ku kepikiran

756 115 0
                                    

Seminggu berlalu setelah kejadian bolos itu, tidak banyak yang terjadi. Hanya mungkin kedekatan antara shani dan gracia semakin baik, dibanding sebelumnya. Tapi kecanggungan shani masih tetap ada dan keraguan gracia belum juga hilang. 

Sebelum kelas les sore ini, gracia menyempatkan diri untuk duduk bersantai menunggu kelas di lobby. Tidak sendiri, ada seorang dengan seragam smp juga duduk disitu. Karna merasa bosan, gracia pun mengajak anak itu bicara.

"Anak kelas apa?"

"Aku kak? Kelas 9-3, kak.." jawab lelaki itu dengan ragunya. Siapasih yang nggak kaget di tanyain sama orang asing tiba tiba.

"Maksud gue kelas bahasanya, bukan kelas sekolah" jawab gracia malas.

"Ohh, itu aku nganter kaka aku sih. Sekalian baru mau daftar kok."

"Oh iya kenalin, gue gracia. Anak A2 kalo di sini, kalo disekolah anak IPS SMA tetangga lo. Gausa sopan sopan, santai aja ama gue, chill" Entah kenapa tapi gracia merasa anak ini asik aja buat diajak ngobrol membuatnya mau berkenalan.

"Oh, iya ka. Gue vio, kebetulan kaka gue juga A2 sih"

"Jangan bilang lo adeknya kak shani?"

"Ehh, bukaan. Kakak gue anin namanya."

"Eh anjrit si anin kaga ngasi tau punya adek. Lah beda amat lo ama kakak lo."

"Hahaha iya kali ya" vio pun menjawab singkat karna kemudian ada panggilan di handphonenya. Dengan isyarat ia pun pamit pada gracia, yg diangguki oleh gracia. Merasa sudah waktunya kembali ke kelas, ia pun meninggalkan lobby itu dalam sepi.

.....

"sumpah gre, sebelumnya kak shani tuh nggak pernah naik mobil. Kecuali pas ujan, dan semenjak lo bareng dia mulu, dia tiap jumat bawa tuh mobil." ujar anin seusai kelas, pada gracia tentunya. Setelah gracia menanyakan apakah shani sering membawa mobil sebelumnya, karna ia merasa tidak enak ketika harus ikut shani tiap minggunya ke tempat les.

"Lo jangan bikin gue merasa tinggi ya nin" jawab gracia kemudian, memutar bola matanya malas.

"Gue serius ege, kayanya lo udah dikit dikit asik nyenggol hati doi deh" balas anin kemudian.

"paansih" gracia pun memutuskan mengabaikan godaan anin dan mengemasi barangnya. Kelasnya baru berakhir 5 menit lalu, namun shani ditugaskan untuk memindahkan barang dari kelas ini ke ruangan lain sehingga tinggalah anin dan gracia di ruang kelas itu.

"tanya aja sendiri deh ntar pas lo balik, bakal balik bareng dia kan?" tanya anin kemudian.

"hooh"

"pasti dia jawab iya, bawa mobil demi elo"

"hooh"

"terus lo malu malu kucing jijik gitu"

"hooh"

"Jangan jangan dia suka sama lo gre"

"hooh"

"terus malem ini mau nembak lo"

"ngaco" gracia pun mulai geram dengan anin yang membuat kesimpulan demi kesimpulan. Bukannya gracia tidak mengharapkan atau tidak tergoda, tapi dia sudah cukup kebal karna bukan hanya anin, sebelumnya chika pun sudah menggodanya di kelas hingga ia merasa sudah tidak malu-malu atau salah tingkah ketika digoda begitu.

"dah ah drpd lo ngelantur mulu hayuklah ke depan, gue bawa tas kak shani biar dia gaperlu balik sini lagi" ucap gracia kemudian, memutuskan mengajak anin pindah tempat daripada terus-terusan diolok oleh temannya ini.

