"GRACIA BANGUN WOY!! KEBIASAAN BANGET SIH DEK PULANG SEKOLAH TIDUR!! LO TUH ADA JADWAL LES, BURUAN SANA!!" teriak Shania, remaja 20 tahunan setelah mendapati adiknya masih memakai seragam SMA lengkap bahkan dengan sepatu dengan tenangnya tertidur di ranjangnya.
"hmm.. bentar" gumam sang adik, tanpa dosa.
"Gre, lo gak bangun gue tinggal bodo. Berangkat sendiri aja lu ke sono, gue udah ditungguin anak-anak ini." jawab sang kakak kembali, mengancam.
"yaudah gue skip les. susah amat sih, dah diem dong kak. mau lanjut tidur gue, ngantuk." bukan takut dengan ancaman sang kakak, sang adik malah memeluk erat gulingnya dan kembali tertidur. Tidak peduli.
"bodo gre, bodo. Gue tinggal, bye." lelah membangunkan sang adik, akhirnya ia pergi. Karna sang kakak, Shania Junianatha memang bukan sosok penyabar. Tapi dia adalah wujud sosok kakak terbaik bagi sang adik, Shania Gracia. Yang bahkan selalu ada di sisi atau belakang sang adik setiap kali dia terkena masalah, seringkali sih.
Sedang sang adik, Shania Gracia adalah ... sosok remaja pada umumya. Hanya saja dia penganut You Only Live Once yang sangat baik hingga hidupnya benar-benar ia buat semenyenangkan mungkin.
Sepeninggal shania dari kamar gracia, kamar itupun terasa tanpa kehidupan. Hingga tiba-tiba sosok ibu idaman datang menghampiri kamar tersebut, masuk dengan perlahan dan memilih duduk di pinggiran kasur tempat sang anak tidur.
"Gree, kamu bangun dong. Ini baru pertemuan pertama loh, masa udah bolos ajasih les nya? kan kemaren kamu yang maksa mama pengen les bahasa" sambil menggoyangkan lengan sang anak dengan sabar, ia membangunkan dengan lembut. Yang kemudian dijawab dengan pergerakan sang anak menjadi terduduk, dengan muka cemberut tentunya.
"Ih mam, aku ngantuk banget. Shanju tukang ngadu ih, aku kan cuma pengen tidur bentar." jawb sang anak, setelah tau yang membangunkannya kali ini adalah maminya. Yang walau lemah lembut, tapi akan sangat bahaya kalau ia tidak menurut.
"Yaudah gih kamu siap-siap. Biar nanti bareng kakak ke tempat lesnya." jawab sang ibu, Jessica Veranda. Yang kemudian berdiri dan meninggalkan kamar sang anak saat merasa tugasnya sudah selesai. Ia pun menuju ke sofa ruang tamu kembali untuk menonton tv. Di sana sudah ada shania yang sudah bersiap pergi dengan wajah kesal di sana.
"Bangunin adeknya doang aja gabisa, gimana sih kamu njuu.." ejek veranda sambil mencubit gemas anaknya.
"Ih mam, dia tuh kebo parah. Aku udah teriakin gimana juga gabakal mempan kalo bukan mami yang bangunin." protesnya.
"iya iya shan, yaudah kamu siap-siap tungguin di mobil. Ntar mami yang bilangin ke adek. Kamu ati-ati jangan ngebut, jangan pulang kemaleman, jangan lupa jemput adeknya, dan HPnya jangan mati, okay?" pesan veranda, ibu protektif memang.
Kondisi tenang itu pun tidak berlangsung lama,
"SHANJUUU AYO BERANGKAAAT, 15 MENIT LAGI MASUK NIH" teriakan seseorang dari kejauhan terdengar. Siapa lagi kalau bukan sang adik bungsu, yang tentunya hanya ditanggapi gelengan oleh kedua ibu dan kakak tersebut.
"Yaudah mam, shania berangkat."
"Udah siap nih, okaydeh. Mam, gre berangkat yaa. Jangan kangen" ucap gracia, setelah melihat kakak dan ibunya yang sudah berpamitan. Kakaknya yang terlihat sudah rapi sedangkan dia hanya cuci muka, gosok gigi, pakai parfum ganti baju, ambil tas yang paling deket dan sekarang sudah di sini.
"Ehhh, greee. Botol minum kamu." veranda memberikan botol minuman berwarna ungu-kuning kesayangan anaknya dan kemudian membiarkan sang anak berlari menuju sang kakak untuk berangkat.
"Anak siapa sih ini satu. Rusuh banget." gumamnya heran, dengan senyum yang tidak luntur dari wajah cantiknya.
...