"kamu mikirin apa ge?" tanya shani tiba-tiba. Menghancurkan lamunan gracia yang sedang menerka-nerka hal-hal tentang orang disebelahnya saat ini.
"Ah, nggak kok. Nggak penting." jawabnya singkat.
"Oh gitu." shani pun menggapi dengan anggukan sekilas.
Nggak asik banget sih cuma gitu doang, nggak dipaksa jelasin atau gimana gitu batin gracia kesal. Ia pun kembali menatap luar jendela menerawang hal-hal yang sudah ia lewati bersama orang di sebelahnya, tidak banyak yang spesial. Tapi memangnya ada yang spesial di hidup shani?
"Kak, kenapa kakak ambil les ini? kenapa nggak les matematika atau apa gitu?" tanya gracia kemudian, basa basi.
"hmm, karna aku nggak kesulitan di bidang matematika atau yang lain. Dan karna menarik aja sih, siapa tau bisa studi ke sana kan." jawab shani kemudian. Jelas dan memperlihatkan betapa ia memiliki alasan untuk segala yang ia lakukan. Sangat berbeda dengan gracia,
"Kakak nggak mau nanya balik gitu aku kenapa ambil les ini juga?" tawar gracia kemudian, membuat shani kembali tergelak menganggap kalimat yang gracia lontarkan barusan adalah humor yang lucu. Membuat gracia heran sendiri, tapi tetap kagum dengan tawa yang muncul dari orang yang dikaguminya itu.
"yaudah, gracia kenapa ambil les ini? mau exchange ya?"
"tetot, salah. Aku ambil les ini biar keren aja kalo bisa ngomong bahasa yang jarang orang bisa. Terus pengen liburan ke sana tapi bisa menyatu sama warga lokal, kan asik" jawab gracia kemudian dengan semangatnya. Walau jawabannya sungguh di luar dugaan shani, dan menurut shani bukan hal yang cukup baik untuk digunakan sebagai alasan. Tapi shani merasa bahwa alasan gracia lebih kuat daripada alasannya, terlihat dari semangat gracia ketika menyampaikan alasannya. Matanya berbinar, nada suaranya pun terdengar riang dan mampu memberikan hawa positif bagi siapapun yang mendengarnya.
"Kenapa? alasanku nggak banget ya? mama aku juga kayak kakak waktu pertama denger alasanku. Heran gitu, mukanya. Persis kayak muka kakak gini. Emang ada yang aneh ya?" tanya gracia kemudian. Yang dengan cepat dibalas gelengan oleh shani.
"Nggak aneh kok, bagus banget malah." jawab shani cepat.
Kan, nggak asik banget pendek mulu jawabnya. batin gracia lagi. Hingga ia merasa tidak tahu harus mengajak shani untuk membahas apa lagi. Oh, iya. Yang dibilang anin aku tanyain aja kali ya?
"Kak, kakak sebelumnya sering bawa mobil ke sekolah?" tanya gracia kemudian setelah mengumpulkan keberaniannya.
"jarang sih."
"kenapa gitu?"
"ya kalo aku sendirian, buat apa bawa mobil."
"Terus?"
"Ya mending naik kendaraan umum atau nggak motor. Polusi, macet, penuh-penuhin jalan, boros juga, kan?"
"Terus, sekarang kenapa jadi sering?" dengan ragu dan harapan lebih gracia pun bertanya hal ini,
"Nggak sering juga"
"Emm, maksudnya kakak kenapa naik mobil?"
"Karna aku nggak sendiri lagi, kan?"
Blushing, ya tentu saja gracia seketika merasa ditinggikan hingga wajahnya memerah. Jantungnya pun terassa berdetak dengan tidak karuan, senyum tercetak dengan jelas pada wajahnya. Namun shani yang masih fokus menyetir tidak menyadari perubahan-perubahan tersebut, yang tentunya disyukuri oleh gracia.
Aaaaakkk mamiihh akhirnya ada yg godain anakmu mah walau datar datar gini. Hihihi
Setelah menetralkan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan berkat jawaban shani tadi, gracia pun kembali bertanya memastikan.
"Maksudnya, kak?"
"Yaaa, kamu tau kan adik aku si eve. Dia biasanya berangkat sama mama, tapi akhir-akhir ini mama berangkatnya kepagian jadi dia males bareng mama. Yaudah jadinya aku yang nganter dia, tapi karna mama nggak ngebolehin dia naik motor yaudah aku anternya pake mobil." Jelass shani kemudian, yang disusul oleh keheningan.
Hening.
Hanya hembusan nafas.
Jangan tanya bagaimana gracia sekarang.
Iya, jangan tanya.
Tau rasanya diterbangin terus jatuh gitu aja?
Ya kayak yang dirasain gracia sekarang.
Tapi dia jatuh karna ekspektasi dia sendiri sih,
lebih tepatnya gara-gara anin dan chika.
awas aja ya anindita sama yessica tamara besok, mampus kalian dah bikin gue malu sama diri gue sendiri kaya gini. batin gracia setelah berdamai dengan dirinya sendiri.