Dua || Orang Misterius 🌻🌙

2.6K 112 3
                                    

"Dja, cewek yang tadi kena tonjok lo. Dia nggak pa-pa?" tanya Bimo.

"Iya, bener tuh. Ngilu pasti kena bogeman Radja." sahut Gelar meringis.

Radja hanya mengangkat bahunya acuh, ia tak perduli. Toh, suruh siapa perempuan itu mendekat kearahnya. Lagipula, tak sepenuhnya salah Radja.

"Biarin aja, bukan salah gue ini."

"Lah, Dja. Kan lo yang nonjok idungnya." ucap Gelar.

"Iya tapikan itu nggak sengaja, lagian dia juga salah orang lagi adu jotos malah so soan mau misahin."

"Terserah, Radja aja deh." ucap Gelar melirik kearah Bimo yang menghela napasnya dalam.

"Kenapa nggak coba lo liat, Dja? Minta maaf gitu." ucap Bimo.

"Males."

Satu kata itu berhasil membuat Bimo dan Gelar memijit pelipisnya pusing, memang susah jika berbicara dengan lelaki kepala batu seperti Radja.

•••

"Assalamualaikum. Bun, Saga sama Aluna pulang nihh!" teriak Saga di dalam rumahnya.

"Iya, iya, waalaikumsalam. Nggak usah teriak juga Saga, yaampun." ucap Liana yang keluar dari arah dapur.

"Astagfirullah, itu hidung anak gadis Bunda kenapa, Saga?!" teriak Liana menghampiri Aluna yang sudah duduk di sofa.

"Nggak usah teriak-teriak, Bunda, yaampun." ucap Saga membalikan ucapan Bundanya.

Liana melihat hidung mancung Aluna yang terbalut kasa. Dengan cepat, Liana berkacak pinggang dan memelototi anak lelakinya itu.

"Saga, kamu apain Aluna, hah? Bunda aduin sama Papa ya!" ucap Liana meraih ponsel di saku celananya.

"Eh, eh, Bun. Jangan." cegah Saga dan Aluna berbarengan.

Pasalnya, berbahaya jika Papanya mengetahui hal ini, semuanya pasti akan bertambah runyam. Apalagi ini menyangkut tentang Aluna, si bungsu yang selalu di jaga erat oleh keluarganya.

"Ceritain semuanya, jangan ada yang di skip." ucap Liana masih melotot.

"Iya, iya, Bun."

Liana menyipitkan matanya, lalu ia mendekat kearah Saga yang membuahmt lekaki itu memundurkan langkahnya.

"Eh, Bun. Ngapain?"

"Kamu berantem, lagi?!" omel Liana.

"An--it--Bun, aduh."

"An it Bun aduh apa? Yang jelas kalo ngomong sama Bunda!"

"Iya, Bun. Kak Saga berantem lagi." ucap Aluna tiba-tiba.

"Kamu tuh nggak bisa bohongin Bunda ya, kalo pun kamu bohong nih ada buktinya." ucap Liana nenekan luka di ujung bibir Saga membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Sakit, Bun ih!"

"Halah, giliran Bunda teken aja baru sakit. Pas berantemnya boro-boro bilang gitu!" omel Bundanya.

"Terus, Aluna kenapa?"

"Pas Saga lagi berantem, Aluna dateng misahin. Tapi nggak sengaja, yang berantem sama Saga salah sasaran malah nonjok Aluna." jelas Saga.

"Astagfirullah, Saga!" ucap Liana sambil memukul bahu lelaki itu.

Liana berjalan lalu duduk di samping Aluna.

"Lun, masih sakit?"

Aluna hanya menganggukan kepalanya, pening di kepalanya semakin menjadi.

"Luna pusing, Bun."

"Istirahat di kamar ya, Saga anterin Luna ke kamar. Bunda mau buat bubur dulu."

"Siap, Ndaa."

•••

Aluna meraih kantung plastik berwarna putih di atas nakasnya, ia lalu mengambil satu kotak cup cake berukuran sedang itu.

Perlahan, Aluna mulai memakannya sambil menonton drama korea di laptopnya.

Mata Aluna menatap cup cake di tangannya, ia bingung dari siapa cup cake ini. Aluna menemukan ini di atas meja dekat ranjangnya di UKS.

"Dari siapa ya? Kata Kak Saga, dia nggak beli. Terus?" gumam Aluna.

"Bodo lah." ucapnya lalu kembali memasukan sepotong cup cake ke dalam mulutnya.

***

"Dja, sebenernya lo tuh ganteng. Kenapa sih nggak coba cari yang lain aja?" celetuk Bimo.

"Emang ganteng kali gue." dengus Radja sambil menempelken sebatang rokok ke bibirnya.

"Jangan terlalu kaku, lo tuh ya kalo di ibaratin udah kaya monster es! Nakutin!" seru Gelar.

"Bodo."

Sedangkan cowok beriris mata kecoklatan  itu tengah memperhatikan Radja, Gelar, dan juga Bimo yang tengah berdebat. Sesekali helaan nafasnya terdengar.

"Udah deh ah kalian tuh. Dja, stop dulu. Dari tadi ngerokok mulu." ucap Sam menatap Radja yang kini sudah merokok lebih dari 3 batang.

Radja tak mendengarkan ucapan Sam, ia tetap menghisap rokoknya. Karena rokok pelarian Radja, menghilangkan beban di kepalanya yang terus membuatnya muak.

"Dja." ucap Sam lagi.

Radja berdecak sebal, ia lalu menghela nafasnya dan membuang rokoknya yang masih lumayan panjang itu.

"Puas?"

Ketiga temannya mengangguk dan tersenyum lebar.

***

Jangan lupa komen dan klik bintangnya ya😋🥰❤️

nah ini cast buat Radja.

nah ini cast buat Radja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Radja ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang