❝ 제 9 회 ❞

3.8K 590 25
                                    

-ΔΔΔ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ΔΔΔ-

Semilir angin menerpa wajah manis Aksara, ia memejamkan matanya untuk merasakan rasa itu. Baru kali ini ia menapakkan kaki nya di rooftop yang biasanya menjadi tempat membolos anak - anak yang malas mengikuti pelajaran.

Walaupun sedikit kumuh, ia tetap kagum dengan pemandangan yang bisa dilihatnya dari sana. Indah. Aksara merasa tenang, perasaan baru yang membuat hatinya bahagia. Tak peduli jika ia telat untuk masuk ke kelas, nakal sedikit boleh saja kan?


" Tumben bolos ketos? Mau pengurangan point? " Aksara terperanjat saat mendengar suara itu, ia melirik belakang nya. Pradipta yang sedang duduk tenang menatap dirinya.


" K-kapan disini? Kok tiba-"

" Dari tadi, semenjak gue denger pintu ke buka. Tumben bolos? "

Pradipta menatap netra bulat itu, yang menyimpan galaksi di dalamnya. Ia heran, bagaimana bisa seorang lelaki begitu indah? Yah minus nya sifat Aksara yang keras kepala.

Aksara tergagap, lidah nya mematung. Entah kenapa setiap ia melihat kedalam mata pemuda itu Aksara merasa tenang, berdebar dan nyaman. Sejak kapan dirinya begitu? Apalagi jika dilihat - lihat, Kafka Abriansyah Pradipta tampan sekali, dengan onyx mata tajam monolid nya, dengan postur tubuh ideal. Memang pemuda itu tak lebih tinggi dari Aksara, tapi tetap tampan. Pemuda Liandra itu menggeleng kan kepalanya sembari menampis pikirannya.


Lagi, lagi dan lagi. Ia heran dengan jalan pikirannya, mengapa ia tiba - tiba memperhatikan Pradipta?


" Bukan urusan lo. "

" Ck, santai aja kali. Lagian nakal dikit boleh lah, kaku amat kaya kanebo kering. " Kafka mengeluarkan dua bungkus permen yang memiliki rasa buah berry, membuka kedua nya dan memberikan salah satu permen itu kepada Aksara.

" Mau? Enak serius, coba deh. Gak ada apa - apa kok. Cuma permen. "

Aksara menerima permen itu, rasa berry yang sama seperti permen yang biasa ia beli waktu kecil. Tumben sekali Pradipta ini membawa bungkus permen?

Seolah - olah Pradipta tau apa yang ia pikirkan, pemuda itu pun angkat bicara.

" Sengaja, mau lepas dari rokok. Ga baik nyebat mulu, masi mikirin masa depan gue. "

" Oh, bagus deh. Lagian enak nya nyebat apaan dah? " Pradipta tertawa dengan aksen aneh yang diucapkan pemuda yang lebih muda dari nya.

" Udah gue bilang, santai aja. Kalo gak usah ngikutin cara bicara gue. "


Semburat merah pada pipi Aksara tampak sangat jelas, ia seperti sedang ke pergok mencoba gaul dengan bahasa yang seperti pemuda itu.


" E-enggak kok, cuma itu kebawa - bawa cara bicara temen... " Pradipta menatap nya iseng, mebuat pemuda itu berjuta kali merasa malu. Memang cara bicara nya sehari - hari bukan seperti itu, Aksara selalu menggunakan aku dan kamu, seperti saat ia berbicara dengan Harsa- sahabatnya -

" Iya deh ampun- " Pradipta menahan tawa nya dan kembali melanjutkan ucapan yang terpotong karena tertawa.

" Nyebat gak enak, gak ada untung nya. Cuma kalo lagi masalah ya begitu, pelarian. "

" K-kenapa gak cerita aja ke temen, daripada nyebat? "

" Sambat aja, lagian cerita ke siapa? Juna? Baru setengah cerita langsung ngebucin ke sahabat lo. "

Pradipta memang dekat dengan Arjuna, tapi entah kenapa masalah bercerita ia masih tak percaya dengan pemuda itu.

" A-ada aku, kak Dipta bisa cerita ke Aksa. " Pradipta melirik Aksara yang sedang menunduk menutupi raut wajahnya, ia dengar apa yang di katakan Aksara. Dan bagaimana pemuda itu merubah cara bicaranya. Lucu sekali Pradipta gemas dengan nya.

" Oh ya? Mau jadi pendengar pertama cerita gue? Ide bagus. Thanks ya Aksara. "

Ia mengelus surai lembut Aksara, lembut sekali. Harum sampo nya yang seperti anak bayi, senyum manis hingga mata nya menyipit seperti bulan sabit dan juga lesung pipit milik Aksara. Sungguh pemuda Liandra itu manis sekali seperti bayi.

-ΔΔΔ-

__________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__________________________________

[] Kalau dia jadi ketos sekolah ku mungkin aku mau aja telat terus biar dicatet, lah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[] Kalau dia jadi ketos sekolah ku mungkin aku mau aja telat terus biar dicatet, lah ini. Udah buriq nyebelin hidup lagi. sedih sama sekolah sendiri.

HOMOSAPHIENS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang