"Kak kita nih kenapa pakek aku kamuan ya?" tanya gracia kemudian. Tentunya setelah jeda untuk menetralkan hatinya yang berantakan berkat orang yang sedang memegang kemudi molbil yang ia tumpangi.
"Aku sih emang nggak pernah pake panggilan lain, nggak cocok aja" jawab shani kemudian.
"Kakak bukan asli sini?"
"Bukan"
"Terus mana?"
"Jogja"
"Kok bisa ke sini?"
"Ikut mama"
"Kenapa gitu?"
"Ya emang gitu"
"kok ngeselin."
"Enggak"
"Iya"
"Eggak kok"
"Iya tuh"
"Enggak gracia"
"Iya ih, tuh nggak mau ngalah"
"gracia"
"iya kak?"
"nggak apa"
"ok"
"udah sampe."
"iya kak."
"kamu nggak turun?"
Gracia pun berpikir sejenak setelah percakapan absurd tadi, eh ini kan di depan rumahnya? berarti kudunya dia turun terus pamit terus masuk rumah. Eh nanya dulu mau mampir apa enggak, basa-basi.
"ih kakak kenapa nggak bilang kalo udah sampe sih."
"udah tadi ge."
"Ah masa?"
"iya"
"mang iya?"
"gausah ngeselin gre, gih sana masuk."
"nggak mau mampir?"
"enggak"
"ih enggak mulu, gaasik."
"udah ditungguin mama"
"oh ok deh, aku turun dulu, makasih kak. Maaf ya ngerepotin"
"iya, salamin ya ke tante, jangan lupa belajar!"
"ih males banget diingetin belajar, dah ah bye." jawab gracia yang kemudian menutup pintu mobil tanpa ingin mendengar jawaban selanjutnya.
Mendengar kata belajar sama dengan membangkitkan jiwa kemalasan seorang gracia. Seolah-olah dia adalah manusia anti-belajar. Ya memang begitu.
"lah kenapa aku nggak bilang ati ati sama nanti kalo udah sampe kabarin ya?" gumama gracia kemudian. Sambil menatap mobil hitam yang sedang berjalan menjauh,
"Ah bego banget sih gue, bodo amat lah."
....
Ngga bakal update sampe reader vote tuju ratus lima puluh.
Aslinya lagi sibuk kerja aja sih.Bubye