"iya iya, asik dah main bawain aja nih cie" jawab anin masih menggoda gracia. Yang sedihnya tidak terlalu digubris oleh gracia.

"Eh nin, gue tadi ngobrol ama adek lo. Namanya vio, kalem gitu keliatannya. Kok lo gak bilang bilang punya afek kaya gitu."

"Lah, iya tadi si vio mau liat liat abis nganter gue. Lagian ngapain gue cerita ama lo? Doyan brondong sekarang emang?"

"Anjir lo"

"Tapi dia diem kalem, lo kakanya gabisa diem petakilan rusuh"

"Kaya elo nggak"

"Sialan" mereka pun tertawa ringan. Tidak penting, sambil mengemasi barang masing-masing, kemudian membawa tas mereka masing-masing, gracia dengan tambahan tas shani tentunya untuk kelluar dari kelas. Hingga saat akan membuka pintu ruangan yang kebetulan di dorong jika ingin membuka dari dalam, seseorang lebih dulu membuka pintu itu dari luar. Gracia yang sudah mendorong pintu pun kehilangan keseimbangannya hingga menabrak orang di balik sisi lain pintu tersebut.

Sudah jelas, tentunya shani. Kan anin di belakang gracia. Dan bisa terbayangkan apa yang terjadi, muka merah gracia karna malu, shani yang tanpa ekspresi namun dengan sigap membantu gracia kembali berdiri, dan anin yang tampak senang bisa melihat adegan indah ini di depan matanya.

Gracia pun menatap mata shani dalam ketika kedua tangan shani meraih lengan gracia untuk membantunya kembali berdiri tegak sendiri. Shani tentunya membalas tatapan gracia karna sama kagetnya dengan kondisi itu, tapi ..

"Woy udah wey gausah di drama lama lama in, so sweet sih tapi eneg juga kalo kelamaan. Gre gausah alay lo, udah udah ayok kedepan." Anin yang nampaknya iri dengan keadaan itu segera menghancurkan suasana drama romantis itu, membuat shani melepas tangannya dan menggaruk tengkuknya yang tentunya tidak gatal.

Gracia pun menggangguk lalu menoleh pada anin menajamkan matanya, kesal. Yang tentunya tidak ditanggapi dengan anin, ia pun melewati mereka berdua menuju lobby. Menyapa orang-orang di sana hingga berpamitan karna ia ingin langsung pulang, setelah berteriak berpamitan ia pun menghilang dari tempat itu.

"Nggak apa nganter aku lagi?" tanya gracia kemudian, masih agak canggung setelah situasi tadi.

"Iya, yuk keburu malem." jawab shani kemudian, mengambil tasnya yang berada di pundak gracia kemudian berjalan mendahului menuju mobilnya yang terpakir di depan gedung.

Anjir kenapa sih gue bisa speechless tiga kali sehari gini gara-gara kak shani doang batin gracia yang sebenarnya ingin menjerit.

Mereka pun masuk ke dalam mobil dan mulai menyusuri jalanan kota malam itu, diiringi oleh alunan musik yang terdengar dari radio. Yang tentunya tidak terlalu dihiraukan karna fungsi radio hanya memecah kesunyian, bukan untuk dinikmati oleh mereka berdua yang sedang menyelami pikiran mereka masing-masing. Terutama terlihat jelas pada gracia, yang sedang diperhatikan oleh shani saat ini ketika di traffic light. Alisnya yang bertaut, juga bergerak seperti berfikir keras. Matanya yang mengarah pada jendela tapi terlihat kosong, hingga jarinya yang terlihat memilin ujung jaket yang sedang ia gunakan. 

apa bener ya kata anin, kak shani bawa mobil demi gue?

apa bener juga kak shani suka... ah gre lo gak boleh berharap ketinggian, jatohnya sakit. tahan okay.

Endless SufferingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang