kesal(A)h pahaman

105 18 4
                                    

"Nath mau makan bareng ngga? Gue masak banyak." Alita masih fokus mengaduk sup ayam jamurnya yang baru saja dia tambahkan potongan daun bawang kedalamnya.

Ayam baladonya sudah siap, aroma ayam dan sambal menguar dari meja makan yang tak jauh dari dapur kotornya.

Alita selalu memasak ketika dia merasa sedang tidak enak badan atau dalam keadaan mood yang kurang bagus. Entah kenapa jiwa memasaknya mencuat disaat seperti itu, tapi Alita bersyukur karnanya, kalau tidak dia akan mengiris urat nadinya saat kejadian kala itu. Mungkin.

"Gue tunggu dirumah ya, udah mateng nih." Saat Alita berbalik dan menatap layar ponselnya, Alita nyaris menjerit. Dia bergegas berlari menghampiri ponselnya yang sengaja dia taruh diatas nakas.

"Mas Arka?" Alita terkejut, bagaimana bisa ponsel Natasha berada ditangan Arka?

Sebelum Arka menjawab, wajah Arka kini berganti dengan wajah sumringah Natasha dengan latar belakang Starbucks.

"Ta, gue ketemu sama Arka nih. Gila ya, kebetulan banget." Natasha bercerita dengan wajah ceria.

Alita buru-buru me-non aktifkan panggilan videonya dan menggantinya dengan panggilan suara.

"Kok bisa?" Tanya Alita.

Dan Natasha mulai bercerita, saat bagaimana dia hendak membeli kopi dan terkejut melihat Arka disana bersama temannya. Yang ternyata mereka adalah dokter disalah satu rumah sakit dibilangan Jakarta Selatan yang kebetulan dekat dengan kedai kopi tersebut.

"Terus?" Tanya Alita terdengar tak suka.

"Ini masih ngobrol." Kata Natasha, suaranya sudah tidak fokus, jadi Alita mengalah, dia memilih menyudahi panggilannya dengan perasaan aneh.

Setelah meletakkan ponselnya disamping kompor, Alita menatap sup ayam jamurnya yang masih mengebul. Dia sudah memasak banyak, siapa yang akan menghabiskannya kalau seperti ini?

Di sisi lain, Arka masih berusaha menjuruskan pembicaraan soal Alita yang tadi sempat menghubungi Natasha. Tapi wanita itu sedang sibuk tertawa dengan Naraya yang entah sejak kapan mereka menjadi dekat.

Dia masih ingat ajakan Alita tadi soal makan dirumah. Apa Alita adalah tipe wanita yang selalu memasak dirumah dan mengajak Natasha makan bersama?

"Ar? Lagi mikirin apa sih?" Suara Natasha memecahkan lamunannya soal Alita.

"Tau, lo mikirin apaan sih? Rumah sakit?"

Arka menggeleng, "Ngga. Gue laper."

"Kamu mau makan? Makan bareng yuk, aku juga belum makan." Seperti biasa, Natasha selalu antusias.

"Boleh. Mau makan dimana?"

******

Setelah mencuci peralatan yang dia gunakan untuk memasak, membuat soal untuk quiz minggu depan adalah tujuan selanjutnya.

Sambil menunggu laptopnya menyala, Alita mengumpulkan toples-toples berisi camilan dan memboyongnya keruang tv, tempat dimana dia akan membuat kerajaan sendiri untuk mengerjakan pekerjaannya.

Tapi belum juga ritualnya itu terlaksana, denyitan suara pagar terdengar. Alita tidak menggubrisnya, karna pagar tetangga didepan rumahnya memiliki suara yang sama.

Tapi ketika terdengar suara ketukan dipintu rumahnya, Alita salah menduga soal suara pagar itu.

"Surpriseeee~" Kata Natasha sambil mengangkat tinggi dua bungkusan plastik dengan wajah sangat gembira.

Dibelakangnya tampak Arka dan satu pria lain yang Alita tidak kenal.

"Nath?" Alita kebingungan, tidak tau harus merespon kejutan Natasha seperti apa.

"Lo masak banyak, kan? Gue, Arka, sama... Oh, ini Naraya, sepupunya Arka." Alita tidak mengerti kenapa Natasha yang memperkenalkan, apa hubungan mereka sudah naik drastis? "Kita laper, jauh-jauh kesini cuma mau numpang makan. Gue bilang ke mereka, masakan lo itu ngga ada obatnya. Sekali makan, nagih!"

