❝ 제 1 1 회 ❞

3.2K 486 9
                                    

-ΔΔΔ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ΔΔΔ-

" Sudah pada siap belum ketua?  Kalau udah kita jalan langsung.  "

Aksara mengangguk sambil tersenyum manis.  Ia memang sedari tadi membereskan barang - barang yang akan dibawa ke perkemahan kali ini. 

Mendengar jawaban murid nya itu,  sang guru langsung menghidupkan mesin bus nya.  Yah memang,  mereka sengaja tak menyewa supir bus. Agar menghemat pengeluaran mereka kali ini— Kesepakatan para bendahara kelas dan osis. 

Aksara masih setia berdiri di belakang karena sudah tak ada lagi bangku yang kosong,  ah sebebarnya masih ada.  Namun ia tak ingin duduk disana,  pasalnya bangku kosong itu tepat berada di samping gadis yang sudah menjadi mantannya itu.  Jika ia duduk disana,  pasti akan sangan canggung.  Terlebih lagi, Aksara masih tak ingin bertemu langsung dengan gadis itu. 

Perasaan kesal dan bersalah masih memenuhi hati nya,  terlebih lagi ia tadi tak sengaja melihat mata gadis itu masih terlihat sembab dan tampak lingkaran hitam terhias dibawah kelopak mata gadis itu.  Daripada ia harus bertemu dengan Cila,  ia lebih baik berdiri hingga sampai ketempat perkemahan mereka. 

Namun, sepertinya itu tak kan terjadi.  Setelah lebih dari tiga puluh menit ia berdiri,  ada sebuah tangan menarik tubuhnya untuk jatuh terduduk di kursi belakang yang penuh dengan tas - tas. 

Aksara menatap tangan itu,  Pradipta lah yang sudah menarik dirinya.  Pemuda itu memasang wajah tanpa ekspreainya seperti biasa. 

" Mau sampe kapan lo berdiri begitu?  Mau jadi batu lo?  Gak capek?  "

Aksara hanya tersenyum kikuk, jantung nya berdebar kencang. Aneh sekali. 

" Emm makasih kak,  ehehe.  Tadi gak dapet kursi. Tapi err bangku kakak jadi makin sempit karna aku.... " Aksara terkejut dengan ucapannya yang terakhir.  Apa-apaan itu?  Ah terserah lah.  Lagian pemuda didepannya terlihat tak acuh dengan ucapannya. 

Detik demi detik waktu berlalu. Sangat canggung,  dengan Pradipta yang tak acuh dengan apa yang dilakukan pemuda disebelahnya itu.  Ia tampak asyik dengan headset dan pemandangan di jendela. 

Aksara menghela nafas lelah,  ia tak suka suasana ini.

' Haaah...  Aku tak suka suasana ini,  apa yang harus aku lakukan?  Apa aku harus menyapa nya terlebih dahulu?  Ah tapi jika ia tak membalas ucapan ku pasti itu akan semakin canggung ah gimana caranya!  Ah aku bingung sekali...  '

Aksara tak sadar sudah termenung sambil memanyunkan bibir nya,  Pradipta sudah tak memperhatikan pemandangan lagi. Perhatiannya sudah teralih kearah Aksara yang masih bergelut dengan pikirannya sendiri. 

Sangat lucu dan menggemaskan,  bagaimana bisa seseorang yang begitu menyebalkan seperti Aksara bisa menggemaskan seperti ini?  Ia tersenyum kecil. Pradipta melepas salah satu headset nya,  dan memasangkan pada telinga Aksara. 

Yang lebih muda tersentak terkejut menatap Pradipta,  mata jernih nya membulat lucu ditambah dengan bibir nya kian memaju karena terkejut.  Ah Pradipta harus menahan diri.  Aksara benar - benar menguji iman nya. 

" K- kenapa kak?  "

" Apanya yang kenapa?  Lo dari tadi diem aja,  tau kok. Pasti lo ngerasa canggung karna gue cuekin,  makanya inisiatif ngasih headset ke lo.  Gak mau?  Yaudah sini gue cop-"

" Loh nggak!  Gak papa kak ehehehe,  a-aksara juga b-bingung mau ngomong apa...  Ma-makasih kak. " Ia tertunduk malu,  sangat di yakinkan kedua pipi nya berhasil memerah merona.  Rasanya Aksara ingin menghilang saja dari bumi. 


-ΔΔΔ-

______________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________

[💮] : Hi!  Aku kembali,  hehehe.  Udah ada pemikiran buat ngelanjutin lagi nih.  Maaf ya lama banget?  Semoga kalian suka deh! 

HOMOSAPHIENS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang