Agrapana-2

142 10 1
                                    

Alita merasa tubuhnya sudah mulai bugar kembali, entah karna obat dari rumah sakit yang terlalu ampuh atau karna ajakan makan siang Arka kala itu.

Setelah menenggak satu pil obat miliknya, Alita bergegas keluar dari ruang dosen menuju kelasnya.

Dan setiap dia berpapasan dengan dosen lain, kata-kata yang diucapkan selalu sama, "Bu Alita hari ini keliatannya seneng banget sih." Dalam hati Alita bertanya, memang Alita yang biasanya terlihat seperti apa?

Tapi memang benar, entah kenapa sejak kemarin moodnya mendadak baik. Tidak ada drama dipagi hari dengan KRL, tidak ada macet sama sekali menuju kampus, dan sesampainya dikampus, tidak ada kendala sama sekali.

Dug!

Ahhh, baru saja dia bilang tidak ada kendala. Tapi inilah Alita, selalu saja, selalu menabrak tubuh seseorang. My bad! Batin Alita.

"Bu Alita?" Saat Alita mendongak dia mendapati mahasiswa berambut cokelat terang dengan tinggi badan sekitar 183cm

"Maaf Bu, saya ngga liat. Ibu udah sembuh? Saya dapet info katanya Ibu sakit, makanya kelas Ibu yang kemarin dibubarin." Kata mahasiswa itu sambil membantu Alita mengumpulkan buku-bukunya yang terjatuh.

Setelah menumpuk satu buku terakhir, Alita berdiri sambil membetulkan posisi tasnya. "Iya, maaf ya jadi diganti hari ini kelasnya." Kata Alita sekenanya lalu kemudian pergi setelah mengucapkan terimakasih.

"Bu Alita," Suara mahasiswanya itu terdengar lagi, kali ini dia berteriak, membuat semua mahasiswa/i didekat mereka menjadikan Alita dan mahasiswanya pusat perhatian.

Alita benci menjadi pusat perhatian.

"Nama saya Aghandi, semester tujuh, tolong diinget ya Bu." Katanya sambil tersenyum antusias.

Alita mengabaikan mahasiswa bernama Aghandi tadi, bukannya Alita ingin menyombongkan diri, tapi sudah banyak mahasiswa yang mencoba mendekatinya. Tapi lagi-lagi, rasa luka itu mengingatkannya, bahwa dulu Nando juga adalah mahasiswanya.

Dibelahan kota Jakarta lainnya, Natasha sedang bingung memilih menu makan siangnya di Benedict.

"Crust tuna tataki salad aja deh." Kata Natahsa sambil menyerahkan menunya kembali pada waitress.

Ta, nyusul dong ke GI..

Bukan Natasha namanya jika tidak mencoba, padahal tau jawaban Alita apa tapi tetap berusaha.

Masih ada kelas, Nath.

Lihat, kan. Jawabannya sudah pasti penolakan. Alita memang bukan tipe orang yang akan mudah dibujuk untuk meninggalkan pekerjaannya barang satu hari pun.

Yah sayang... Padahal Arka mau nyusul. Pasti seru kalo lo ikutan juga.

Dan yang baru saja Natasha sebut datang. Senyum Natasha langsung sumringah menyambutnya, dan dugaannya benar, Naraya mengekor dibelakangnya. Entah sejak kapan, Natasha merasa dia dan Arka semakin dekat. Mungkin Tuhan mengirimkan Arka untuk menjadi pengganti Ferry. Semoga saja.

Sedang Alita, yang masih berkutat dengan paper mahasiswanya, berulang kali membaca isi pesan yang Natasha tadi kirimkan.

Arka dan Natasha akan bertemu.

Entah apa yang membuat hati Alita sedikit mencelos setiap membaca ulang pesan dari Natasha, kenapa rasanya dia tidak suka.

Memangnya kenapa kalau Arka dan Natasha bertemu? Mungkin mereka bisa menjadi sahabat, atau mungkin bisa menjadi pasangan. Tapi jujur saja, Alita tidak suka dengan pilihan nomor dua.

Alita menepuk pipinya sedikit kencang, berusaha menyadarkan dirinya dan posisinya.

Jangan baper... Jangan baper!
Inget Nando, inget keluarganya yang bilang elo ngga pantes untuk laki-laki itu. Keluarga Nando juga bilang elo bukan dari kalangan keluarga mereka, elo miskin, Ta. Elo ngga ada harganya.

Rasa denyut didada Alita membuncah ketika setiap kata-kata menusuk Ibu Nando terlintas kembali dikepalanya.

Alita memang sengaja ingin terus mengingat kata-kata itu, agar Alita sadar dan tidak terjatuh dilubang yang sama. Agar Alita tetap ingat betapa sakitnya diperlakukan tidak layak.

******

"Kok Alita ngga ikut?" Tanya Naraya setelah mengunyah habis makannya.

Pertanyaan Naraya membuat Arka ikut menyimak, tadi saat Natasha menghubunginya untuk mengajak makan siang ditempat yang tidak jauh dari rumah sakit, Arka berharap Alita ada.

"Masih ngajar, dia tuh hobby nya kerja, kalau bukan karna bencana alam, dia ngga akan bolos ngajar." Kata Natasha dengan wajah serius.

"Dia udah lama jadi dosen?" Tanya Naraya lagi.

"Sejak Ayahnya meninggal, dia nerusin jejak Ayahnya yang juga dosen. Ngga mau ngilangin silsilah ngajar dikeluarganya, katanya."

"Jadi Alita tinggal sendiri?" Kali ini Arka yang bertanya, hal itu membuat Naraya menoleh dan tersenyum kecil.

Natasha mengangguk, "Rumah itu juga dia beli hasil dari ngajar. Dulu dia ngontrak sama tantenya, tapi karna tabungannya udah cukup untuk beli rumah tipe 36, dia keluar dari kontrakan."

"Amazing, ngga tau harus berapa kali lagi gue kagum sama Alita." Kata Naraya sambil bertepuk tangan. Tentu saja dia sempat melirik Arka dan dilihatnya laki-laki itu memasang wajah tak suka.

Ternyata jatuh cinta bisa membuat seorang Arka yang sangat tertutup dikeluarga mereka menjadi lebih ekspresif.

Dan Naraya suka. Hubungan Arka dan Alita, Naraya akan menyetujuinya.

******

AgrapanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang