peng(A)kuan

119 15 2
                                    

Dalam perjalanan menuju ruang praktiknya, mata Arka tak sengaja melihat wanita yang sangat mirip Alita baru saja keluar dari ruang IGD. Apa halusinasinya sekarang sudah berbentuk visual?

"Sus, saya ada urusan dulu sebentar, minta pasiennya tunggu sekitar 10-15 menit." Tanpa mendengar jawaban dari suster, Arka segera membelokkan langkahnya menuju ruang IGD.

Disisi lain, Alita yang baru saja keluar dari ruang IGD, terpaksa harus mengambil jalan keluar yang memutar agar tidak bertemu lagi dengan Naraya.

Saat langkahnya mendekati poli kebidanan dan anak, matanya menangkap sosok yang Alita kenal. Bahkan sangat kenal hingga dia tidak mungkin salah lihat.

Langkahnya langsung terhenti, matanya tak berkedip, tangannya gemetar, dan suaranya mendadak bisu.

Disana, tepat didepan matanya, Alita melihat Nando, iya, tidak salah lagi, itu Nando, sedang tersenyum senang sambil terus mengelus perut seorang wanita yang membuncit disampingnya.

Secepat itu.

Secepat itu Nando melupakannya.

Secepat itu Nando kembali bahagia.

Matanya mendadak panas, tidak bisa dia tahan lagi, air matanya sudah berada diujung bulu matanya, bolehkah dia melepasnya? Bolehkah dia menangis diatas kebahagiaan mantan tunangannya?

"Alita? Kamu ngap..." Belum selesai Arka bertanya, kemudian Alita berbalik menghadap Arka dan kemudian menempelkan pelipisnya pada dada Arka.

"Saya pinjam sebentar, dan tolong jangan tanya kenapa." Arka bisa mendengar isakan disela-sela suaranya.

Tentu saja Arka tidak akan menolongnya kali ini, karna nanti Arka akan menagih cerita tentang hari ini. Tentang kenapa dia berada di rumah sakit, lalu kemudian menangis seperti ini.

"Kalo gitu saya juga mau kamu ngga marah kalau saya peluk." Kemudian Arka merangkul tubuh Alita, mendekapnya lebih erat hingga tidak ada celah diantara tubuh mereka.

Persetan dengan degup jantungnya yang akan didengar Alita, yang penting Arka bisa memeluknya, bisa menguasai tubuh Alita walau sebentar saja, yang bahkan tidak Arka perdulikan tatapan aneh semua orang yang berada didekatnya.

Tapi sayang, pelukan itu harus berakhir saat Alita mendorong dada Arka dengan tangannya yang masih terasa gemetar.

"Maaf." Katanya sambil mengusap sisa air mata.

"Kamu habis dirawat ya?" Arka mengangkat lengan Alita yang ditempel plester kecil.

Alita mengangguk, "Lambung saya berulah lagi."

Alita merapihkan rambutnya dan letak tasnya? "Kayanya saya harus pergi sekarang, Mas." Kemudian Alita meninggalkan Arka dengan penuh pertanyaan.

Tapi karna Arka sudah berjanji tidak akan bertanya -setidaknya hari ini- dia mengikuti langkah Alita dengan cepat.

"Ikut saya sebentar, saya cuma mau lepas jas."

Tanpa menunggu jawaban Alita, Arka menggenggam tangan wanita itu dengan sentuhan lembut -yang membuat hati Alita mencelos- dan menariknya agar Alita mengikuti langkah Arka.

Semua perawat dan dokter yang mereka lewati memandang aneh kearah mereka, ada yang dengan tatapan tak percaya dan juga sinis.

"Mas saya... Kayaknya bisa jalan sendiri. Ini ng... Kayaknya ngga usah pegangan deh." Kemana Alita yang tadi cemas melihat Nando? Kenapa secepat ini perasaannya teralihkan?

"Kamu pasien disini, dan saya dokter. Anggap aja ini treatment dokter Arka untuk pasien spesialnya."

Deg.

AgrapanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang