Chapter 7

747 41 0
                                    

Kyla melipat lututnya dan bersandar pada pintu balkon dan membiarkan angin masuk dari luar. Ramond sudah pergi, dia pergi setelah puas menyakitinya. Kyla tersenyum miris, laki-laki yang dia cintai bisa begitu melukainya. Dia tidak tahu cinta macam apa yang di pendam oleh Ramond, hingga sangat menyakitkan dan menyesakan dadanya. Ramond hanya akan terlihat manis saat laki-laki itu berbuat salah. Dan dia akan melakukan apapun untuk meminta maaf pada Kyla. Tapi saat dia ingin mendapatkan apapun keinginannya, dia akan melakukan segala cara, termasuk menghancurkan orang yang dia cintai. Bahkan saat ini Kyla ragu, apa lelaki itu masih memiliki hati untuk mencintai?

Angin yang bertiup membuat tubuhnya semakin terasa dingin. Bermain air di pantai selama berjam-jam, membuatnya tubuhnya terasa sangat dingin. Kyla memeluk tubuhnya lebih erat, bukan hanya karena dingin yang menusuknya, tapi karena tubuhnya sudah sangat lelah menangis. Kyla selalu berharap kalau Ramond bisa mengobati setiap lukanya. Dia juga berharap kalau kekasihnya itu yang akan menggantikan kesedihannya dengan kebahagiaan. Namun sayangnya laki-laki itulah yang menjadi pusat kesedihan dan lukanya. Kyla menyembunyikan wajah pada lututnya dan kembali menangis. Jika mati sangatlah mudah, mungkin dia akan melempar tubuhnya keluar balkon. Tapi sayangnya dia tidak seberani itu.

****

Kyla, Fanya dan Lexa pergi ke rumah Gita, setelah mendapatkan kabar kepergian ibu dari sahabatnya itu. Mereka membolos mata kuliah dan pergi ke rumah Gita. Ketiganya merasa aneh saat Lily bilang kalau Gita tidak ada di rumah dan tidak pulang sejak malam. Lily menangis tanpa henti di depan mayat ibunya. Tak lama kemudian, Gita datang dengan penampilan yang sangat kacau. Wajah gadis itu terlihat pucat dan lelah. Seakan bukan hanya tubuhnya yang terasa lelah, tapi juga psikisnya. Lalu apa yang terjadi dengannya? Karena semalam mereka masih baik-baik saja setelah pulang dari pantai. Gita berjalan seperti kehilangan kesadaran. Dia tidak menyadari kehadiran siapapun, tatapannya hanya tertuju pada ibunya yang sudah kaku di hadapannya.

Kyla, Fanya dan Lexa saling tatap saat melihat Gita yang hanya terduduk diam di depan jasad ibunya. Seakan ada yang terjadi dengan Gita. Sesuatu yang menghancurkan kesadarannya. Dan kepergian ibunya adalah salah satu pukulan terberat dari kehancurannya.

****

Fanya, Kyla dan Lexa bergantian menjaga Gita. Kelakuannya sangatlah aneh, ia tidak makan, minum, atau pun bicara. Dia hanya diam dengan pandangan kosong. Bahkan ia tidak menangis saat melihat mayat ibunya. Kewarasaannya tidak lagi bekerja. Hari ini ketiganya belum sempat menjenguk Gita, karena ketiganya memiliki jadwal yang sama penting. Ponsel Fanya berdering saat dia sedang dalam kelas, dia merasa ragu untuk mengangkatnya. Karena dia takut dosen akan menegurnya dan memberikan nilai rendah lagi padanya. Namun karena merasa cemas dengan diam-diam dia mengangkatnya dan mendengar suara Lily yang panik karena Gita histeris.

Fanya tak lagi mempedulikan kelas dan dosen, dia berpamitan untuk pergi ke toilet dan segera keluar lalu menghubungi Alexa. Alexa yang membaca pesan singkat dari Fanya, melakukan hal yang sama dengannya. Namun mereka tak bisa menghubungi Kyla karena dia tidak memiliki ponsel. Dengan terpaksa Fanya pergi ke fakultas kedokteran untuk menemui Kyla. Dari kaca jendela dia memberikan isyarat pada Kyla yang sudah setengah gila dengan pelajaran. Melihat kedua sahabatnya itu Kyla segera pergi dari kelas, mengacuhkan pelajaran yang harus segera ia selesaikan.

Mereka langsung pergi menuju tempat Gita dengan menggunakan mobil Alexa. Dalam perjalanan mereka merasa sangat khawatir karena Lily terus menghubungi mereka dan mengatakan Gita melukai dirinya sendiri. Kesadarannya pun seperti hilang dan tidak mendengarkan perkataan siapapun. Dia terus melukai tangannya dengan pisau atau benda apapun yang dia lihat. Lily dan seorang wanita paruh baya yang menjadi pekerja di villa Alexa harus memegangi tubuh Gita agar dia tidak melukai dirinya lagi.

Sesampainya disana, keduanya cukup terkejut, Gita mengamuk dan menangis. Tangannya sudah di penuhi sayatan pisau. Lily pun sudah terlihat kualahan menahan tubuh Gita yang mengamuk. Fanya, Lexa dan Kyla segera mengambil alih dan menahan tubuh Gita. Lily sudah menunduk menangis di pelukan bibi. Dia merasa sedih dan takut melihat kondisi kakaknya saat ini.

"Git!" Alexa dan Kyla menahan tubuh Gita. Kesadarannya seakan sudah hilang, membuat seluruh lukanya terbuka dengan jelas. Membuatnya ingin melukai tubuhnya sendiri, untuk meredamkan luka yang ia rasakan.

"Gue benci sama diri gue sendiri! Gue kotor! Dia udah ngerenggut semuanya! Dia ngehancurin gue hanya untuk keegoisannya!" teriak Gita frustasi. Kyla, Fanya dan Alexa terdiam, perlahan tubuh Gita pun seakan meluruh ke lantai, ketiga sahabatnya pun ikut menunduk di samping Gita dan merengkuhnya." Siapa Git? Siapa yang ngelakuin?" tanya Kyla perlahan. Dia takut Gita kembali mengamuk, namun ia rasakan tubuh sahabatnya itu benar-benar meluruh, namun tangisannya masih terdengar dengan jelas dan menyesakkan. Membuat ketiga temannya ikut menangis. Sampai satu kata dari gadis itu keluar dari bibir Gita," Elmo bangsat! Dia udah benar-benar ngancurin gue!"

****

Gita pingsan setelah lelah mengamuk dan menangis. Kelima perempuan itu pun menggotong tubuh Gita ke kasur dan merebahkannya. Dalam tangisannya dia hanya menyebut nama 'Elmo bangsat'. Dan itu sudah cukup amat menjelaskan kepada mereka bertiga apa yang lelaki bangsat itu lakukan pada Gita. Fanya menarik selimut dan menutupi tubuh Gita yang masih terisak oleh tangisannya. Tangannya membelai rambut sahabatnya itu, seakan mampu menenangkan perasaannya yang kalut.

" Brengsek tuh cowok!" Maki Fanya. Melihat kesedihan temannya dan Gita yang tak bisa berhenti melukai tangannya. Seakan ia masih merasakan seluruh sentuhan bajingan itu. Fanya memandang Gita yang masih bergumam tidak tenang dalam tidurnya. Fanya membelai rambut Gita agar sahabatnya itu kembali tenang.

"Cowok model kayak gitu harusnya dikasih pelajaran. Rasanya pengen banget gue tampar muka si brengsek Elmo." Fanya tak hentinya memaki. Ada rasa sesal dari ketiga sahabatnya itu, kenapa mereka meninggalkan Gita sendirian malam itu, mungkin kalau malam itu dia memaksanya untuk menginap di rumah, mungkin Gita tidak akan sehancur ini.

*****

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang