-ΔΔΔ-
" Lia! Itu berat gak? Mau Harsa bantuin megangin nya? " Harsa menatap iba sahabatnya yang tengah kesusahan memegang kardus besar yang entah isinya apa. Tetapi yang ia tahu, itu sangat berat.Mereka sudah sampai semenjak beberapa menit yang lalu, murid yang lain di kumpulkan berbaris untuk di check kehadirannya. Dan anak - anak osis yang sibuk dengan mengangkat dan mengeluarkan barang - barang. Termasuk dengan Aksara yang kini sedang mengangkat kardus berat.
" Gak apa Harsa! Kamu sama Juna aja, pasti dia nyariin. " Ia menolak bantuan sahabatnya ini bukan tanpa alasan, jika Harsa membantunya lalu ia kelelahan. Pemuda yang kini memanyunkan bibirnya sebal pasti akan merengek karena kelelahan, dan itu benar - benar akan mengganggu dirinya.
" Ih tapi kan itu berat! Harsa juga laki - laki! Harsa bisa kok angkat kardus nya. " Ia memaksa Aksara untuk memberikan kardus yang sedang pemuda itu pegang, namun gagal. Karena Aksara sudah mengangkat nya tinggi agar Harsa tak dapat menjangkau kardusnya.
" Ih gak usah, gak apa kok! Lagian ada yang laiiin! A-ada Bara yang mau ngangkat ini! Iya kan ya Bar? " Aksara dengan cepat memberikan kardus berat itu kepada Barata yang tak sengaja melewati mereka. Pemuda itu terkejut dengan beban yang diberikan Aksara dengan tiba - tiba. Namun saat ia akan protes, Aksara dengan cepat menyela.
" Iya Bara kan baik kan ya!? Mau ngebantuin Ketos nya buat angkat barang. Uh yaudah aku dulua ya? Ayuk Sa kita duluan. " Yah mau bagaimana lagi jika pemuda itu sudah mebawa jabatannya. Bara hanya bisa menerima kesialannya dengan berat hati.
Namun, sepertinya meninggalkan tugas dengan memberikannya kepada Bara bukanlah ide yang bagus bagi Aksara. Kini ia bahkan harus terjebak dengan membantu anak osis dengan membagi kelompok, yang sial nya lagi. Cila dan Pradipta sebagai anggota kelompok yang ia pegang.
" Nah, kelompok nya kan kita udah bagi. Sekarang kumpul ya sama pengawas dari masing - masing kelompok? Mulai dari sekarang! Ayo - ayo! "
Mendengar arahan dari Ketua pelaksana itu, mereka semua berpencar untuk berkumpul dengan kelompoknya. Termasuk dengan Aksara, Cila, Pradipta dan kedua anak perempuan yang masuk kedalam kelompok mereka.
" Jadi, Ketua kelompok nya. Siapa yang mau kalian pilih? " Ujar Aksara untuk mengjilangkan rasa canggung dari mereka, ah atau rasa canggung nya terhadap kedua orang yang ada di samping nya- Pradipta dan Prisscila.
" Kak Dipta aja! Kan paling khatam disini kak Aksa. " Usulan dari gadis bername tag Riana tersebut mendapat persetujuan oleh yang lain.
" Hmm, baiklah... Jadi- "
" Kok jadi gue? Gue disini cuma sebagai pembantu buat anak osis, bukan jadi ketua buat kelompok - kelompok gak jelas gini. " Pradipta menyanggah ucapan Aksara, ia menatap tajam gadis yang baru saja mengusulkannya sebagai ketua. Ah benar saja, Aksara menjadi ketua? Tidak akan mungkin.
" Yang namanya udah masuk kelompok, ya anggota juga dong. Lagian lo udah dipastiin dapet nilai tambah juga dari guru. Apa salahnya jadi ketua sih? " Seru gadis bersurai cokelat itu. Ya, gadis itu adalah Prisscila.
' Haah... Ini gak bakal berakhir bagus kalo begini. ' Aksara mengusap wajah nya pelan, bagaimana bisa nasib nya seburuk ini.
" Gini aja, Dirga yang jadi ketua nya gimana? Walaupun masih kelas sepuluh, tapi kayak nya kakak bisa percayakan kamu sebagai ketua. " semuanya hening setelah mendengar ucapannya, tak ada yang ingin membantah ataupun menunjuk dirinya sebagai ketua.
" Nah! Ketua kan udah ditentuin nih, jadi kita sekarang buat tenda ok? Dua tenda dibagi jadi tiga dan empat orang didalam nya. Ayo kita mulai buat tendanyaaa! " Suasana yang terasa canggung itu seketika berkurang setelah Aksara menyuruh mereka membuat tenda. Namun, pemuda yang sedari tadi diam menatap nya masih tak bergerak sama sekali.
Ya, pemuda itu adalah Pradipta. Yang masih setia menatap Aksara yang gugup sambil memainkan jari-nya.
" K-kakak kenapa liatin Aksa kaya begitu? "
" Kenapa? Gue gak boleh liatin lo? " Pradipta menatap pemuda manis itu dengan lekat, membuat Aksara sangat gugup.
" Duh, bukan begitu... Um- aku.. Aku ke tempat ruang persedian dulu ya kak? " Dengan cepat Aksara berlari menjauhi Pradipta yang menatap nya dengan heran. Kini ia harus benar - benar mencari Harsa, Aksara benar - benar butuh sahabatnya itu sekarang.
Namun sudah beberapa tempat ia cari, Harsa selalu tak ada. Kemana sahabatnya itu? Dan juga, kemana Juna? Mengapa pemuda itu juga tak ada? Ia lelah mencari sahabatnya itu, ah Aksara menyerah saja.
Pemuda manis itu berjalan lesu, bahkan ia tak melihat kearah depan. Pemandangan rerumputan dan akar pohon sebagai penapak jalannya itu mungkin tampak menarik baginya.
Hingga ia menangkap bayangan dua orang yang tengah bercumbu di belakang pohon jati dihadapannya itu, dengan langkah penasaran ia mendekati bayangan itu.
" WAAAA HARSA GAK SUCI LAGIII! "
Seperti yang sudah ia duga. Pasangan Juna-Harsa ini benar - benar tak tahu tempat.
-ΔΔΔ-
______________[] Wuuuhuuu sengaja triple update!
Lagi gabut bgt gara - gara kena
Lockdown gini :-([] ANYWY jadi pengen buat cerita untuk hyuka sama yuna :‹ gak tahan. Gumush gitu, apalagi allahu akbar. Huening kamal kai bener bener ya, buangsat banget. Ganteng banget. Jadi pacar aku aja mau gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMOSAPHIENS!
FanfictionBadboy dengan ketua osis? [ YeonBin ! ] [School life ] [ Bahasa - non baku - AU Lokal ! ]