Natasha terus bercerita sambil meletakkan banyak camilan yang dia beli disalah satu minimarket yang Alita tau berada didepan gang rumahnya.

Sedang Arka, setelah dipersilahkan masuk dia hanya duduk sambil menjelajahi isi rumah dengan matanya. Sementara sepupunya, sedari tadi sibuk dengan ponselnya yang terus berdering. Alita percaya seorang dokter memang sesibuk itu.

"Kenapa ngajak mereka, sih?" Gerutu Alita pelan didekat Natasha.

"Arka laper katanya, terus kan tadi elo ngajakin makan, jadi kita kesini."

"Cuma elo, Natasha. Not them!"

"Arka yang ngajak kesini, for your information! Gue udah ngajak dia makan di Senopati tapi dia ngga mau."

"Emang dia ngga balik ke rumah sakit?" Alita menoleh sebentar kearah dimana Arka duduk. Entah kenapa hati Alita mencelos melihatnya. Semua laki-laki yang dekat dengan Natasha pasti tampan. Seperti Arka.

Apa dia baru saja mengakui kalau Arka tampan? Ugh, sadar Ta, sadar!

*****

Meja makan yang Alita beli kala itu memang terbilang cukup kecil, hanya untuk dua orang, rencananya. Jadi pilihannya jatuh pada meja berkursi empat berukuran mini.

Dan disinilah mereka. Natasha dan Arka duduk berdampingan dengan posisi duduk Arka berhadapan dengan Alita. Sedang Naraya, yang sudah memulai makannya duluan, tak putus memuji masakan Alita yang walau sederhana tapi rasanya luar biasa.

"Apa gue bilang, masakan Alita itu ngga ada obatnya." Natasha tertawa melihat Naraya makan dengan lahap. "Kamu mau nambah supnya ngga?" Kata Natasha menatap Arka dengan tatapan yang Alita tau dulu selalu Natasha berikan pada Ferry.

Alita menoleh pada Arka yang ternyata pandangan mereka bertemu setelahnya. Alita kemudian malu karna Natasha-lah yang jauh lebih tanggap soal tawar menawarkan, padahal ini adalah wilayah kekuasaannya. Bodoh.

"Oiya minumnya belum. Bentar ya." Alita bangkit terlalu cepat hingga membuat Arka, Naraya, dan Natasha sedikit terkejut dengan suara sentakan kursi.

"Air putih aja, Ta. Ngga usah repot-repot." Kata Naraya yang ternyata mengikutinya hingga ke depan kulkas.

"Eh, masnya duduk aja, saya bawain ke meja makan nanti."  Alita menyelipkan rambutnya kebelakang telinga dengan gusar. Tamu adalah raja, itu yang Alita tau.

"Cuma bawain minuman aja ngga ngerepotin kok."

Alita membuka kulkas dan kemudian mengeluarkan satu botol besar air putih dingin.

"Lo sebelumnya udah kenal sama Arka?" Tanya Naraya sambil mengambil alih botol yang dipeluk Alita.

"Baru banget kenal. Sabtu kenalan, minggu sempet ketemu lagi." Jelas Alita sambil mengambil tiga buah gelas yang tersimpan rapih di rak.

"Minggu?"

"Iya. Natasha ngajak mas Arka ketemu. Mungkin Natasha nervous kalau pergi sendiri, jadi dia minta saya ikut."

Naraya ber-O ria, merasa ada yang janggal dari penjelasan Alita tapi dia tidak ingin memperpanjang obrolannya, karna dari meja makan sana, Naraya tau, pandangan Arka tak pernah lepas dari Alita.

Ada kesalahpahaman yang harus diluruskan, tapi mengingat bagaimana Natasha begitu menempel dengan Arka, Naraya bisa menebak bahwa Alita yakin dia hanya sekedar orang ketiga yang bertugas menemani Natasha saja. Dan dia pasti merasa dirinya tidak berharga.

Tidak. Naraya yakin, untuk Arka, posisi Alita bukan hanya sekedar orang ketiga yang tidak penting.

*****

Bagaimana hati kalian hari ini?
Sudah bahagia dengan sakit?
Masih nyaman dengan luka?
Atau masih berusaha menerima sayatan dengan lapang dada?

Seingat saya Tuhan menciptakan hati untuk saling memahami dan menghargai, kalau orang lain berani menghancurkannya, pertanyakan derajatnya, apa dia lebih tinggi dari Tuhan?

Dan saat kalian sudah tau jawabannya, kalian cukup pintar untuk memutuskan.
.
.
.
.

Dari si penulis yang pernah bodoh~

AgrapanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang