aa rambutnya terlihat

1K 124 3
                                    

Sepertinya kebetulan emang skenario rahasia yang diciptakan serapih itu ya. Semenjak aku tau siapa kak shani, semenjak itu pula tiap di sekolah aku sering sekali berpapasan dengannya. Karena jadwal les kami hanya 2 kali seminggu, kukira kami sejarang itu bertemu apalagi saling menyapa. Tapi karna seringnya aku berpapasan sama dia, maka sapaan satu arah dariku yang selalu dibalas dengan tundukan kepalanya seringkali terjadi.

"Lo kenapa sih gre, hobi banget nyapa sambil godain kaka kelas cupu itu" Tanya chika, teman sekelasku.

"Lucu tau liat dia malu malu gitu, kenapa lo iri pengen gue sapa juga? Hallow cikuyy" jawabku mengejeknya sambil berlalu setelah aku melihat kak shani itu masuk ke ruang perpustakaan sekolah kita.

"Eh gue mau ke perpus deh kepoin itu cowo, lo kalo balik kelas duluan gapapa deh. Bye cikuy" pamitku sambil meninggalkannya menuju perpustakaan menyusul si shani ini.

Dibilang suka, aku belum sesuka itu sama dia. Tapi dia lucu abis, apalagi kalo salting pas aku godain. Tapi dia kemana ya? Masa aku kudu muterin seperpus buat nyariin dia.

"Cari apa, dek?" Tanya seorang siswa juga, yang aku nggak kenal tentunya. Tapi kayaknya dia bagian bantuin jaga deh.

"Nggak kok, mau kesana doang. Makasih kak, ehm nino?" jawabku. Sambil membaca nametagnya.

"Oh okay, kalo butuh bantuan, gue di ujung situ ya." Jawabnya kemudian meninggalkanku. Hmm, baru tau ternyata di perpus ada yang jaga. Seramah itu pula. Eh kan aku ke sini ngikutin shani, dia mana ya.

Brukkk

"Eh maaf maaf, aku enggak sengaja." Ujar seseorang tiba tiba menabrakku dari belakang. Kok suaranya familiar ya? Aku pun memutar badanku menghadapnya.

"Lah, kak shani? Sini sini aku bantuin." Tawarku, lagian dia ngapain bawa buku sebanyak itu. Jatuh berantakan garagara kena aku lagi.

"Eh... Itu.. nggak usah.. makasih, ehm siapa nama kamu? Oh iya.. shania gracia ya.. tinggalin aja nggak apa kok.." jawabnya gugup. Kenapa sih dia?

Tunggu, hari ini dia keliatan lebih berantakan. Dasinya agak longgar, kacamatanya juga ngga dipake. Dan rambutnya, berantakan banget si jadi gemes.

Tanpa sadar aku mengulurkan tanganku merapikan rambutnya, terasa mudah karna posisi dia yang sedang menunduk merapikan buku-bukunya yang jatuh.

"Kamu ngapain?" Tanyanya kemudian, menghentikan gerakan tanganku. Aku pun tersenyum kearahnya, digodain seru nih.

"Gapapa, kakak gemesin banget sih. Biar rapih aja masa rambut berantakan, ntar gantengnya ketutupan." Jawabku, sambil mengerlingkan mata. Yang kemudian mendapat respon muka sangat merah seperti kepiting rebus darinya.

Hahahaha, ini baru awal loh kak

"Besok, berangkat les bareng yuk kak dari sekolah" ajakku kemudian.

"Aku nggak nerima penolakan ya, besok aku tunggu depan kelas. Duluan kaa" tambahku kemudian pergi meninggalkannya dengan wajah yang aku sendiri nggak paham artinya apa.

Ini gue iseng apa beneran mau ngegebet dia ya? Bodo amat lah, mending gue balik kelas deh kan abis ini gurunya killer, ngeri kalo telat lagi.

Endless SufferingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang