Sesampainya di tempat les, kak shani langsung pergi begitu saja meninggalkan kami berdua. Salah tingkah kali ya aku godain mulu?
"Parah lo gre, gue baru tau lo agresif" ujar anin kemudian.
"Jangan bilang daritadi lo nguping, bukannya tidur?" Tanyaku memandangnya curiga. Anin pun hanya cengengesan, tuhkan dia memang menguping. Dasar.
"Ya abisan gue penasaran kali. Eh btw ini kacamatanya kak shani jatoh. Balikin gih, gue mau ke tante imel dulu." Jawabnya kemudian menyerahkan wadah kacamata dan pergi meninggalkanku.
Nasib gini amat ditinggalin mulu. Akupun bergegas menuju kelas untuk mengembalikan kacamata kuno ini, dan juga bersiap untuk les bahasa ini. Aslinya nih ya, setelah pertemuan kemarin, perkenalan. Aku baru sadar belajar bahasa tuh susah, dan bikin pusing. Tapi gapapa lah, daripada matematika kan.
"Kak, ini tadi kacamatanya jatuh di mobil" aku pun mengulurkan tanganku menyerahkan kacamatanya. Ia pun mendongak menatapku,
Mata dia bagus banget astaga, kenapa gue baru sadar?
Setelah tatap tatapan sesaat tadi, dia pun mengulurkan tangannya mengambil kacamata miliknya. Hingga tidak sengaja tangannya menyentuh kulit tanganku, yang menimbulkan sensasi aneh pada diriku.
Kenapa jadi merinding gini sih gue? Kesenggol dikit doang padahal. Mana matanya masih liatin gue, aduh kaki gue aman kan masih napak sanggup nopang badan gue? Anin manasi lama amat. Nanti malem makan apa ya
Semakin lama semakin ngelantur juga pikiranku karna eyelocknya, hingga kami sama sama tersadar. Tersenyum canggung
"Sama sama kak" jawabku, reflek. Eh tapi kan...
"Oh iya lupa, makasih gre" ujarnya.
Kenapa gue bilang sama sama padahal dia beloman bilang makasih. Aduh otak lo dimana sih gracia.
Akupun merutuki kebodohanku sendiri, hingga duduk kembali di bangkuku. Malu.
Hingga tak lama kemudian anin datang dengan beberapa anak lain, juga mentor kami hari ini. Akhirnya, God save mylife memang. Gak harus canggung berduaan di kelas sama si cupu ini.
...
Seusai kelas, akupun kembali menunggu kak shania di lobby. Anin sudah pamit duluan karna dia takut nyetir kemaleman. Sedangkan kak shani, entahlah aku tidak menemukannya sedari tadi.
"Gracia, kamu belum pulang?" Tanya seseorang kemudian datang dari belakang, kak shani. Baru juga diomongin udah muncul aja.
"Iya, lagi nunggu jemputan." Jawabku, singkat karna masih canggung mengingat keadaan tadi. Ia pun hanya ber ooh dan kemudian duduk di sebelah sofa yang aku duduki. Dengan jarak yang agak jauh tentunya.
"Kakak gak pulang?" Tanyaku kemudian.
"Iya, bentar lagi." Jawabnya singkat. Kemudian mengeluarkan salah satu novel dari ransel ajaib, segala buku ada miliknya.
Boleh kepedean nggak sih dia nungguin aku?
Tahan gre tahan, belum waktunya. Lagian ini canggung banget berdua nunggu ngga jelas gini. Kak shania mana sih lama banget.
"Shan, tumben nggak langsung balik?" Tanya seorang om om tiba-tiba yang datang dari luar. Yang aku tidak tahu siapa.
"Iya om dev, nemenin temen dulu." Jawabnya singkat.
Tunggu, nemenin temen? Berarti kalo sekarang boleh dong aku ke gr an? Aduh kak shani..
"Yang mana? Ini? Nemenin kok ditinggal baca novel. Itumah nggak nemenin shan. Mana jauh-jauh an kaya musuhan" ledek om om yang dipanggil om dev oleh kak shani.
"Hehe, iya om. Jemput tante imel ya?" Tanya balik dari shani, sepertinya sengaja mengalihkan pembicaraan agar ia tidak gugup berlebih.
"Iya nih, yaudah om tinggal dulu ya. Yang sabar ya dek, shani emang gitu. Ati ati kalian nanti pulangnya" pamit om itu, yang kemudian membuat suasana menjadi hening kembali. Dan canggung. Hingga terdengar ringtone hpku berbunyi.
Shanju is calling...
Akhirnya ni kakak satu sampe juga, akupun berpamitan pada kak shani secukupnya dan bergegas meninggalkan keheningan serta kecanggungan itu.