-ΔΔΔ-
Sebenarnya Aksara bukanlah orang yang menentang masalah gay atau per homo an, hanya saja ia terlalu jengah dengan lingkungan sekitarnya yang begitu. Seperti dirumah, ia harus tahan dengan kemesraan kakak dan pacarnya yang tak tahu tempat saat bemesraan. Dan di sekolah, Harsa yang selalu sibuk menjadi budak cinta pemuda Arjuna.
Ia bingung sekali, enak nya seperti itu apa? Tak ada yang bisa diraba. Ok, kalau kalian kira Aksara adalah tipe innocent boy yang polis dan tak tau dengan hal yang begituan seperti cerita yang lain, kakian salah besar. Bahkan ia diam - diam berkomplotan dengan Farzan teman sekelasnya yang berdarah campuran itu. Yah, walaupun tak separah si bangsat Kafka.
Ah, teringat lagi masalah Kafka. Tadi ia bertemu kembali dengannya. Pemuda itu tersenyum miring menatap Aksa, perasaannya memburuk. Pasalnya dulu saat dia masih kelas sepuluh, Kafka pernah mencari gara - gara dengan mengguyurnya di taman belakang sekolah, yang membuat Aksa mengumpat dan mendapat pengurangan point sepuluh. Sialan sekali.
" Sa? Oh disini toh. Gue nyari keruang osis gak ketemu - ketemu. Ternyata disini. " Barata— Teman satu organisasi nya— Pemuda berparas tampan, pernah satu kelas dengannya saat kelas sepuluh. Pemuda itu menepuk pundak Aksara.
" Eh ada apa Bar? "
" Tolongin gue jagain anak yang di detensi ya? Kebelet nih " Pemuda itu memasang wajah memelas yang dibalas kerlingan malas oleh Aksara.
" Bilang aja mau ngebucin sama Adistia anak IPA dua kan? Yaudah sana gih. " Barata tersenyum malu, ketos nya ini memang terbaik. Tau saja tujuan dirinya.
" Nanti kalau lo mau ganti jadwal piket pas jalan - jalan sama Cila gue gantiin deh. "
Prisscila Mahawira, gadis yang seumuran dengannya. Sekelas dengan kekasih Barata, iya dia adalah pacar ketos kita— Aksara Jingga —Sebenenarnya mereka tidak berpacaran seperti yang lain, Cila dan Aksa memang sudah berteman semenjak SD.
Alasan mereka pacaran? Ya sambat aja, biar gak ngejomblo. Nanti malah kemakan sumpah nya Harsa dan kakaknya.
Aksara memasuki ruangan osis, ia melihat siluet orang yang selalu menjadi pusat dari kekesalannya— Kafka Abriansyah Pradipta— kenapa, harus bertemu dia lagi?
" Lo lagi, lo lagi. Suka bener bikin masalah! " Aksara menghampiri meja nya dan menatap malas pemuda urakan itu.
Sedangkan Kafka tak peduli dan asik berkutik dengan ponsel pintar yang ada digenggaman.
" Udah kelas dua belas juga, bukannya belajar kek. Lah ini? Cari masalah mulu, sekarang apa lagi pengurangan point lo? "
" Late, i guess? Nah gak peduli. " Aksa mengurut pelipis nya kesal, kenapa pemuda di depan ini seenak saja mengurangi point nya sendiri? Awal semester, sudah dapat pengurangan 15 point. Pintar sekali.
" Lo tau gak sih? Ini udah point ke lima belas yang hilang, masih awal semester loh kak. Tau kan konsekuensi kalau point lo habis? " Kafka tersenyum miring menatap pemuda di depannya yang masih berbicara. Sedikit di akui, Aksara ini jika diperhatikan manis juga. Lesung pipit yang tampak malu - malu setiap dia berbicara. Bibirnya yang semerah cherry, yakin sekali Aksara tak pernah merasakan sebatang nikotin.
' Cup! '
" Lo bacot bener. "
Kafka dengan tiba - tiba mencium bibir pemuda itu, Aksara masih termenung mencerna apa yang baru saja terjadi." BANGSAT! ENYAH LO ANJING HOMO!! "
' Duagh! ' Pemuda itu tersungkur setelah pukulan maut Aksara, sungguh tak main - main pukulan ketos kita.
-ΔΔΔ-__________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMOSAPHIENS!
FanfictionBadboy dengan ketua osis? [ YeonBin ! ] [School life ] [ Bahasa - non baku - AU Lokal ! ]