perlahan mengangkat wajahnya dan menatap Saga takut-takut.

"Jawab jujur, kamu masih ada rasa sama Radja?" tanya Saga lembut.

Salsha mulai menitikan air matanya, ia tak sanggup melihat Saga. Ia kembali menundukan wajahnya.

Saga menghela napasnya dalam.

"Kalo kamu diam, berarti emang bener." ucap Saga pelan.

Saga berdiri dari duduknya ia lalu meninggalkan Salsha seorang diri di taman belakang sekolah.

Ia butuh mendinginkan pikirannya, di dekat Salsha membuatnya tak bisa mengendalikan emosinya. Ia tak mau jika Salsha sampai terluka gara-garanya.

•••

"Dja, namanya Aluna ya?" tanya Bimo di sela-sela permainan game di ponselnya.

"Hah?"

"Cewek itu, adeknya Saga. Aluna kan namanya?" tanya Bimo lagi.

"Emang iya?" tanya balik Radja.

"Yeuh dasar setan." dumel Bimo kesal.

Sedangkan Gelar tertawa terbahak-bahak, Sam hanya diam sambil memetik senar gitar dan bernyanyi kecil di pojok kamar Radja.

Hatinya terlalu sendu untuk ikut bercengkrama bersama mereka.

"Boleh tuh Lar, cantik juga. Gebett zeyeng." ucap Bimo pada Gelar.

Gelar tertawa. "Mantep. Bisa di pertimbangkan."

"Enak aja, lo tuh ya jangan mainin cewek. Dapet karma mampus!" sungut Radja.

Radja bingung dengan keplayboyan Gelar, emang Radja akui jika tampangnya memang tampan. Tapi Gelar seolah memanfaatkan ketampanannya hanya untuk mempermainkan perempuan saja.

"Alah, bilang aja lo nggak mau kalau Aluna sama gue kannnn?" goda Gelar.

"Dih, gaje lu kodok." ucap Radja kembali fokus pada laptopnya.

"Yaudah nggak pa-pa deh, Aluna nggak sama gue. Sama Sam aja ya nggak Sam?" ucap Gelar.

Sam yang terpanggil pun menoleh lalu tersenyum kecil. "Boleh." ucapnya.

Radja mendelik, entahlah ia merasa kesal di situasi ini. Sedangkan ketiga sahabatnya hanya tertawa melihat ekspresi Radja.

•••

vote dan comment yang banyak ya biar mkin smngt ngetiknya nii hihi❤️

Radja ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang