Entah mengapa

728 111 0
                                    

"Jadi kalian ngajak aku bolos?" tanya shani, dengan wajah agak terkejutnya. Ya karna pada dasarnya dia bukan orang yang ekspresif. Chika yg masih terlihat fokus pada handphonenya membuat gracia mau tidak mau menanggapi shani sendiri.

"hmm, ya intinya begitu sih kak. hehe" jawab gracia sambil tersenyum, berharap shani tidak akan marah dan ngomel seperti yang ia bayangkan.

"Oh, ok. Terus kalo bolos ngapain?" tanya shani kemudian, yang seperti anak baru pertama kali bolos. Ya memang sepertinya ini pertama kali dia bolos, jika menyimpulkan dari gayanya.

"Kakak serius gapernah bolos? ya nggak ngapa-ngapain yang penting ngga di kelas aja. Suntuk" Jawab chika kemudian, beralih dari handphonenya sambil berpikir.

"ya kenapa kudu bolos, ditengah. kenapa nggak sekalian ijin nggak masuk sehari?" tanya shani lagi. Hingga gracia pun terlihat menghela napasku berat, kemudian menjawab,

"Ya gini deh kak, aku kan sama chika nih bolos di tengah pelajaran karna suntuk dan males mikir. Nah jadi alangkah lebih baiknya jika kakak nggak nanya-nanya yang bikin kami mikir karna jadinya sama dong aku bolos atau enggak kalo bolos pun masih disuruh mikir buat jawab pertanyaan kakak?" 

Gelakan tawa terdengar kemudian, iya dari shani. Karna chika sedari tadi sejak awal gracia menjelaskan sudah fokus dengan handphonenya, jadi tidak memperhatikan apa yang gracia bilang. Berkat gelak tawa dari shani yang bisa dibilang hal yang sangat langka sekali terlihat, gracia terlihat seketika terpesona oleh shani. Seorang shani bisa ketawa kayak gitu? batin gracia, sambil tetap memperhatikan gerak gerik shani, tidak ingin melewatkan sedikitpun pemandangan didepannya ini.

"Eh gre. Gue mau nemuin anak smp bentar ya, ada urusan. Permisi dulu kak, nitip gracia" pamit chika tiba tiba setelah beranjak dari melihat handphonenya. Tak lama, shani kembali memecah keheningan usai chika pergi.

"Kamu tuh ya, di tanya hal sesederhana kenapa kamu ngelakuin hal yang kamu lakuin doang aja ribet banget jawabnya." ucap shani kemudian, setelah tawanya mereda. Hingga gracia sudah kembali ke sadarnya, lalu meneguk ludah merasa bodoh sudah memperhatikan seintens itu kepada shani barusan.

"ya kan i'm doing fun, aku ngelakuin yang aku pengen lakuin as far as itu menyenangkan dan nggak merugikan. Emang perlu alasan lain?" jawab gracia membela diri, kan dia cuma pengen hidup senang sesuai dengan prinsip hidupnya, you only live once. Yang menurut gracia artinya dia harus memanfaatkan hidupnya yang hanya sekali untuk bersenang senang.

"Okay, go ahead."

"Ya aku bosen kak di kelas, 5 dari 7 hari aku 6 jam belajar dikira nggak bosen. Belum lagi dirumah kudu ngerjain pr kalo ada. Padahal ngga semua materi itu aku mau tau, aku butuhin, aku kira."

"Kaya pernah bikin pr aja"

"Ehh, ya seringan liat punya temen sih"

"Tapi kan gaada salahnya juga dapet banyak ilmu"

"Tapi kan bosen kaaaak, boseeeen"

"Yaudah deh, terus kamu ambil peminatan apa?"

"Aku gatau. Aku suka sejarah doang, soalnya kaya baca novel cerita gitu. Cuman based on the true story. Sisanya ya tau tau an aja"

"Gak paham lagi akutu, gre"

"Gak bayangin sih kalo aku di ipa. Mati muda kali"

"Ngawur ngomongnya" mereka pun tertawa sambil mengobrolkan obrolan tidak penting hingga chika kembali tanpa disadari keduanya.

"Ngobrolin apanih seru amat,"

"Yah elu chik dari mana ajasih lama amat"

Shani pun tersenyum, lalu kemudian berdiri,

"Aku balik dulu ya, udah mau bel ganti pelajaran. Kan udah ada chika juga yg nemenin kamu. Abis ini aku ada matpel kalkulus, kalo nggak masuk bisa nggak paham aku ntar" pamit kak shani kemudian, masih dengan senyumnya. Seolah-olah kagum dengan gracia setelah berbicara panjang dan menceritakan kisahnya yang bisa hidup dengan prinsip dan argumennya, yang terdengar sangat menyenangkan sedari tadi. Sesungguhnya ia juga ingin hidup seperti itu, tapi... ada saja batas yang tidak bisa ia lewati untuk saat ini. 

Selepas kepergian shani dari kantin smp yang mereka tempati, gracia pun hanya menggelengkan kepala heran. Masih ada ya spesies manusia kayak gitu?

"Gre, kalo lo beneran jadian ama kak shani ya. Terus kalian ngedate, kayanya otaknya bakal gak bisa jauh dari kalkulusnya deh. Poor you." ujar chika kemudian. Yang ternyata sedari tadi memperhatikan dari jauh namun hanya menahan diri untuk tidak berkomentar.

"Tau ah, gue nggak paham lagi. Kayanya emang gaada hal yang sama diantara gue sama kak shani. Tapi kenapa gue suka ya?" jawab gracia, pelan. Sambil mash memandangi punggung shani dari kejauhan. Hingga ia tersadar ia salah bicara.

"SERIUSAN INI LO AKHIRNYA NGAKU LO SUKA KAK SHANI GRE? OMAYGAD" 

"sssssssssssssst chikuy diem lo. Gua gak sadar pas ngomong gitu." gracia pun seketika membekap mulut chika sebelum semakin menarik perhatian. Walau di kantin itu hanya ada mereka dan beberapa penjual kantin.

"yaudah iya maap maap kelepasan" jawab chika setelah gracia melepas bekapannya.

Apa iya aku beneran suka kak shani? batin gracia kemudian, bertanya pada dirinya sendiri. Lebih tepatnya, otaknya yg bertanya pada hatinya sendiri.

"Eh btw, lo abis ketemu siapa sih lama banget?"

Endless SufferingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang