❝ 제 1 6 회 ❞

2.8K 424 30
                                    

-ΔΔΔ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-ΔΔΔ-


Kini Aksara tengah sibuk menyusun dan menghitung peralatan perkemahan yang akan mereka bawa kembali pulang, seluruh anggota osis juga sibuk dengan segala peralatan dan perhitungan peralatan.

" Sini,  gue bantu lo nurunin tenda nya. "

Aksara terperanjat mendengar suara yang sangat ia kenal itu. Pradipta kini sedang melepas tali tenda yang berada di samping kirinya. 

Semenjak Pradipta menyanyi,  ia tak pernah bertemu lagi dengan pemuda itu. Ah,  memang hanya dia yang sengaja menghindari Pradipta.

Ia tak sama dengan Pradipta yang sudah mantap meyakinkan perasaannya. Aksara masih saja tak bisa mengartikan rasa yang ia rasakan pada Pradipta.

" Hoi,  ngapa bengong? Mau kesambet Sa?  " Dengan sapaan Pradipta,  akhirnya Aksara kembali fokus. Ia melepaskan tenda itu dengan cepat.

Tanpa disengaja,  Aksara menarik tali itu dengan keras. Hingga tenda yang mereka lepaskan itu rubuh. Kain tenda itu menutupi Aksara dan Pradipta.

Mereka berdua terkejut, terlebih lagi dengan pemuda yang lebih muda. Ia memang memiliki phobia pada tempat gelap, langsung berjongkok menutup matanya.

" Aaah! " Mendengar jeritan Aksara, dengan sigap Pradipta meraba kain itu untuk menemukan Aksara. Ia sangat kalut mendengar jeritan ketakutan pemuda manis itu.

" Aksa! Lo gak papa?  Bentar gue cari dulu ujungnya. Pegang tangan gue. Jangan di lepas,  gue ada disini. " Mendengar arahan yang lebih tua,  Aksara langsung memegang tangannya Pradipta.

Setelah kain itu disingkirkan, pemuda bersurai biru menghampiri Aksara yang masih terlihat jelas ketakutannya. Dengan cepat Pradipta merapikan Tenda dan berjalan kearah Aksara.

" Sa,  liat gue. Udah gak gelap lagi kan? Udah ya? Nih, gue ada air minum. Minum dulu, sini coba buka wajahnya. "  Pradipta melepaskan telapak tangan Aksara dari wajah pemuda itu,  mata bulat indah itu masih berair, dengan hidung nya yang memera lucu.

" Liat tuh,  hidung lo sampe merah gitu. Duh,  sini gue bersihin air mata lo. Jangan nangis lagi ya Sa?  Gue gak suka liat air mata lo. " Pradipta tersenyum manis menatap mata yang lebih muda.

Jika boleh jujur,  ini kali pertamanya Aksara melihat seorang Pradipta tersenyum lembut. Sangat hangat dan menenangkan. Pemuda itu sangat tampan,  dan semakin tampan. 


" Woi Aksara sama bang Adip ngapain lo disana? Heh! Mau buat yang iye iye ya lo pada anjir?!! " Seruan Bara membuyarkan segalanya,  mereka berdua langsung menjarak dengan canggung. 

Sialan sekali memang Barata ini, belum saja diadukan pada kekasihnya.

                                  -ΔΔΔ-

Mereka kembali canggung satu sama lain,  bahkan didalam bus pun. Tak ada satupun yang ingin memulai pembicaraan.

Aksara masih merasa aneh dengan yang tadi, dan juga Pradipta yang gugup memikirkan apa Aksara tak suka denga sikap nya tadi. Karna,  semakin ia pikirkan. Sepertinya Aksara masih menaruh hati kepada mantan kekasihnya itu,  dilihat dari bagaimana ia memandangi gadis itu.

Bahkan saat sudsh sampai pun, mereka masih enggan untuk berbicara. Aksara terlebih dahulu keluar dari bus,  untuk mengeluarkan beberapa barang. Meninggalkan Pradipta yang masih termenung didalam bus.

Saat ia sedang mengeluarkan barang,  ia tak sengaja melihat Prisscila yang susah membawa barang - barangnya. Spontan Aksara mendekati gadis itu. 

" Cila, butuh bantuan? Sini aku bawain. Berat banget ya? " Gadis itu terkejut,  ia membiarkan Aksara mengambil koper yang ia tarik sedari tadi. Ah, kalau begini bagaimana caranya dia bisa move on dari Aksara?

" Lain kali jangan bawa banyak - banyak,  kebiasaan kamu sedari smp masih belum hilang juga ternyata. Nih,  aku letakin disini. "

" Sa,  sebenarnya kita ini apa? " Pemuda itu membatu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis itu.

" A-aku minta maaf buat perkataanku yang kemarin, lalu kita tetep gini Sa?  Kamu kejam, tau gak? "

" Cila...."

" Sa, aku gak bisa Sa. Aku udah nyoba lupain tentang kamu setelah kita berakhir,  tapi gak bisa. Terus kamu gini,  Sa.... Sebenarnya kita apa? Aku apa? " Aksara membalikan badannya, menatap lekat gadis yang ada dihadapannya. Prisscila menangis tersedu,  ah. Tidak,  lagi dan lagi Aksara melukai gadis ini.

" La, maaf... Maaf karna buat kamu bingung, aku.... Aku masih belum bisa nemuin jawabannya. " Ia mengalungkan jaket almamater miliknya pada bahu gadis itu. 

" Jangan sampai sakit ya? Aku duluan. " Aksara membalikan badannya, melangkah menjauhi gadis itu. Perasaannya kian memberat, tak tahu harus bagaimana. 

Namun,  tanpa mereka ketahui. Pradipta yang baru saja turun dari bus, melihat semuanya. Rasa sakit pada hatinya sangat terasa.

Pikirannya tentang Aksara yang masih menyukai Prisscila semakin menjadi - jadi,  membuatnya memikir berulang kali untuk menagatakn perasaannya pada pemuda itu.

-ΔΔΔ-

______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________


HOMOSAPHIENS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang