Chapter 4

752 46 0
                                    


Sesampai di rumah Kyla dihadapkan pada sesuatu yang menyakitkan. Seluruh rumah dan beserta isinya tersita. Ayahnya sudah pergi sebelum dia sempat melihatnya. Karena tuduhan korupsi yang sangat memberatkan ayahnya. Kyla mendapati mama menahan beberapa barang-barang yang dia beli dengan uangnya sendiri, namun itu pun tidak luput dari segelan.

"Kalian hanya kami kasih waktu satu hari untuk pergi dari rumah ini. Jika tidak, kami terpaksa mengusir kalian dengan paksa," Ucap seorang petugas. Kyla memeluk adiknya yang tak berhenti menangis. Nathalie sangat terkejut saat dia pulang ke rumah, polisi berdatangan dan menahan ayahnya.

Kyla tidak tahu apa yang Tuhan berikan sekarang padanya. Kyla lebih bahagia saat kedua orang tuanya bertengkar, namun dia bisa melihat keduanya setiap waktu. Tidak seperti sekarang, keluarganya hancur dan mereka tidak tahu harus tinggal dimana. Sekarang pun Kyla tidak bisa menangis, hatinya sudah terasa amat sakit. Kejadian demi kejadian yang seakan mematikan hatinya. Menangis bukanlah pilihan yang terbaik. Kyla harus berpikir, bagaimana caranya mendapatkan rumah untuknya, adik, dan mama dalam waktu satu hari.

Untuk hari ini, mereka bisa tinggal di sini, lalu bagaimana dengan besok? Mereka harus pergi kemana? Kyla mencari ponselnya di tas, ia tidak menemukannya. Dengan terpaksa Kyla meminjam ponsel Nathalie. Hanya Ramond yang bisa menolongnya saat ini. Kyla tahu ini keputusan yang salah, tapi dia tidak memiliki jalan lain. Kyla merasakan degup jantungnya berpacu saat mendengar nada panggilan tersambung. Ada keinginan untuk mematikannya, tapi dia tak bisa melakukan apa yang hatinya perintahkan. Kyla tidak mungkin mengizinkan mama dan adiknya menjadi gelandangan.

Telepon tersambung dan suara Ramond terdengar di kejauhan. Awalnya Ramond tidak menyadari kalau itu adalah nomor adik Kyla. Awalnya juga dia ragu untuk mengangkatnya, namun saat mendengar suara Kyla, kebingungan Ramond pun semakin bertambah. Kyla menjelaskan ponselnya hilang dan dia terpaksa memakai ponsel Nathalie. Dengan sedikit gugup Kyla menjelaskan keadaan rumahnya saat ini.

Setelah berbicara, Ramond mengajak Kyla bertemu di luar. Tanpa pikir panjang, Kyla menyetujuinya. Dia menunggu Ramond dengan cemas di depan pintu rumah. Mama dan Nathalie masih berada di kamar, mereka masih shock dengan semua yang terjadi hari ini. Semuanya sungguh mendadak dan mengejutkan. Sesampainya Ramond di depan rumah, Kyla segera menuruni beberapa undakan tangga, dan masuk ke dalam mobil.

Kyla tidak tahu kemana Ramond akan membawanya. Dia juga tidak bertanya dan mengikuti jalur mobil yang semakin lama keluar dari Jakarta. Ada sedikit rasa khawatir, karena Kyla sangat mengenal Ramond. Dengan perlahan Kyla mencoba menarik napas dan menghembuskannya, mencoba mengurangi rasa khawatir dan cemas yang di rasakannya. Hingga mereka sampai di sebuah rumah minimalis di Jakarta barat. Ramond membukakan pintu untuk Kyla, dia hanya bisa membiarkan tangan Ramond membawanya keluar dan memeluknya. Bukan sebuah pelukan yang menenangkan, tapi pelukan yang membuat Kyla semakin ketakutan.

"Untuk apa ke sini Ram?" Tanya Kyla. Dia merasakan wajah Ramond dilekukan lehernya. Mencumbunya perlahan dan menjalar pada bahunya yang masih tertutup kaos hitam.

"Gue akan kasih rumah ini dengan cuma-Cuma buat nyokap dan adik lo," Ucap Ramond. Kyla menghindar dari cumbuan Ramond dan menatap cowok di hadapannya. Meminta sebuah penjelasan dari apa yang baru saja dia katakan. Seakan ada sinyal waspada yang berbunyi di otaknya. Kyla sudah memikirkan ini sebelumnya, dia sangat mengenal Ramond dan apa yang akan dia lakukan padanya. Tapi Kyla sempat mengelak, dia masih berharap Ramond benar-benar mencintainya. Tapi sekarang Kyla tidak bisa lagi menatap Ramond dengan tatapan yang sama. Seorang Ramond tidak akan menolong orang dengan cuma-cuma.

"Apa yang lo mau?" Tanya Kyla yang seakan tidak ingin menunggu lebih lama.

Ramond tersenyum memandang kekasihnya. Tangannya masih berjalan di lengan Kyla dan dia pun berucap," pemintaan gue gak sulit." Dia menggantungkan ucapannya saat Kyla mengelak dari sentuhannya. Dia masih menatap kekasihnya yang terlihat tercengang dan kini tangannya beralih memainkan jemarinya di pipi Kyla," Gue cuman mau lo, tinggal di apartemen gue."" Kyla tersenyum kecut saat Ramond menghentikan perkataannya. Semua pikirannya adalah benar. Ramond tidak pernah benar-benar mencintainya. Lelaki bajingan ini hanya menginginkan tubuhnya. Rasa sakit itu hadir tanpa permisi, menusukan belati pada hatinya dan langsung ditarik dengan sangat kasar. Itu sangat menyakitkan, sehingga hanya kematian yang bisa menghilangkan rasa sakit dan sesak itu. Kyla tidak bisa berpikir apa-apa lagi, mama dan Nathalie menjadi prioritasnya saat ini.

****

"Ini rumah keluargaku, Tante. Tante dan Nathalie bisa tinggal di sini," Ramond memperlihatkan sebuah rumah minimalis berlantai dua dengan empat kamar. Semua kebutuhan sudah tertata dengan apik, bahkan kebutuhan selama sebulan pun sudah penuh di lemari. Kyla sedikit bisa bernapas lega melihat semuanya. Dan kini dia mengerti dengan apa yang Gita rasakan, dia harus berkorban untuk ibu dan adiknya. Sedikit sesal karena pernah mengatainya wanita murahan, karena sekarang dia sendiri menjadi pelacur untuk kekasihnya sendiri.

Setelah berbicara dengan mama, membuat alasan dengan mengatakan Kyla akan tinggal di asrama kampus, agar bisa mengurangi biaya transportasi dari kampus ke rumah. akhirnya mama menyetujuinya, walau sebenarnya sangat berat untuk melepas putrinya. Baru kali ini Kyla merasa berat meninggalkan ibunya, karena beberapa hari yang lalu, di saat dia melihat ibunya itu bertengkar dengan ayah, rasanya Kyla sangat membenci kedua orang tuanya. Kyla memeluk mama dan adiknya Nathalie yang masih terlihat shock dan takut pergi ke sekolah. Dia bercerita kalau beberapa temannya mengatai dirinya anak seorang koruptor. Dan karena itu, Nathalie enggan masuk sekolah. Karena itu kemarin Kyla mendatangi sekolah Nathalie dan berbicara dengan kepala sekolah. Kepala sekolah pun cukup menyayangkan dengan adanya perundungan seperti itu di sekolahnya," Nak Kyla tenang saja, nanti ibu akan mengawasi lebih ketat tindak perundungan ini dan akan menghukum dengan keras. Jadi kamu tidak perlu takut dan khawatir," Ucap ibu kepala sekolah, membuat Kyla bisa menghela napas lega dan melepaskan adiknya dengan tenang.

Kyla mencium adiknya sekali lagi dan berucap," Hubungi kakak jika masih ada yang mengejek kamu." Ucap Kyla. Nathalie hanya mengangguk, dia masih merasa sedih karena kakaknya akan pergi. Karena selama ini kakaknyalah yang menjadi temannya. Di saat di rumah, Kyla akan menghabiskan waktu di kamar Nathalie, mendengarkan adiknya itu bercerita, atau sekedar tidur-tiduran sampai keduanya pulas. Kyla tidak ingin menghiraukan tatapan adiknya yang seakan memohon padanya untuk tetap tinggal bersama mereka. Tanpa mengatakan apapun lagi, Kyla keluar lebih dulu. Tak berapa lama Ramond mengikuti dan membukakan pintu mobil untuknya. Dalam perjalanan tidak ada pembicaraan, hanya ada bisu yang menemani mereka. Kyla selalu berpikir, Ramond melakukannya dengan wanita lain, karena ia ingin menjaganya. Di dalam kemarahannya, dia merasa Ramond tetap menjaganya sebagai wanita yang dicintainya. Tapi sekarang, pemikiran itu buyar. Ramond hanya menunggu untuk dirinya jatuh, dan menggunakan itu untuk memanfaatkannya.

Seperti saat tangan tergores oleh pisau rasanya sangat perih. Bahkan saat ia menutup mata pun, denyutnya masih terasa dan membuatnya sesak. Kyla menutup mulutnya, menahan isak yang hampir lolos dari bibirnya. Dia tidak boleh menangis, karena itu hanya akan menunjukkan kelemahannya. Biarkan seperti ini, dengan seperti ini dia tahu Ramond itu seperti apa. Dan dengan seperti ini, mungkin suatu hari nanti, dia akan lebih mudah melepaskan laki-laki yang dia cintai setengah mati.

****

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang