Gracia bukan orang yang bisa memendam ataupun menyembunyikan apapun. Perasaan hingga segala hal yang dirasakannya, atau bisa disebut dia anak yang sangat jujur, sulit baginya untuk berbohong. Hingga ia bertekad bulat setelah ini akan mengungkapkannya,
"Kak Shani, aku boleh tanya nggak?" pancing gracia, sore itu ketika ia ditawari untuk pulang bersama dengan Shani. Dengan semangatnya ia hanya menerima, toh sudah biasa kan?
"tanya aja. Kamu kenapa emang, gre?" jawab Shani masih dengan dinginnya.
"Tapi jangan bilang-bilang mama atau kak nju ya"
"Iya, kamu kenapa?"
"Aku..... A-aaku, kaayaknya.." Gracia masih terbata bata untuk berbicara, sedang shani yang memang sepenyabar itu dengan telatennya menunggu kata demi kata yang keluar dari mulut Gracia.
"Iya, kamu kenapa gracia?"
"Aku sekarang suka deg-deg an nggak jelas masa. Terus kebiasaan aku tuh berubah banget. Tapi itu semua tuh bisa kayak gitu karna kakak. Kayak, aku tiba-tiba deg deg an kalo ketemu kakak, terus kayak kebiasaanku yang males bangun males belajar juga berubah.." Jelas gracia, dengan sendu. Membuat Shani disebelahnya gemas pada level maksimum melihat gadis disebelahnya, apakah gadis itu sedang melakukan pengakuan atau gimana sih?
"Aku kayanya punya penyakit aneh ya, kak? Kakak kan anak ipa, kira-kira aku kenapa sih, kak?" tanya Gracia kemudian. Masih dengan wajah polosnya. Membuat Shani tidak habis pikir bagaimana bisa ada manusia se menggemaskan ini. Bahkan sepolos ini mengakui hal-hal yang sebenarnya menjadi hobi setiap gadis untuk disembunyikan. Membuat shani memutar otaknya memikirkan bagaimana cara dia menjelaskan pada Gracia, lagian dia merasa sangat aneh dengan keadaan ini. Bukankah jika ini terjadi secara normal, artinya Gracia mengakui bahwa dia suka Shani?
"Gre.. kakak mau tanya boleh?" jawab shani pelan masih gemas dengan gracia yang tampak bersemangat dengan obrolan 'penyakit'nya, hingga mengangguk dengan cepat.
"Kamu, punya mantan nggak?" tanya shani kemudian.
"Mantan pacar?"
"Iya, mantan pacar."
"Ih kenapa kakak nanya-nanya mantan, kan gaboleh ngenang yang udah lalu. Kakak jawab pertanyaanku tadi aja ih" jawab gracia dengan merengek tiba-tiba. Membuat shani berada diantara dongkol dan gemas dengan gadis ini.
"Jawab aja gracia..."
"hmmm, punya sih. Tiga aja kok"
"Terus dulu, kenapa mau pacaran sama mereka?"
"Yang pertama, soalnya dia kasian katanya kalo aku nolak dia mau nangis jadi aku terima. Maklum anak SD. Terus kedua aku iseng aja, ganteng sih yang nembak. Terus yang kemarin, soalnya dia sahabat aku dan aku udah dekeet banget sama dia." Jelasnya kemudian, mengingat ingat hingga mengakhirinya dengan sendu jika mengingat semuanya.
"Kamu gapernah ngerasa deg-deg an terus senyum senyum sendiri gitu karna mereka?" tanya shani kemudian yang hanya dijawab gelengan oleh Gracia.
"Kalau sama aku pernah?" Kali ini anggukan cepat oleh Gracia menjawab pertanyaan Shani.
"Kamu pernah bersemangat sekolah biar cepet ketemu mereka nggak?"
Gracia pun menggelengkan kepalanya.
"Kalo biar ketemu aku, jadi semangat sekolah?"
Gracia mengangguk cepat.
"Pernah kepoin dia parah sampai penasaran banget?
Kembali gracia menggelengkan kepalanya.
"kalo sama aku?"
dengan cepat gracia mengubah gelengannya menjadi anggukan.
"Kalau lagi sama dia rasanya gamau cepet pisah nggak?"
"Ih aku capek geleng angguk mulu, tau kak."
"yaudah jawab pake mulut aja shania graciaaaa" jawab shani dengan gemasnya.
"hmm, biasa ajasih."
"Kalo sama aku?"
"hmmm, kaya pengen lama-lama gitu sih."
"Kira kira kenapa?" tanya shani kemudian, mengharapkan Gracia berhasil menyimpulkan segala kode yang ia maksud.
Hingga keadaan pun menjadi hening.
Hening, hingga..
"Ih, kan aku juga gak tau makanya aku tanya kakak. Gimanasih." jawab gracia terlihat kesal dengan shani. Sedangkan Shani disebelahnya, terlihat jauh lebih putus asa menghadapi gadis disebelahnya.