tentan(G) luka

180 16 4
                                    

Dibelahan kota Jakarta Selatan lainnya, sebuah pesta pernikahan super mewah sedang dilaksanakan.

Ballroom 1A&1B Hotel Ritz Carlton Pacific Place terlihat cukup padat dengan pasangan-pasangan muda yang memamerkan dress serta tuxedo hasil tangan designer ternama, tas Hermes yang saling menyindir 'tuannya' dan tidak lupa Ferrari dan Lamborghini yang juga berebut valet.

"Let me guess, this is the bigger wedding in South Jakarta's ever, right?" Bisik Naraya ditelinga Arka yang sedang menyesap champagne nya dalam diam.

"Seems like crazy rich asians, bro." Lanjut Naraya masih tidak percaya di Jakarta benar-benar ada pernikahan mewah ala  eropa yang menakjubkan. Dia pikir pernikahan seperti ini tidak pernah nyata di Indonesia.

Dan Naraya kembali dibuat terpukau saat pasangan pengantin memasuki ballroom dengan cara yang sangat elegan. Wedding  dress yang berkilauan, hanya sekali tebak Naraya bisa memastikan Swarovski bertebaran dibagian dada pada dress si pengantin wanita.

"Ini pernikahan rekan kerja lo ya?" Bisik Naraya saat pengantin laki-laki menyapa Arka dengan sangat akrab.

"Elo udah nikmatin hampir semua hidangan disini baru nanya ini pernikahan siapa?" Arka menggeleng kepalanya tak percaya.

"Alahh, gue kan kesini sebagai supir lo, mana berani sih supir mencampuri urusan majikannya." Naraya menyenggol bahu Arka pelan dengan bahunya yang kalah tinggi dari Arka.

Setelah memberi ucapan selamat pada pengantin, cipika cipiki pada tamu yang dikenalnya dan sesi photo yang cukup memusingkan, Arka mengajak Naraya untuk berpindah tempat. Dan Beer Garden adalah pilihan mereka.

"Mau lo minum satu krat Albens juga ngga bakal ngefly, bro." Naraya menertawakan pesanan Arka yang hanya menyebut Albens pada waitress setibanya mereka di Beer Garden.

"Gue masih harus nyetir ke Pondok Indah, maaf-maaf aja gue ngga pakai supir." Sindir Arka yang membuat Naraya menyundutkan rokoknya diasbak dan melirik kearah dimana Pak Ujang tengah berdiri merokok didekat mobilnya.

"Gue masih trauma." Kata Naraya kemudian.

"Lo akan terus trauma kalau ngga lo lawan."

"Berarti lo masih trauma dong sama cewek classy macam Claudya."

Telak! Kali ini Arka yang tersindir. Kenapa nama itu lagi yang harus Arka dengar, ck!

"Gue bukan trauma, gue cuma males berhubungan lagi sama cewek yang ujung-ujungnya udah ketauan kaya gimana."

Percakapan mereka terhenti saat Albens, Tuatara Sauvinova dan Dirty Nachos mereka datang.

"Buka hati lah, bro. Already 35th and still single. How come, dude!"

"Easy to say." Jawab Arka sembari meneguk Albens nya dengan cepat. Tegukan kedua pun tak kalah cepat.

"Btw, si Claudya... Beneran kawin?"

Entah sengaja atau tidak Arka meletakkan botol Albens nya dengan hentakan, membuat Naraya menyesali pertanyaan klasik yang tidak seharusnya terucap.

"Gue tau lo masih berhubungan sama Amanda, tanya dia aja langsung." Jawabnya.

Terlalu santai, menurut Naraya. Jawaban atas pertanyaan kritis untuk seorang pria yang ditinggal mantan kekasihnya karna menikah dengan laki-laki lain, terlalu santai.

Dia khawatir sahabatnya terluka. Luka yang tidak diobati menahun akan memiliki bekas yang tak bisa hilang. Dan sepertinya Arka memilih begitu. Luka yang dibuat atas nama Claudya yang tidak akan pernah dia hilangkan dari hatinya dengan sengaja. Agar tidak lupa. Atau agar bisa membalas kalau dia bisa.

AgrapanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang